Radit memakai kaos polos dan celana pendek.
Radit merebahkan tubuhnya yang lelah diatas ranjang.
Ia tidak ingin memikirkan apapun saat ini. Baginya jika memang Maura tidak ingin menikah dengan nya tidak masalah.
Alea keluar kamar mandi dengan rambut basah dan berpakaian lengkap, dirinya melihat Radit sudah terlelap.
Ia mendekati ranjang untuk ikut tidur. Karena jujur saja terlalu banyak menangis membuat kepalanya sakit.
Sekitar pukul 5 Radit membangunkan Alea yang masih terlelap.
“Lea, bangun!” Radit mengusap pipi Alea dengan lembut.
Merasakan dingin di pipinya Alea membuka matanya.
Matanya mendelik kala melihat Radit berada di depannya.
“Mas Radit ngapain disini?” Tanya Alea dengan wajah panik dan duduk menjauh dari Radit.
“Aku suamimu sekarang, kenapa kau seperti melihat hantu?”
“Aah, nggak. Maaf Alea tadi lupa kalo sudah menikah sama mas Radit.”
“MUA yang akan meria mu sudah datang.”
Radit membuka pintu kamar karena akan keluar.
“Memangnya ini jam berapa mas?”
“Jam 5. Aku keluar dulu.”
Radit meninggalkan Alea sendiri.
Alea melihat 2 orang wanita mendatanginya dengan membawa beberapa barang.
“Kita make up sekarang ya mbak. Mbak mau mandi dulu apa nggak?”
“Nggak usah mbak, tadi aku udah mandi. Tapi aku mau buang air kecil sebentar.”
Alea menuju kamar mandi sebentar lalu kembali lagi dan duduk di depan meja rias.
Radit kembali kedalam kamar dengan membawa makanan di piring untuk Alea.
Ia mendekati Alea yang sedang dirias.
“Sambil makan ya, kamu belum makan sejak tadi.”
Radit menyuapkan sesendok makanan pada Alea.
“Lea bisa sendiri mas.”
“Bagaimana kamu melakukannya? Tanganmu sedang di henna. Sudah makan!” Mau tak mau Alea menuruti Radit. Ia memang belum makan apapun sejak pagi, jadi perutnya sangat lapar.
Alea merasa hangat dengan perlakuan Radit.
Suapan demi suapan makanan berhasil memenuhi perut Alea hingga makanan habis. Radit menyodorkan air putih di gelas dan meminumkannya pada Alea.
“Terimakasih mas.” Alea masih canggung menatap mata Radit.
“Sama-sama.” Jawab Radit singkat dan berdiri meninggalkan Alea yang sedang dirias.
“Suaminya perhatian banget mbak, jadi meleleh deh.” Goda wanita yang sedang mengukir henna di tangan Alea.
Alea hanya tersenyum tak menjawab apapun.
Hati Alea gamang memikirkan hubungannya dengan Diego.
Dia mencintai Diego, tapi Danu berpesan untuk tidak mempermainkan pernikahan.
Dirinya benar-benar terjebak dengan kondisi yang tak sama sekali ia inginkan.
Sekitar pukul 7 malam lebih 30 menit Radit dan Alea masuk kedalam ballroom untuk menuju pelaminan.
Semua mata memandang takjub pada Radit dan Alea.
Alea menggunakan gaun berwarna merah maroon press body dengan ekor yang tidak terlalu panjang bertahta butiran berlian yang gemerlapan saat terkena lampu yang menyoroti mereka berdua. Rambut Alea di tata oleh hair stylist profesional dan dihiasi dengan Tiara bertahtakan berlian yang Radit pesan khusus untuk mempelainya. Radit juga mengenakan setelan jas dengan warna senada, nampak gagah dan tampan. Mereka bergandengan untuk naik ke pelaminan.
Alea memaksakan senyumnya karena tidak ingin para tamu undangan melihatnya murung.
