Share

Bab 43

Lalu Bintara berlutut di hadapan Aruna, air matanya menggenang, penuh dengan penyesalan dan harapan yang samar. Ia mendongak, menatap Aruna dengan mata yang berkaca-kaca. Hanya satu kata yang terucap, begitu lirih, bercampur dengan suara tangis yang ia tahan, "Maaf."

Aruna terdiam, air matanya masih mengalir, tetapi kini ia terpaku melihat Bintara dalam kondisi seperti itu. Hati Aruna terasa berkecamuk. Selama ini ia menahan segala rasa sakit dan ketidakpastian, tetapi melihat Bintara yang terlihat begitu rapuh dan penuh penyesalan, hatinya mulai luluh. Namun, rasa sakit dan keraguan masih menghantui pikirannya.

"Maaf?" Aruna mengulangi kata itu, suaranya bergetar. "Maaf untuk apa, Bintara? Maaf karena telah membuatku jatuh cinta padamu? Maaf karena harus menjalani hidup yang penuh dengan rasa takut dan cemas? Atau maaf karena tidak pernah benar-benar memilih aku?"

Bintara menggeleng, air matanya jatuh satu per satu. "Maaf untuk semuanya, Aruna. Maaf karen
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status