Share

12 B

"Kalian berempat, cepat pijiti kaki dan tangan ibu!" titahku masih dengan nafas ngos-ngosan. Mereka yang terlihat khawatir langsung melakukan perintahku.

"Kamar ini panas sekali, cepat kipasin Akmal. Ibu gak mau pakai AC," titahku. Akmalku langsung menurut. Aku tertawa dalam hati melihat ketegangan di wajah mereka. Siapa suruh ngagetin orang tua?

"Sepertinya kita cuma dikerjai loh."

"Iya, ya. Ibu kelihatan menahan senyum."

"Ibu! Ibu ngerjain kita ya?" ujar Akmal, lantas menggelitiku. Tak tertahan lagi, aku jadi terpingkal-pingkal.

"Ampun! Ampun, Akmal! Ini salah kalian. Kenapa bikin kejutan horor begini. Ibu sedih melihat Santi menangis. Untung saja ibu tidak punya riwayat sakit jantung," ungkapku, lalu tertawa.

"Huuh." Kompak mereka menghela nafas lega, lalu saling berpandangan.

"Kamu pasti kasih tahu sama Bu Dijah ya, San? Gagal deh rencananya. Gak asyik," ungkap Laura, bersedekap dada.

"Eh, jangan salah faham, Gaes! Aku gak ada bilang kalau kalian siapkan kejutan. Kan sudah kub
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status