Karena lelah menangis akhirnya Alea tertidur.
Radit meninggalkan Alea di rumah bersama ART nya. "Bik saya mau ke kantor, nanti kalo Lea nanyain saya bilang saya keluar sebentar. Suruh dia makan karena dari siang belum makan." "Siap den." Radit mengendarai mobilnya sendiri. Radit datang ke kantor dan langsung mendapatkan ucapan selamat dari para karyawannya. Jika pernikahannya kemarin gagal. Mungkin saat ini Radit tidak akan berani menampakkan wajahnya. Alea sudah menyelamatkan dirinya dari rasa malu. Saat sampai di lantai atas dimana ruangannya berada asisten Radit terkejut melihat kedatangan bosnya. "Pak Radit kenapa ke kantor. Bukannya seharusnya hari ini masih cuti sampai 1 Minggu kedepan ya." Tanya asisten pribadinya. "Saya tidak boleh datang ke kantor saya sendiri begitu?" "Bu-bukanya begitu pak. Ada yang bisa saya bantu pak?" "Berikan laporan hasil penjualan bulan ini." "Tapi pak, bulan ini masih kurang 2 Minggu lagi. Jadi belum di kerjakan." "Kalau begitu yang bulan kemarin." "Bukanya bulan kemarin bapak sudah menandatangani nya ya!" Radit terdiam karena bingung akan mengerjakan apa. Memang dirinya izin cuti selama seminggu karena ingin mengajak Maura bulan madu setelah menikah. Tapi rencana tinggal rencana. "Pak, sebaiknya bapak ajak istri bapak bulan madu sesuai rencana Anda." "Istriku bukan Maura. Tapi Alea!" "Saya tau pak, tapi Nona Alea tetap istri anda kan. Nona Alea yang telah menyelamatkan pernikahan Anda agar tetap terjadi. Sebaiknya Anda memperlakukan Nona Alea selayaknya istri Anda." Sura memang mengetahui tragedi yang terjadi pada pernikahan Radit. Karena saat itu ia yang mencari tau kemana dan bersama siapa Maura kabur. "Kau tidak mengerti bagaimana aku harus menikah dengan wanita yang seharusnya menjadi adik iparku." "Saya tau pak. Perlakukan Nona Alea sebagaimana Anda memperlakukan Maura, mereka memang kakak adik, tapi mereka sudah sama-sama dewasa. Anda berhak atas dirinya begitupun Nona Alea juga berhak mendapatkan perhatian dari Anda." "Baiklah, saya pulang dulu." "Bagaimana tiket honeymoon nya pak? Apakah jadi saya pesankan?" "Kemana?" Tanya Radit singkat. "Ke Bali mungkin?" "Tidak dulu, Alea sedang sibuk dengan skripsinya." "Baiklah pak." Radit meninggalkan kantor dan berencana ke mall untuk membelikan ponsel untuk Alea, karena ponsel Alea hancur setelah dibanting. Radit memilih ponsel terbaru dan dengan harga yang mahal. Ia membelikan Alea ponsel yang sama seperti miliknya. Ia juga membelikan beberapa potong pakaian untuk Alea. Setelah mendapatkan apa yang ia cari, Radit langsung memutuskan untuk pulang. "Alea belum bangun bik?" Tanya Radit yang tak melihat Alea di lantai bawah. "Sepertinya belum den, dari tadi bibik tungguin nggak turun-turun." Radit menganggukkan kepalanya dan langsung naik ke lantai atas. Ia mendatangi kamar Alea dan langsung membukanya. Saat ia membuka pintu kamar Alea ternyata Alea baru selesai mandi dan akan mengganti pakaiannya. Radit dan Alea