Share

16 A

"Kenapa bilang begitu, Bu? Bukannya tadi Bu Lilis tak suka pada saya? Hanya menompang di rumah menantumu ini. Saya hanya benalu di dalam rumah tangga menantumu," pancingku. Sengaja menggunakan kata 'menantumu' dari pada anakku. Supaya dia merasa lebih dekat pada Akmal, anak kesayangan dan juga semata wayangku.

Bu Lilis menggeleng seraya mengusap pelupuk mata yang menggenang. Ia mengatur nafas, lantas bersuara.

"Sa-saya cuma iri, Bu Dijah. Ibu mendapatkan anak yang soleh dan sekaligus bisa menganggap Santi seperti putri sendiri. Bu Dijah seperti punya sepasang anak yang sayang pada Ibu. Mereka juga tinggal bersama Ibu, sedangkan saya kini tak memiliki apa-apa. Ibu semakin lengkap, tapi saya kesepian," cerocos besanku, mengeluarkan uneg-uneg yang membuat dia selalu ketus padaku.

Aku tersenyum seraya mengusap bahu besanku. Apakah dia mengira kalau aku sudah merebut putrinya?

"Santi itu masih putri Bu Lilis dan Akmal anggaplah sebagai putra Ibu. Seorang istri memang seharusnya ikut s
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status