Mereka berdua makan dengan di selingi sedikit obrolan.
"Gimana skripsi mu?" Tanya Radit tanpa menatap Alea. "Ya gitu deh, belum di ACC sama pak Nino." "Biar besok saya yang bilang sama Nino. Setelah di ACC apa kamu mau kita pergi bulan madu?" Uhuuk. Uhuuk. Mendengar perkataan Radit Alea langsung tersedak. Radit memberikan air minum pada Alea. "Pelan-pelan kenapa!" Ujarnya. "Bulan madu?" Alea bergidik membayangkan dirinya pergi bulan madu dengan Radit. "Kalo nggak mau juga nggak papa." Radit menyudahi makannya dan meninggalkan Alea sendiri di meja makan. Ia naik kelantai atas dan masuk ke dalam kamarnya. "Apa aku terlalu terburu-buru?" Radit bermonolog sambil menatap pantulan dirinya di depan cermin. *** Keesokan paginya Alea dan Radit berangkat ke kampus bersama-sama. Hari ini Radit masih cuti. Namun Ia sengaja ingin datang ke kampus untuk menemui rekannya. Sedangkan Alea masih harus menemui dosen pembimbingnya. "Mas, Lea turun duluan ya." Alea merapihkan penampilannya dan turun dari mobil Radit. "Tunggu Le." Radit mencekal pergelangan tangan Alea. "Ada apa mas?" "Kamu putuskan hubungan mu dengan pacarmu itu hari ini juga." Alea mendelikkan matanya mendengar titah Radit. "Aku harus cari alasan apa mas?" "Kamu bilang saja kalau kamu sudah menikah, jujur lebih baik." "Baik mas, Lea akan mengatakannya pada Diego." Jawab Alea lemah, ia lalu turun dari mobil dan berjalan lesu. Radit menatap kepergian Alea sambil tersenyum. Lalu Radit juga ikut turun dan berjalan menuju ruangan dosen. "Loh pak Radit kok ada disini, bukannya masih cuti ya." Tanya Nino yang melihat Radit berada di ruangan dosen. Nino adalah salah satu dosen muda yang menjadi dosen pembimbing Alea. "Saya sengaja datang kesini karena ingin minta tolong sama pak Nino supaya ACC skripsi Alea." Nino mengernyitkan dahi nya tak paham. "Memangnya kenapa pak?" "Saya tau pak Nino suka sama Alea, tapi rasanya nggak etis jika pak Nino melakukan itu hanya untuk tetap bisa bersama Alea." "Bukan begitu maksud saya pak. Baiklah saya akan ACC skripsi Alea. Kalau boleh tau memangnya kenapa pak Radit menemui saya hanya untuk mengatakan itu?" "Karena Alea sudah men, , , ," "Pagi pak Radit, pagi pak Nino. Wah pengantin baru kenapa sudah berada di kampus. Bukannya pak Radit ambil cuti ya." Sela salah satu dosen senior yang baru datang menyapa mereka. "Saya ingin bertemu dengan pak Nino. Ya sudah, terimakasih pak Nino. Kalau begitu saya pamit dulu." Radit meninggalkan ruangan dosen dan menuju ke parkiran. Sopir pribadi Radit membukakan pintu mobil untuk Radit. "Kita kemana Den?" Tanya sopir pribadinya Radit. "Ke kantor saja pak." Radit mengeluarkan ponselnya dan menghubungi Alea. "Halo mas." "Saya tunggu jam 1 siang di kafe Panorama. Kamu ajak pacarmu kesana dan putuskan dia disana." "Iya mas." Alea merasa tertekan dengan perintah Radit. Bagaimana bisa tiba-tiba dirinya harus memutuskan Diego. Padahal mereka tidak sedang ada masalah. Tapi dirinya lebih takut jika melanggar kodratnya sebagai seorang istri. "Ya Tuhan, kenapa hidupku jadi begini?" Alea bermonolog dan menatap langit. "Ada apa sih Le?" Tanya Tika, teman