Share

Bab 4

Radit bisa melihat kulit Alea yang putih dan bersih.

 Ia melepaskan gaun yang Alea pakai hingga meluruh kebawah.

Tubuh keduanya membeku tak tau apa yang harus dilakukan.

Radit menelan salivanya dengan susah kala menatap tubuh Alea yang hanya menggunakan bra dan celana dalam.

Kepalang tanggung Radit merengkuh tubuh Alea dari belakang.

Hembusan nafas dari hidung Radit yang menerpa lehernya membuat tubuh Alea meremang.

Radit mengendusi leher dan telinga Alea.

“Mass, aku mau mandi.” Sekuat tenaga Alea mengeluarkan suaranya. Jujur dirinya belum siap untuk melakukan ritual malam pertama.

Radit tersadar dan langsung menjauhkan tubuhnya dari Alea dan memalingkan wajahnya.

“Maaf, maafkan aku. Mandilah.” Ujar Radit dengan suara serak dan wajah merah menahan hasrat. Radit berjalan menuju lemari untuk memakai pakaiannya.

Alea mengambil gaunnya yang terjatuh dan menutupi tubuhnya lalu berjalan ke kamar mandi.

Jantung nya berdegup kencang karena hal barusan.

Hatinya merasa bersalah pada Diego.

Airmata nya kembali jatuh, dirinya benar-benar membenci Maura karena dirinya yang membuat Alea terjebak dalam keadaan yang tidak ia inginkan.

Selesai mandi, Alea menggunakan bathrobe dan keluar kamar mandi untuk mencari pakaiannya.

Alea melihat Radit sedang duduk di balkon kamar hotel dengan menghisap rokok di tangannya.

Ia buru-buru mengambil pakaian yang telah di siapkan dan kembali kedalam kamar mandi.

Setelah selesai ia merebahkan tubuhnya diatas ranjang, ternyata menjadi pengantin rasanya ternyata sangat lelah.

“Aku lapar, temani aku makan mau? Kau juga belum makan kan!”

Tiba-tiba Radit sudah berada di dekatnya.

Alea menganggukkan kepalanya dan mengikuti langkah Radit.

“Kita mau makan di mana mas?”

“Di angkringan dekat hotel saja, mau tidak? Kamu lelah ya?”

“Nggak kok, aku suka makan di angkringan.”  Alea memang sangat suka makan di angkringan, entah kenapa nafsu makannya meningkat jika makan di angkringan.

Mereka hanya berjalan kaki menuju angkringan, karena letaknya memang tak jauh.

“Ambil saja, aku terima telepon dulu.”

Alea menganggukkan kepalanya dan melihat Radit menjauh untuk menerima telepon.

“Alea mengambil beberapa bungkus nasi kucing dan beberapa jenis sate-satean. Ia memberikan sate-satean itu pada penjual untuk di goreng.

Saat sedang menyantap makanannya, Radit kembali menghampirinya.

“Telepon dari siapa mas, kok lama amat.”

“Kenapa? Kamu cemburu?” jawab Radit tersenyum.

Alea langsung memalingkan wajahnya dan menyantap kembali makanannya.

“Dari orang ku, mereka mengatakan jika Maura pergi ke Australia bersama dengan teman kerjanya.”

Alea kembali menatap Radit dengan wajah tak percaya.

“Mas Radit nyari tau kemana kak Maura pergi? “

“Memang kenapa, Kamu cemburu?”

“Bu-bukan begitu, Lea heran aja. Kenapa mas Radit masih nyariin kak Maura.”

Radit tak menjawabnya ia hanya menatap Alea dengan tatapan yang tak biasa hingga membuat Alea merasa risih.

Mereka melanjutkan makan tanpa ada obrolan apapun dari mereka. Setelah selesai makan mereka kembali ke hotel.

“Kamu tidur di ranjang, biar aku tidur di sofa.” Ujar Radit dan merebahkan tubuhnya diatas sofa.

“Mas Radit nggak mau tidur di sini?”

“Kamu sudah siap melakukan malam pertama? Jika sudah siap mari kita lakukan sekarang. Aku pria normal, tidak bisa menahan nafsu jika bersentuhan dengan wanita apalagi yang sudah sah menjadi istriku.” Radit kembali duduk dan menatap tajam Alea.

“Bukan begitu mas, aku hanya tidak ingin mas Radit pegal-pegal jika tidur di sofa.” Alea menggaruk tengkuknya yang tak gatal. Perasaan takut mendapatkan tatapan tajam dari Radit.

“Dengar ya, aku pria normal. Laki-laki itu bisa bercinta dengan wanita meskipun tidak mencintai wanita itu. Tapi tidak dengan wanita, kamu pasti tidak mau kan bercinta denganku karena kamu tidak mencintai ku.”

“Mas Radit sendiri bagaimana, apa mas Radit nggak mencintai Alea?” entah keberanian dari mana Alea bisa bertanya seperti itu.

Radit mendekati Alea dengan tatapan memangsa, Alea memundurkan tubuhnya sampai terpentok di pinggir ranjang.

Radit mendorong tubuh Alea hingga jatuh diatas ranjang dan mengungkungnya.

Matanya menatap Alea yang ketakutan. Ia melahap bibir Alea, karena tak mendapatkan respon Radit melepaskannya.

“Jangan memancingku, sekarang tidurlah.” Ujarnya sambil mengusap sisa liurnya di bibir merah Alea. Lalu Radit bangkit dari atas tubuh Alea dan kembali ke sofa.

Jantung Alea berdetak kencang sekali seperti maling yang ketahuan mencuri.

“Mas Radit merenggut first kiss ku.” Kata Alea menatap Radit dengan tatapan marah.

Radit menatap Alea dengan senyum puas.

“Benarkah, jika begitu aku beruntung. Tunggu lah, aku akan merenggut milikmu yang lainnya. Sekarang tidur, sudah malam.”

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status