Share

Bab 2

Radit tak menyangka hal ini akan terjadi dalam hidupnya.

Radit benar-benar tak habis pikir dengan tindakan Maura. Mereka memang tidak saling mencintai. Tapi mengapa tidak mengatakan dari awal jika dia memiliki pria lain. Kenapa harus pergi disaat pernikahan sudah didepan mata.

“Alea, mama benar. Tolong selamatkan harga diri keluarga kita. Papa benar-benar tidak akan mampu mendongakkan wajah di hadapan keluarga dan rekan-rekan papa jika pernikahan ini batal. Kakakmu benar-benar telah melemparkan kotoran ke wajah papa.” Danu bersimpuh di lutut Alea dengan air mata berlinang.

Alea menatap Radit yang juga menatapnya dengan mata memerah.

“Alea, aku berjanji akan menceraikan mu jika nanti kau memang tidak siap untuk berumah tangga. Aku tidak akan mengekang mu.” Ujar Radit. Radit tidak ingin keluarga besarnya menghancurkan ballroom hotel itu karena merasa kecewa pada keluarga Danu.

“Tidak Radit, jangan mempermainkan pernikahan. Pernikahan bukanlah sesuatu yang bisa di permainkan. Lea tolong nak, papa benar-benar minta tolong dengan sangat.” Danu bersimpuh di kaki Alea dan Alea menahan tubuh Danu.

“Pa, tolong jangan seperti ini. Papa tidak pantas melakukan ini. Bangun lah pa, Alea akan menikah dengan mas Radit.” Ujar Alea mantap. Saat ini Alea tidak lagi punya pilihan. Alea memikirkan harga diri keluarga nya dan juga Radit.

“Terimakasih nak.” Danu dan Linda memeluk tubuh Alea mereka bertiga menangis bersama. Radit ikut menitikkan air matanya.

Takdir membawanya untuk menikahi calon adik iparnya.

“Bagaimana dengan keluarga mas Radit? Apakah mereka tidak keberatan jika pengantin wanitanya berbeda?” tanya Alea menatap Radit.

“Tenang saja, aku menjelaskan pada mereka setelah kita menikah nanti.”

“Ya sudah, sekarang kamu bersiap. Mama panggilkan penata rias dulu.

Danu mengajak Radit untuk menemui penghulu.

“Tunggu sebentar Om, Radit ingin berbicara dengan Alea sebentar.”

“Baiklah, om tunggu disana saja.”

Saat Danu sudah pergi, Radit mendekati Alea.

“Alea, terimakasih sudah menyelamatkan ku. Aku akan memberikan apapun yang kau inginkan. Maaf jika membuatmu dalam keadaan seperti ini.”

“Mas Radit nggak usah ngomong seperti itu. Ini terjadi karena kak Maura. Jadi, , , “

“Tolong jangan katakan jika kau melakukan ini untuk menebus kesalahan Maura. Aku tidak ingin mendengarnya. Aku pergi dulu.” Radit meninggalkan Alea seorang diri menuju tempat akad. 

Alea sudah di rias dengan cantik dan juga menggunakan kebaya milik Maura.

Tubuhnya sangat menawan berjalan menuju meja akad dengan di apit oleh Linda dan sepupunya.

Alea duduk di kursi sebelah Radit. Wajah Alea memang sedikit mirip dengan Alea. Hingga membuat tamu undangan dan keluarga Radit tidak mengetahui jika itu adalah Alea dan bukan Maura. Tapi bagi siapapun yang sering melihat mereka, Alea jauh lebih cantik dari Maura.

Alea menitipkan air matanya sejak tadi.

“Saya terima nikah dan kawinnya Alhura Alea binti Danu Setiawan dengan mas kawin tersebut dibayar tunai.” Radit mengucapkan ijab qobul dengan sekali tarikan nafas.

“Sah.”

“Sah.”

Air mata mereka berdua berderai mendengar saksi dan para tamu mengucapkan kata sah.

Radit dan Danu membubuhkan tanda tangan pada berkas pernikahan.

Setelah semuanya selesai.

Radit menghampiri kakek nya yang sejak tadi menatapnya dengan tatapan penuh pertanyaan.

Radit memang sudah tidak memiliki orang tua, kedua orang tuanya sudah meninggal dunia.

Selama ini kakeknya yang mengurus Radit.

Kakeknya sudah lama menderita penyakit alzheimer. Tak perlu susah payah memberitahukan keluarganya dengan apa yang terjadi sebelumnya.

Mereka semua menyerahkan keputusan pada Radit.

Mereka masuk kedalam kamar pengantin untuk beristirahat. Karena malam nanti akan diadakan resepsi di tempat yang sama.

Alea dan Radit menatap ranjang pengantin yang bertabur kelopak mawar merah dan di bentuk hati. Kamar ini seharusnya menjadi milik Maura dan Radit tapi saat ini telah menjadi milik Alea dan Radit.

“Aku ingin bersih-bersih. Ganti pakaianmu selagi aku di kamar mandi.” Radit masuk kedalam kamar mandi tanpa menunggu jawaban Alea.

Alea kembali menangisi nasibnya.

Bagaimana bisa takdir membawanya ke keadaan seperti ini. Alea memang tidak terlalu akrab dengan Radit. Jadi berada dalam satu ruangan seperti ini membuatnya rikuh dan bingung.

Alea mengambil dress rumahan yang mama nya sudah siapkan.

Radit keluar kamar mandi dengan tubuh setengah telanjang.

Alea memalingkan wajahnya ke arah lain ia benar-benar merasa canggung berada didalam kamar bersama Radit.

“Lea mau mandi dulu.” Alea berjalan menuju kamar mandi.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status