karib Alea di kampus. Alea hanya menyunggingkan senyumnya dan menggelengkan kepala. "Le, kita udah berteman lama. Aku tau kalo kamu lagi punya masalah, ayolah cerita sama aku." Tika menatap lekat mata Alea yang sepertinya tersimpan beban berat. Lagi-lagi Alea tersenyum dan menggelengkan kepalanya. "Aku nggak papa kok. Nanti suatu saat aku pasti akan cerita sama kamu." "Le, pliss cerita sama aku, mana tau aku bisa ngasih solusi." "Tika, aku benar-benar belum siap. Tolong mengerti aku." Alea merasa belum siap memberi tahukan permasalahan nya pada Tika. "Ya udah kalo memang kamu belum siap. Tapi aku selalu siap kapanpun kamu butuh aku." Tika merangkul pundak Alea yang duduk di sebelahnya. "Makasih ya Tik." Mereka memesan makanan di kantin sambil menunggu jam untuk bertemu dosen pembimbing. "Gimana skripsi mu Tika?" "Udah siap, mudah-mudahan langsung di ACC. Kalo sampe di coret lagi aku nggak ngerti lagi deh, aku benar-benar udah nggak punya uang lagi untuk bikin skripsi." "Astaga, kenapa nggak bilang. Kalo butuh apa-apa bilang, nanti aku bantu." "Aku nggak mau ngerepotin kamu, kita kan sama-sama bukan dari keluarga sultan." "Tapi kalo cuma untuk skripsi aku bisa bantu." "Aku nggak enak ngerepotin kamu terus." "Kaya apa aja sih Tika." Alea menghubungi Diego untuk mengajaknya ke kafe. Hari ini juga Alea ingin memutuskan hubungannya dengan Diego. Lea tidak ingin terus-terusan merasa bersalah pada Diego.Alea mengambil ponselnya dari dalam tasnya, dan mencari nama Diego dari daftar kontak. Setelah menemukan nama Diego, Alea mendial nya. “Halo, ada apa Le?” Tanya Diego dari seberang telepon. “Go, kamu lagi dimana?” “Aku lagi nunggu giliran bimbingan. Ada apa?” balas Diego.“Nanti kita ketemuan di kafe ya, ada yang mau aku sampein ke kamu!” “Ngomong di sini aja!” “Ini penting Go. Aku tunggu di kafe jam 11.” Terdengar suara decakan di sana. “Di kafe mana?” “Panorama.” “Oke.” Alea menutup teleponnya dan menghubungi Radit. “Mas, Lea nggak betah nunggu kalo sampe jam 1, urusan di kampus udah beres,” ujar Alea.“Ya sudah, aku jemput kamu sekarang.” “Mas Radit nggak kerja?” “Aku lagi cuti.” Radit menutup teleponnya dan keluar dari ruangannya. Ia mengendarai mobilnya sendirian menjemput Alea. “Keluarlah, aku sudah sampai.” Radit menghubungi Alea ketika sudah sampai didepan gerbang kampus. Alea melihat mobil Radit dan berjalan mendekatinya. Ia masuk ke dalam mobil lalu dudu
Lepaskan tangan istri saya.” Ucap Radit mengulangi. Susi melepaskan tangan Alea dengan cara menghempaskan dengan kasar. “Aaawww.” Alea merintih karena tangannya sakit setelah di cekal dengan kuat. “Susi kamu boleh pergi.” Radit memberikan kode dengan kepalanya.Susi pergi meninggalkan mereka sambil menghentakkan kakinya. “Kenapa dia mas?” Tanya Alea sambil menatap kepergian Susi.Radit menggedikkan bahunya dan kembali masuk ke dalam. “Diego udah sampe mas.” “Oh ya.” Ujar Radit menatap Alea.Alea menganggukkan kepalanya. Radit mendekati Alea dan berdiri tepat didepannya. Ia mencondongkan tubuhnya hingga Alea memundurkan tubuhnya. “Kamu cantik kalo rambutnya di ikat.” Radit mengambil jedai milik Alea dari dalam tas Alea dan merapihkan rambutnya lalu menjepitnya dengan jedai. Alea merasa gugup dengan tindakan Radit. Setelah selesai Radit mendekatkan wajahnya ke ceruk leher Alea dan menghisapnya.“Ssshhh.” Alea meringis merasakan sakit karena hisapan dan gigitan d