Prosesi resepsi tersebut berjalan dengan lancar dan meriah. Tanpa seorang pun yang tau bagaimana perasaan Alea. Alea terus memikirkan bagaiman kehidupannya setelah ini. Bagaimana hubungannya dengan Diego. Bagaimana cita-citanya yang ingin menjadi wanita karir. Bagaimana keinginannya melanjutkan S2 di luar negeri. Hatinya benar-benar sesak hingga membuatnya sulit bernafas.
Sekitar pukul 10 malam. Radit membawa Alea untuk kembali ke kamar pengantin mereka.
“Acara sudah selesai, kita kembali ke kamar sekarang ya.” Alea menganggukkan kepalanya dan menggandeng lengan Radit.
Sesampainya di kamar Radit masuk kedalam kamar mandi.
Alea melepaskan hiasan di kepalanya dan menghapus make-up nya.
Saat akan melepaskan pakaiannya Alea merasa bingung. Gaun itu memakai kancing yang berada di belakang.
“Kenapa?” Tanya Radit yang baru keluar dari kamar mandi. Ia melihat Alea yang kesulitan membuka gaunnya.
Alea berbalik menatap Radit yang telanjang dada dengan handuk yang melilit bagian pinggang dan rambut yang masih basah dan tetesan air dari rambutnya , tubuh atletis dengan otot kekar di beberapa bagian tubuhnya membuat Alea meneguk Saliva.
“Alea, kamu kenapa diam saja?”
“Eeh, mas bisa tolong lepasin kancing nggak?”
Alea membalikkan tubuhnya, dan menggenggam rambutnya dengan tangannya.
Radit mulai membuka kancing gaun Alea satu persatu.
Tangannya tak sengaja menyentuh kulit telanjang Alea hingga membuat tubuh keduanya seperti tersengat listrik.
Radit bisa melihat kulit Alea yang putih dan bersih. Ia melepaskan gaun yang Alea pakai hingga meluruh kebawah.Tubuh keduanya membeku tak tau apa yang harus dilakukan.Radit menelan salivanya dengan susah kala menatap tubuh Alea yang hanya menggunakan bra dan celana dalam.Kepalang tanggung Radit merengkuh tubuh Alea dari belakang.Hembusan nafas dari hidung Radit yang menerpa lehernya membuat tubuh Alea meremang.Radit mengendusi leher dan telinga Alea.“Mass, aku mau mandi.” Sekuat tenaga Alea mengeluarkan suaranya. Jujur dirinya belum siap untuk melakukan ritual malam pertama.Radit tersadar dan langsung menjauhkan tubuhnya dari Alea dan memalingkan wajahnya.“Maaf, maafkan aku. Mandilah.” Ujar Radit dengan suara serak dan wajah merah menahan hasrat. Radit berjalan menuju lemari untuk memakai pakaiannya.Alea mengambil gaunnya yang terjatuh dan menutupi tubuhnya lalu berjalan ke kamar mandi.Jantung nya berdegup kencang karena hal barusan.Hatinya merasa bersalah pada Diego.Airm
Keesokan paginya Alea terbangun karena mendengar suara gemericik air. Alea mengerjapkan matanya dan memindai kamar tempatnya tidur. Alea tidak mengenali ruangan ini. Setelah ingatannya kembali, Alea baru sadar jika saat ini dirinya tidur di hotel. Tepatnya di kamar pengantin yang seharusnya menjadi kamar pengantin Radit dan Maura. Alea mengambil ponselnya diatas nakas dan melihat saat ini sudah jam 7 pagi. Alea bangun dari tempat tidur dan membuka tirai dan membuka pintu kaca yang mengarah ke balkon. Ia merenggangkan tangannya dan menghirup udara segar di pagi hari. Pagi ini cuaca mendung jadi masih terasa dingin. "Mas Radit pasti lagi mandi." Alea bergumam sendiri lalu masuk lagi untuk mengambil ponselnya karena terdengar dering panggilan telepon. Ia melihat nama Diego terpampang di layar ponselnya. Alea menatap pintu kamar mandi memastikan jika Radit belum akan keluar. "Halo Go." sapa Alea dan berjalan menuju balkon. "Lea, kamu kemana aja sih, dari kemarin aku hubungin ka