sama-sama terkejut. Radit terpaku melihat tubuh putih mulus Alea yang hanya memakai bra dan celana dalam dengan warna senada. Tubuh Alea juga terkunci menatap Radit yang tiba-tiba muncul. Radit masuk dan menutup pintunya mendekati Alea dan berdiri tepat didepannya ia meneguk ludahnya karena mulai tergoda dengan tubuh istrinya. Radit menyodorkan paperbag ke hadapan Alea. "Ini, aku belikan ponsel baru dan pakaian." Alea menerima paperbag dari Radit. "Te-terima kasih." Ujarnya dengan suara tercekat. Radit membalikkan badannya hendak keluar. Sebelum membuka pintu ia mengatakan sesuatu. "Aku tunggu dibawah, kita makan bersama." Setelah mengatakan itu ia membuka pintu dan keluar. Setelah Radit keluar baru lah tubuh Alea bisa di gerakkan. Ia duduk di tepi ranjang dan mengusap dadanya yang masih berdetak kencang. Alea membuka satu persatu paperbag yang diberikan Radit. Matanya berbinar melihat ponsel yang di belikan Radit. "Inikan mahal banget harganya." Gumamnya dan lanjut membuka paperbag lainnya dan melihat beberapa potong pakaian yang semuanya adalah dress. Alea memilih 1 dress yang akan ia pakai. "Langsung pake nggak papa kali ya, lagian ini dari butik ternama." Alea bermonolog. Ia memakai dress diatas lutut berwarna krem dengan model neck-v hingga terlihat belahan dadanya. Setelah itu menyisir rambutnya dan memoles lipstick warna peach dan menyemprotkan parfum ke tubuhnya. Ia turun ke bawah dan melihat Radit duduk di meja makan menunggunya di meja makan. Mendengar langkah kaki dari tangga Radit mengarahkan pandangannya ke tangga. Ia menatap Alea menggunakan dress mini yang tadi ia belikan. Kesan seksi langsung mencuat kala melihat Alea. Alea yang di tatap Radit seperti itu merasa rikuh. "Kenapa mas? Nggak pantas ya Lea pakai ini?" Tanya Alea ketika sudah didepan Radit. "Egheem." Radit berdehem untuk menetralkan degub jantungnya. "Nggak kok, kamu cantik. Kita makan sekarang." Alea langsung duduk disebelah Radit dan mengisi piring Radit dengan nasi, sayur dan ayam goreng.Mereka berdua makan dengan di selingi sedikit obrolan. "Gimana skripsi mu?" Tanya Radit tanpa menatap Alea. "Ya gitu deh, belum di ACC sama pak Nino." "Biar besok saya yang bilang sama Nino. Setelah di ACC apa kamu mau kita pergi bulan madu?" Uhuuk. Uhuuk. Mendengar perkataan Radit Alea langsung tersedak. Radit memberikan air minum pada Alea. "Pelan-pelan kenapa!" Ujarnya. "Bulan madu?" Alea bergidik membayangkan dirinya pergi bulan madu dengan Radit. "Kalo nggak mau juga nggak papa." Radit menyudahi makannya dan meninggalkan Alea sendiri di meja makan. Ia naik kelantai atas dan masuk ke dalam kamarnya. "Apa aku terlalu terburu-buru?" Radit bermonolog sambil menatap pantulan dirinya di depan cermin. *** Keesokan paginya Alea dan Radit berangkat ke kampus bersama-sama. Hari ini Radit masih cuti. Namun Ia sengaja ingin datang ke kampus untuk menemui rekannya. Sedangkan Alea masih harus menemui dosen pembimbingnya. "Mas, Lea turun duluan ya."
