Share

kecolongan

"Gak sarapan dulu?"

Aku bangun kesiangan. Gara-gara mata baru bisa terpejam jelang subuh.

"Saya terlambat," tukasku melangkah cepat. Namun sebuah tangan menahanku. Mas Angga.

"Aku sudah terlambat, Mas. Bisakah kamu lepas?"

"Sarapan dulu. Kalau kamu sakit, siapa yang akan merawatku?"

Aku mengela napas. Menatapnya beberapa saat.

"Aku sarapan di kantor."

"Dinda, aku mohon. Kamu boleh marah denganku. Ya meskipun aku tidak tahu dimana kesalahanku. Tapi, tolong jangan abaikan kesehatanmu. Itu lebih penting."

Dahiku berkerut. Sejak kapan dia jadi sebijak ini?

"Kamu gak kesambet kan, Mas?"

"Kamu pikir? Sudahlah. Makan dulu. Atau, bawa bekal saja."

Terpaksa kududukkan pantatku di kursi. Bergabung untuk sarapan. Meski sebenarnya rasanya hambar. Tidak berselera.

Kupacu mobilku dengan kecepatan sedang. Aku sudah sangat kesiangan. Tapi aku sempatkan untuk mampir ke apotik. Kepalaku benar-benar pening. Aku butuh obat tidur. Setidak
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status