Keluarga mereka semua sudah pulang sejak semalam. Jadi hanya Alea dan Radit yang menginap di hotel ini. "Mas, kita berapa hari di hotel ini?" Tanya Alea saat mereka masih di dalam lift. "Kamu maunya berapa lama?"Jawab Radit tanpa menatapnya, ia sibuk menatap layar ponselnya. "Ck," Alea berdecak kesal karena Radit tak menganggapnya ada. Radit menyimpan ponselnya ke dalam saku celana karena melihat wajah Alea yang mulai kesal. "Kalo kamu mau kita secepatnya pulang ya kita pulang. Jika masih ingin di sini ya kita disini sampai kamu puas." "Habis ini pulang saja. Besok Lea harus bertemu dosen pembimbing." "Belum selesai sama skripsinya?" "Belum, pak Nino kayaknya nggak pengen ngelulusin aku deh." "Dia itu suka sama kamu." Mendengar perkataan Radit Alea mendengus. "Haisss, aku udah punya Diego." "Lalu aku apa?" Tanya Radit, hingga membuat Alea tersentak dan sadar. Saat ini ia sudah menjadi istri Radit. Radit menatap Alea tajam, nyali Alea langsung menc
"Jangan mas!" Radit mengernyitkan dahinya mendengar penolakan Alea. "Kenapa?" "Aku belum siap, lagian biarin aja sih mereka nggak tau. sebentar lagi kan aku nggak kuliah lagi disana!" "Memang udah yakin kalo kamu bakal lulus." Jawab Radit sarkas hingga membuat Alea terdiam. "Gimana kalo kamu jadi mahasiswa abadi kaya Pedro?" "Mas Radit jangan nakut-nakutin Lea gitu dong. Mas Radit kan suami Lea, bisa bantu ngomong sama pak Nino buat ACC skripsi Lea. Nanti pas sidang mas Radit juga bisa jadi salah satu dosen penguji nya." "Katanya nggak mau di publish kalo kita suami istri, tapi sekarang malah bilang begitu. Dasar plin-plan." "Ck, mas Radit kan bisa bilang sama mereka kalo aku adik iparnya mas Radit." "Imbalannya apa kalo aku bisa melakukan itu." Radit menatap intens Alea. Alea berpikir sambil mengetuk dagunya dengan telunjuk. "Apa aja deh yang mas Radit mau." Ujarnya. Karena Radit sudah memiliki segalanya Alea bingung mau memberikan imbalan apa. "
Karena lelah menangis akhirnya Alea tertidur. Radit meninggalkan Alea di rumah bersama ART nya. "Bik saya mau ke kantor, nanti kalo Lea nanyain saya bilang saya keluar sebentar. Suruh dia makan karena dari siang belum makan." "Siap den." Radit mengendarai mobilnya sendiri.Radit datang ke kantor dan langsung mendapatkan ucapan selamat dari para karyawannya.Jika pernikahannya kemarin gagal. Mungkin saat ini Radit tidak akan berani menampakkan wajahnya. Alea sudah menyelamatkan dirinya dari rasa malu. Saat sampai di lantai atas dimana ruangannya berada asisten Radit terkejut melihat kedatangan bosnya. "Pak Radit kenapa ke kantor. Bukannya seharusnya hari ini masih cuti sampai 1 Minggu kedepan ya." Tanya asisten pribadinya. "Saya tidak boleh datang ke kantor saya sendiri begitu?" "Bu-bukanya begitu pak. Ada yang bisa saya bantu pak?" "Berikan laporan hasil penjualan bulan ini." "Tapi pak, bulan ini masih kurang 2 Minggu lagi. Jadi belum di kerjakan." "Kalau begitu yang bulan
