Share

91. Bayangan Amelia Terus

Amel masih kecil untuk berpergian jauh tanpa orang tua di sisinya, bahkan sampai ke Madiun dengan transportasi bis.

"Madiun keras, Din. Aku takut dia kenapa-kenapa," ujarku tak sepenuhnya salah. Andin tidak membantah dia menyetujuiku.

_Tring!_

Dering ponsel yang sama menginstrupsi aku dan Andin. Frans meneleponku. Dengan gesit aku menjawab telepon.

"Amel gimana, Frans?" tanyaku drngan khawatir.

"Maaf, Mbak. Aku sudah berkeliling di terminal, Amel sama sekali nggak ada di sini," tuturnya mengagetkanku.

Tubuhku yang semula berdiri sangking khawatir, sontak jatuh ke kursi dengan lemas. Andin turut menghela napas sembari beristigfar, dia mendengarnya karena aku membuka suara dari seberang.

"Terus gimana?" tanyaku frustasi. Tak bisa lagi aku berpikir jernih, yang ada di pikiranku sekarang adalah kemungkinan-kemungkinan buruk.

"Mbak tenang dulu, aku akan berusaha mencari lagi. Mbak jangan stress!" tekan Frans memberiku nasehat.

Aku tak menghiraukan, mataku seketika kosong. Tak kuangap suara
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status