Alea mengambil ponselnya dari dalam tasnya, dan mencari nama Diego dari daftar kontak. Setelah menemukan nama Diego, Alea mendial nya. “Halo, ada apa Le?” Tanya Diego dari seberang telepon. “Go, kamu lagi dimana?” “Aku lagi nunggu giliran bimbingan. Ada apa?” balas Diego.“Nanti kita ketemuan di kafe ya, ada yang mau aku sampein ke kamu!” “Ngomong di sini aja!” “Ini penting Go. Aku tunggu di kafe jam 11.” Terdengar suara decakan di sana. “Di kafe mana?” “Panorama.” “Oke.” Alea menutup teleponnya dan menghubungi Radit. “Mas, Lea nggak betah nunggu kalo sampe jam 1, urusan di kampus udah beres,” ujar Alea.“Ya sudah, aku jemput kamu sekarang.” “Mas Radit nggak kerja?” “Aku lagi cuti.” Radit menutup teleponnya dan keluar dari ruangannya. Ia mengendarai mobilnya sendirian menjemput Alea. “Keluarlah, aku sudah sampai.” Radit menghubungi Alea ketika sudah sampai didepan gerbang kampus. Alea melihat mobil Radit dan berjalan mendekatinya. Ia masuk ke dalam mobil lalu dudu
Lepaskan tangan istri saya.” Ucap Radit mengulangi. Susi melepaskan tangan Alea dengan cara menghempaskan dengan kasar. “Aaawww.” Alea merintih karena tangannya sakit setelah di cekal dengan kuat. “Susi kamu boleh pergi.” Radit memberikan kode dengan kepalanya.Susi pergi meninggalkan mereka sambil menghentakkan kakinya. “Kenapa dia mas?” Tanya Alea sambil menatap kepergian Susi.Radit menggedikkan bahunya dan kembali masuk ke dalam. “Diego udah sampe mas.” “Oh ya.” Ujar Radit menatap Alea.Alea menganggukkan kepalanya. Radit mendekati Alea dan berdiri tepat didepannya. Ia mencondongkan tubuhnya hingga Alea memundurkan tubuhnya. “Kamu cantik kalo rambutnya di ikat.” Radit mengambil jedai milik Alea dari dalam tas Alea dan merapihkan rambutnya lalu menjepitnya dengan jedai. Alea merasa gugup dengan tindakan Radit. Setelah selesai Radit mendekatkan wajahnya ke ceruk leher Alea dan menghisapnya.“Ssshhh.” Alea meringis merasakan sakit karena hisapan dan gigitan d
"Mantan!" tegas Alea lalu pergi meninggalkan Radit menuju parkiran. Radit tertawa sambil berlari mengejar Alea. Mereka kembali ke rumah karena mood Alea sedang tidak baik. Sesampainya di depan rumah, Alea langsung turun dari mobil meninggalkan Radit, Radit menggelengkan kepalanya seraya tersenyum melihat Alea "Dasar bocah." Gumam Radit dan turun dari mobil menyusul Alea ke dalam rumah. "Alea!" Seru Radit memanggil Alea yang sudah berada di tengah anak tangga. Merasa namanya di panggil, Alea menoleh kearah Radit. "Ada apa mas?" "Buatkan aku kopi hitam, setelah itu antarkan ke ruang kerjaku." Titahnya, lalu berjalan mendahului Alea, menuju ruang kerjanya. Alea menghela nafas pelan lalu kembali menuruni tangga. Ia sadar jika saat ini sudah menjadi seorang istri, mau tidak mau dirinya harus melayani kebutuhan Radit mulai saat ini. Alea menuju ke dapur, ia tidak mengerti seluk beluk rumah ini. Ia hanya berdiam dan memindai kitchen set di depannya. Alea tidak pernah membuat kopi seb
Alea mendorong tubuh Radit yang berada diatas tubuhnya lalu ia bangkit dari ranjang. Ia menatap Radit dengan kikuk. "Maaf mas, aku mau ke kamarku!" Kata Alea sambil menggaruk tengkuknya lalu membuka pintu kamar Radit dan keluar. Radit menghembuskan nafasnya dan kembali merebahkan tubuhnya diatas ranjang dengan posisi terlentang. "Huuuuft." ia harus kembali bersabar untuk mendapatkan hati dan tubuh Alea, karena sadar jika mereka menikah karena terpaksa, sudah pasti Alea membutuhkan waktu untuk bisa menerimanya. Alea memukuli kepalanya pelan sambil bergumam. "Haiiss, bisa-bisanya kepegang torpedo nya mas Radit, bikin malu aja sih Alea alea." Alea masuk kedalam kamar dan menguncinya dari dalam. ia takut jika tiba-tiba Radit masuk ke dalam kamarnya. Alea berpikir jika ia sebaiknya tidak bertemu dulu dengan Radit selama beberapa waktu. Jujur saja Alea sangat malu sekali dengan kejadian tadi. "Huuuuft, semoga mas Radit nggak maksa buat ketemu dulu deh." Kata Alea dengan posisi sudah
