Share

Bab 3

Radit memakai kaos polos dan celana pendek.

Radit merebahkan tubuhnya yang lelah diatas ranjang.

Ia tidak ingin memikirkan apapun saat ini. Baginya jika memang Maura tidak ingin menikah dengan nya tidak masalah.

Alea keluar kamar mandi dengan rambut basah dan berpakaian lengkap, dirinya melihat Radit sudah terlelap.

Ia mendekati ranjang untuk ikut tidur. Karena jujur saja terlalu banyak menangis membuat kepalanya sakit.

Sekitar pukul 5 Radit membangunkan Alea yang masih terlelap.

“Lea, bangun!” Radit mengusap pipi Alea dengan lembut.

Merasakan dingin di pipinya Alea membuka matanya.

Matanya mendelik kala melihat Radit berada di depannya.

“Mas Radit ngapain disini?” Tanya Alea dengan wajah panik dan duduk menjauh dari Radit.

“Aku suamimu sekarang, kenapa kau seperti melihat hantu?”

“Aah, nggak. Maaf Alea tadi lupa kalo sudah menikah sama mas Radit.”

“MUA yang akan meria mu sudah datang.”

Radit membuka pintu kamar karena akan keluar.

“Memangnya ini jam berapa mas?”

“Jam 5. Aku keluar dulu.”

Radit meninggalkan Alea sendiri.

Alea melihat 2 orang wanita mendatanginya dengan membawa beberapa barang.

“Kita make up sekarang ya mbak. Mbak mau mandi dulu apa nggak?”

“Nggak usah mbak, tadi aku udah mandi. Tapi aku mau buang air kecil sebentar.”

Alea menuju kamar mandi sebentar lalu kembali lagi dan duduk di depan meja rias.

Radit kembali kedalam kamar dengan membawa makanan di piring untuk Alea.

Ia mendekati Alea yang sedang dirias.

“Sambil makan ya, kamu belum makan sejak tadi.”

Radit menyuapkan sesendok makanan pada Alea.

“Lea bisa sendiri mas.”

“Bagaimana kamu melakukannya? Tanganmu sedang di henna. Sudah makan!” Mau tak mau Alea menuruti Radit. Ia memang belum makan apapun sejak pagi, jadi perutnya sangat lapar.

Alea merasa hangat dengan perlakuan Radit.

Suapan demi suapan makanan berhasil memenuhi perut Alea hingga makanan habis. Radit menyodorkan air putih di gelas dan meminumkannya pada Alea.

“Terimakasih mas.” Alea masih canggung menatap mata Radit.

“Sama-sama.” Jawab Radit singkat dan berdiri meninggalkan Alea yang sedang dirias.

“Suaminya perhatian banget mbak, jadi meleleh deh.” Goda wanita yang sedang mengukir henna di tangan Alea.

Alea hanya tersenyum tak menjawab apapun.

Hati Alea gamang memikirkan hubungannya dengan Diego.

Dia mencintai Diego, tapi Danu berpesan untuk tidak mempermainkan pernikahan.

Dirinya benar-benar terjebak dengan kondisi yang tak sama sekali ia inginkan.

Sekitar pukul 7 malam lebih 30 menit Radit dan Alea masuk kedalam ballroom untuk menuju pelaminan.

Semua mata memandang takjub pada Radit dan Alea.

Alea menggunakan gaun berwarna merah maroon press body dengan ekor yang tidak terlalu panjang bertahta butiran berlian yang gemerlapan saat terkena lampu yang menyoroti mereka berdua. Rambut Alea di tata oleh hair stylist profesional dan dihiasi dengan Tiara bertahtakan berlian yang Radit pesan khusus untuk mempelainya. Radit juga mengenakan setelan jas dengan warna senada, nampak gagah dan tampan. Mereka bergandengan untuk naik ke pelaminan.

Alea memaksakan senyumnya karena tidak ingin para tamu undangan melihatnya murung. 

Prosesi resepsi tersebut berjalan dengan lancar dan meriah. Tanpa seorang pun yang tau bagaimana perasaan Alea. Alea terus memikirkan bagaiman kehidupannya setelah ini. Bagaimana hubungannya dengan Diego. Bagaimana cita-citanya yang ingin menjadi wanita karir. Bagaimana keinginannya melanjutkan S2 di luar negeri. Hatinya benar-benar sesak hingga membuatnya sulit bernafas.

Sekitar pukul 10 malam. Radit membawa Alea untuk kembali ke kamar pengantin mereka.

“Acara sudah selesai, kita kembali ke kamar sekarang ya.” Alea menganggukkan kepalanya dan menggandeng lengan Radit.

Sesampainya di kamar Radit masuk kedalam kamar mandi.

Alea melepaskan hiasan di kepalanya dan menghapus make-up nya.

Saat akan melepaskan pakaiannya Alea merasa bingung. Gaun itu memakai kancing yang berada di belakang.

“Kenapa?” Tanya Radit yang baru keluar dari kamar mandi. Ia melihat  Alea yang kesulitan membuka gaunnya.

Alea berbalik menatap Radit yang telanjang dada dengan handuk yang melilit bagian pinggang dan rambut yang masih basah dan tetesan air dari rambutnya , tubuh atletis dengan otot kekar di beberapa bagian tubuhnya membuat Alea meneguk Saliva.

“Alea, kamu kenapa diam saja?”

“Eeh, mas bisa tolong lepasin kancing nggak?”

Alea membalikkan tubuhnya, dan menggenggam rambutnya dengan tangannya.

Radit mulai membuka kancing gaun Alea satu persatu.

Tangannya tak sengaja menyentuh kulit telanjang Alea hingga membuat tubuh keduanya seperti tersengat listrik.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status