"Mantan!" tegas Alea lalu pergi meninggalkan Radit menuju parkiran. Radit tertawa sambil berlari mengejar Alea. Mereka kembali ke rumah karena mood Alea sedang tidak baik. Sesampainya di depan rumah, Alea langsung turun dari mobil meninggalkan Radit, Radit menggelengkan kepalanya seraya tersenyum melihat Alea "Dasar bocah." Gumam Radit dan turun dari mobil menyusul Alea ke dalam rumah. "Alea!" Seru Radit memanggil Alea yang sudah berada di tengah anak tangga. Merasa namanya di panggil, Alea menoleh kearah Radit. "Ada apa mas?" "Buatkan aku kopi hitam, setelah itu antarkan ke ruang kerjaku." Titahnya, lalu berjalan mendahului Alea, menuju ruang kerjanya. Alea menghela nafas pelan lalu kembali menuruni tangga. Ia sadar jika saat ini sudah menjadi seorang istri, mau tidak mau dirinya harus melayani kebutuhan Radit mulai saat ini. Alea menuju ke dapur, ia tidak mengerti seluk beluk rumah ini. Ia hanya berdiam dan memindai kitchen set di depannya. Alea tidak pernah membuat kopi seb
Alea mendorong tubuh Radit yang berada diatas tubuhnya lalu ia bangkit dari ranjang. Ia menatap Radit dengan kikuk. "Maaf mas, aku mau ke kamarku!" Kata Alea sambil menggaruk tengkuknya lalu membuka pintu kamar Radit dan keluar. Radit menghembuskan nafasnya dan kembali merebahkan tubuhnya diatas ranjang dengan posisi terlentang. "Huuuuft." ia harus kembali bersabar untuk mendapatkan hati dan tubuh Alea, karena sadar jika mereka menikah karena terpaksa, sudah pasti Alea membutuhkan waktu untuk bisa menerimanya. Alea memukuli kepalanya pelan sambil bergumam. "Haiiss, bisa-bisanya kepegang torpedo nya mas Radit, bikin malu aja sih Alea alea." Alea masuk kedalam kamar dan menguncinya dari dalam. ia takut jika tiba-tiba Radit masuk ke dalam kamarnya. Alea berpikir jika ia sebaiknya tidak bertemu dulu dengan Radit selama beberapa waktu. Jujur saja Alea sangat malu sekali dengan kejadian tadi. "Huuuuft, semoga mas Radit nggak maksa buat ketemu dulu deh." Kata Alea dengan posisi sudah
Alea tersenyum lebar menatap cermin. Ia tampak cantik menggunakan kebaya berwarna biru dengan make-up yang lumayan tebal. Hari ini adalah hari pernikahan kakak kandungnya, Maura bersama teman masa kecilnya yang bernama Radit. Yang Alea tahu, Maura dan Radit sudah berteman sejak 10 tahun lalu.Alea pun mengenal Radit karena mereka juga sering bermain bersama. Radit bahkan sering membantu Alea untuk menyelesaikan skripsinya. Pastii rasanya menyenangkan menjadi adik ipar Radit.“Le,” mamanya memanggil dari arah belakang. “Panggil kakakmu, ya. Acara sudah mau dimulai.”Alea menangguk. “Siap, Ma!”Alea pun melangkah ke kamar hotel kakaknya yang berada di sebelah kamarnya. Acara pernikahan ini memang dilaksanakan di ballroom hotel, dan beberapa kamar disewa untuk keperluan persiapan.“Kak?” Alea mengetuk pintu kamarnya.Namun, Alea merasa aneh ketika melihat pintu kamar hotel itu tidak terkunci. Ia pun segera masuk.Kamar itu kosong. Alea tidak melihat Maura dan hanya melihat kebaya pengan