Alea tersenyum lebar menatap cermin. Ia tampak cantik menggunakan kebaya berwarna biru dengan make-up yang lumayan tebal. Hari ini adalah hari pernikahan kakak kandungnya, Maura bersama teman masa kecilnya yang bernama Radit. Yang Alea tahu, Maura dan Radit sudah berteman sejak 10 tahun lalu.Alea pun mengenal Radit karena mereka juga sering bermain bersama. Radit bahkan sering membantu Alea untuk menyelesaikan skripsinya. Pastii rasanya menyenangkan menjadi adik ipar Radit.“Le,” mamanya memanggil dari arah belakang. “Panggil kakakmu, ya. Acara sudah mau dimulai.”Alea menangguk. “Siap, Ma!”Alea pun melangkah ke kamar hotel kakaknya yang berada di sebelah kamarnya. Acara pernikahan ini memang dilaksanakan di ballroom hotel, dan beberapa kamar disewa untuk keperluan persiapan.“Kak?” Alea mengetuk pintu kamarnya.Namun, Alea merasa aneh ketika melihat pintu kamar hotel itu tidak terkunci. Ia pun segera masuk.Kamar itu kosong. Alea tidak melihat Maura dan hanya melihat kebaya pengan
Radit tak menyangka hal ini akan terjadi dalam hidupnya.Radit benar-benar tak habis pikir dengan tindakan Maura. Mereka memang tidak saling mencintai. Tapi mengapa tidak mengatakan dari awal jika dia memiliki pria lain. Kenapa harus pergi disaat pernikahan sudah didepan mata.“Alea, mama benar. Tolong selamatkan harga diri keluarga kita. Papa benar-benar tidak akan mampu mendongakkan wajah di hadapan keluarga dan rekan-rekan papa jika pernikahan ini batal. Kakakmu benar-benar telah melemparkan kotoran ke wajah papa.” Danu bersimpuh di lutut Alea dengan air mata berlinang.Alea menatap Radit yang juga menatapnya dengan mata memerah.“Alea, aku berjanji akan menceraikan mu jika nanti kau memang tidak siap untuk berumah tangga. Aku tidak akan mengekang mu.” Ujar Radit. Radit tidak ingin keluarga besarnya menghancurkan ballroom hotel itu karena merasa kecewa pada keluarga Danu.“Tidak Radit, jangan mempermainkan pernikahan. Pernikahan bukanlah sesuatu yang bisa di permainkan. Lea tolong
Radit memakai kaos polos dan celana pendek.Radit merebahkan tubuhnya yang lelah diatas ranjang.Ia tidak ingin memikirkan apapun saat ini. Baginya jika memang Maura tidak ingin menikah dengan nya tidak masalah.Alea keluar kamar mandi dengan rambut basah dan berpakaian lengkap, dirinya melihat Radit sudah terlelap.Ia mendekati ranjang untuk ikut tidur. Karena jujur saja terlalu banyak menangis membuat kepalanya sakit.Sekitar pukul 5 Radit membangunkan Alea yang masih terlelap.“Lea, bangun!” Radit mengusap pipi Alea dengan lembut.Merasakan dingin di pipinya Alea membuka matanya.Matanya mendelik kala melihat Radit berada di depannya.“Mas Radit ngapain disini?” Tanya Alea dengan wajah panik dan duduk menjauh dari Radit.“Aku suamimu sekarang, kenapa kau seperti melihat hantu?”“Aah, nggak. Maaf Alea tadi lupa kalo sudah menikah sama mas Radit.”“MUA yang akan meria mu sudah datang.”Radit membuka pintu kamar karena akan keluar.“Memangnya ini jam berapa mas?”“Jam 5. Aku keluar du