Mereka berdua makan dengan di selingi sedikit obrolan. "Gimana skripsi mu?" Tanya Radit tanpa menatap Alea. "Ya gitu deh, belum di ACC sama pak Nino." "Biar besok saya yang bilang sama Nino. Setelah di ACC apa kamu mau kita pergi bulan madu?" Uhuuk. Uhuuk. Mendengar perkataan Radit Alea langsung tersedak. Radit memberikan air minum pada Alea. "Pelan-pelan kenapa!" Ujarnya. "Bulan madu?" Alea bergidik membayangkan dirinya pergi bulan madu dengan Radit. "Kalo nggak mau juga nggak papa." Radit menyudahi makannya dan meninggalkan Alea sendiri di meja makan. Ia naik kelantai atas dan masuk ke dalam kamarnya. "Apa aku terlalu terburu-buru?" Radit bermonolog sambil menatap pantulan dirinya di depan cermin. *** Keesokan paginya Alea dan Radit berangkat ke kampus bersama-sama. Hari ini Radit masih cuti. Namun Ia sengaja ingin datang ke kampus untuk menemui rekannya. Sedangkan Alea masih harus menemui dosen pembimbingnya. "Mas, Lea turun duluan ya."
Alea mengambil ponselnya dari dalam tasnya, dan mencari nama Diego dari daftar kontak. Setelah menemukan nama Diego, Alea mendial nya. “Halo, ada apa Le?” Tanya Diego dari seberang telepon. “Go, kamu lagi dimana?” “Aku lagi nunggu giliran bimbingan. Ada apa?” balas Diego.“Nanti kita ketemuan di kafe ya, ada yang mau aku sampein ke kamu!” “Ngomong di sini aja!” “Ini penting Go. Aku tunggu di kafe jam 11.” Terdengar suara decakan di sana. “Di kafe mana?” “Panorama.” “Oke.” Alea menutup teleponnya dan menghubungi Radit. “Mas, Lea nggak betah nunggu kalo sampe jam 1, urusan di kampus udah beres,” ujar Alea.“Ya sudah, aku jemput kamu sekarang.” “Mas Radit nggak kerja?” “Aku lagi cuti.” Radit menutup teleponnya dan keluar dari ruangannya. Ia mengendarai mobilnya sendirian menjemput Alea. “Keluarlah, aku sudah sampai.” Radit menghubungi Alea ketika sudah sampai didepan gerbang kampus. Alea melihat mobil Radit dan berjalan mendekatinya. Ia masuk ke dalam mobil lalu dudu
Lepaskan tangan istri saya.” Ucap Radit mengulangi. Susi melepaskan tangan Alea dengan cara menghempaskan dengan kasar. “Aaawww.” Alea merintih karena tangannya sakit setelah di cekal dengan kuat. “Susi kamu boleh pergi.” Radit memberikan kode dengan kepalanya.Susi pergi meninggalkan mereka sambil menghentakkan kakinya. “Kenapa dia mas?” Tanya Alea sambil menatap kepergian Susi.Radit menggedikkan bahunya dan kembali masuk ke dalam. “Diego udah sampe mas.” “Oh ya.” Ujar Radit menatap Alea.Alea menganggukkan kepalanya. Radit mendekati Alea dan berdiri tepat didepannya. Ia mencondongkan tubuhnya hingga Alea memundurkan tubuhnya. “Kamu cantik kalo rambutnya di ikat.” Radit mengambil jedai milik Alea dari dalam tas Alea dan merapihkan rambutnya lalu menjepitnya dengan jedai. Alea merasa gugup dengan tindakan Radit. Setelah selesai Radit mendekatkan wajahnya ke ceruk leher Alea dan menghisapnya.“Ssshhh.” Alea meringis merasakan sakit karena hisapan dan gigitan d