Radit tak menyangka hal ini akan terjadi dalam hidupnya.Radit benar-benar tak habis pikir dengan tindakan Maura. Mereka memang tidak saling mencintai. Tapi mengapa tidak mengatakan dari awal jika dia memiliki pria lain. Kenapa harus pergi disaat pernikahan sudah didepan mata.“Alea, mama benar. Tolong selamatkan harga diri keluarga kita. Papa benar-benar tidak akan mampu mendongakkan wajah di hadapan keluarga dan rekan-rekan papa jika pernikahan ini batal. Kakakmu benar-benar telah melemparkan kotoran ke wajah papa.” Danu bersimpuh di lutut Alea dengan air mata berlinang.Alea menatap Radit yang juga menatapnya dengan mata memerah.“Alea, aku berjanji akan menceraikan mu jika nanti kau memang tidak siap untuk berumah tangga. Aku tidak akan mengekang mu.” Ujar Radit. Radit tidak ingin keluarga besarnya menghancurkan ballroom hotel itu karena merasa kecewa pada keluarga Danu.“Tidak Radit, jangan mempermainkan pernikahan. Pernikahan bukanlah sesuatu yang bisa di permainkan. Lea tolong
Radit memakai kaos polos dan celana pendek.Radit merebahkan tubuhnya yang lelah diatas ranjang.Ia tidak ingin memikirkan apapun saat ini. Baginya jika memang Maura tidak ingin menikah dengan nya tidak masalah.Alea keluar kamar mandi dengan rambut basah dan berpakaian lengkap, dirinya melihat Radit sudah terlelap.Ia mendekati ranjang untuk ikut tidur. Karena jujur saja terlalu banyak menangis membuat kepalanya sakit.Sekitar pukul 5 Radit membangunkan Alea yang masih terlelap.“Lea, bangun!” Radit mengusap pipi Alea dengan lembut.Merasakan dingin di pipinya Alea membuka matanya.Matanya mendelik kala melihat Radit berada di depannya.“Mas Radit ngapain disini?” Tanya Alea dengan wajah panik dan duduk menjauh dari Radit.“Aku suamimu sekarang, kenapa kau seperti melihat hantu?”“Aah, nggak. Maaf Alea tadi lupa kalo sudah menikah sama mas Radit.”“MUA yang akan meria mu sudah datang.”Radit membuka pintu kamar karena akan keluar.“Memangnya ini jam berapa mas?”“Jam 5. Aku keluar du
Radit bisa melihat kulit Alea yang putih dan bersih. Ia melepaskan gaun yang Alea pakai hingga meluruh kebawah.Tubuh keduanya membeku tak tau apa yang harus dilakukan.Radit menelan salivanya dengan susah kala menatap tubuh Alea yang hanya menggunakan bra dan celana dalam.Kepalang tanggung Radit merengkuh tubuh Alea dari belakang.Hembusan nafas dari hidung Radit yang menerpa lehernya membuat tubuh Alea meremang.Radit mengendusi leher dan telinga Alea.“Mass, aku mau mandi.” Sekuat tenaga Alea mengeluarkan suaranya. Jujur dirinya belum siap untuk melakukan ritual malam pertama.Radit tersadar dan langsung menjauhkan tubuhnya dari Alea dan memalingkan wajahnya.“Maaf, maafkan aku. Mandilah.” Ujar Radit dengan suara serak dan wajah merah menahan hasrat. Radit berjalan menuju lemari untuk memakai pakaiannya.Alea mengambil gaunnya yang terjatuh dan menutupi tubuhnya lalu berjalan ke kamar mandi.Jantung nya berdegup kencang karena hal barusan.Hatinya merasa bersalah pada Diego.Airm