Share

Ikut Tante Sekarang!

Mita tersentak. Kenapa Rayyan menanyakan hal itu? Dari mana dia tahu kalau Mita bolos sekolah kemarin? Apa Erick yang memberitahunya? Tapi untuk apa? Berbagai pertanyaan berkecamuk dalam benak Swastamita. Haruskah dia menjawab pertanyaan Rayyan?

“Enggak usah kepedean. Gue cuma denger selentingan aja kalo katanya Si Kutu Buku lari dari sekolah.” Rayyan memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celana.

“Dan kamu penasaran, gitu?” tuduh Mita. Kalau dipikir-pikir, kenapa Rayyan membahasnya jika bukan karena penasaran?

Rayyan terkekeh. “Gue? Penasaran sama cewek cupu macam lo? You wish,” gumamnya sembari melanjutkan langkah.

“Sombong banget kamu ngatain aku cupu. Kamu belum tahu aja siapa aku, Rayyan,” batin Mita kesal. Gadis itu pun membalikkan badan sembari mengentakkan kakinya menuju kelas.

“Demi Demian Adit yang gantengnya selangit, balik dari ruang kepsek kenapa lo jadi manyun gitu, Mit? Dan demi Tuhan Yang Maha Esa, gue jadi risi lihatnya,” seloroh Erick begitu Mita sampai di kelas dan duduk si bangkunya.

Belum sempat gadis itu menjawab, bel sekolah berbunyi nyaring. “Udah, diem. Udah bel tuh,” tegur Mita yang merasa lolos karena tidak perlu menceritakan hal yang tidak penting pada Erick.

“Oh, My God ...,” seru Erick seraya menepuk dahinya.

***

“Ta, sorry banget. Di tempat temen-temenku tuh posisi kosong udah keisi semua. Jadi aku enggak bisa bantu cariin kerja tambahan buat kamu. Maaf banget, ya?” bisik Hana ketika kafe tidak begitu ramai.

Di dalam ruangan hanya terdengar alunan musik klasik yang diputar melalui pengeras suara, juga sesekali suara tawa pelanggan yang saling bercanda sembari menikmati hidangan mereka.

Mita sedikit kecewa, tapi mau bagaimana lagi jika memang Hana tidak bisa membantunya? Setidaknya Hana sudah mencoba mengulurkan tangan, menurutnya itu sudah lebih dari cukup.

“It’s okay, Kak. Aku bisa cari info sendiri nanti. Doain aja semoga dapet kerjaan yang pas buat aku,” ujar Mita dengan senyum terkembang.

“Emangnya kalo boleh tahu, kenapa sih kamu segetol itu buat cari tambahan kerja part time? Kamu kan masih sekolah, Ta. Apa enggak menyita waktu belajar kamu?” tanya Hana yang menatap Mita dengan penuh selidik.

Mita merasa tidak enak ditanya seperti itu. “Emmm ... gimana ya jelasinnya? Ya ... intinya tuh aku butuh uang aja buat biaya sekolah adik juga, Kak. Jadi aku cari kerja part time tambahan. Lagian juga ayahku udah enggak ada. So, aku harus mandiri,” jelas Mita yang hanya menceritakan sebagian kisahnya. Dia tidak ingin terlalu banyak bercerita tentang hidupnya dan mendramatiskan keadaan karena tidak ingin dikasihani.

Hana terlihat manggut-manggut. “Oh, gitu. Semangat aja, Tata. Kamu pasti bisa! Oh ya tapi ... kalo boleh tahu nilai kamu paling unggul dalam mata pelajaran apa? Aku bakal bantu cari-cari kerjaan yang sesuai sama skill kamu. Siapa tahu bisa,” ujarnya.

“Kalo untuk nilai sih yang paling bagus matematika, Kak. Bulan depan nanti, aku ada lomba Olimpiade matematika tingkat provinsi. Kepala sekolah bilang sih di Yogyakarta, jadi nanti aku bakal izin enggak kerja beberapa hari.”

“Serius kamu mau ikut lomba Olimpiade matematika? Keren banget, Ta. Aku aja waktu sekolah suka tidur kalo pelajaran matematika.” Hana bercerita diikuti dengan tawa.

Mita mengangguk. “Iya, Kak. Lagian itu kepala sekolah yang mutusin. Aku enggak bisa nolak soalnya takut beasiswaku dicabut.”

“Eh, jadi kamu dapet beasiswa di sekolah kamu?” tanya Hana dengan antusias saat mendengar cerita Mita yang notabenenya adalah pegawai baru di kafenya.

Lagi-lagi Mita mengangguk. “Iya, Kak. Kalo enggak dapet beasiswa mana mungkin aku bisa sekolah di sana?”

“Bener juga sih, Ta. Di sekolah kamu itu emang terkenal mahal biaya sekolahnya. Hebat banget dong kalo kamu bisa dapet beasiswa di sana. Pertahankan kalo gitu, belajar yang rajin dan jangan kasih kendor. Aku yakin kamu bisa jadi orang sukses nanti,” seru Hana memberi motivasi supaya Mita lebih semangat dalam menuntut ilmu.

“Pasti, Kak. Makasih banyak motivasinya. By the way kenapa Kak Hana enggak jadi motivator? Kan cocok tuh, karna Kakak suka memotivasi aku,” canda Mita. Hana menyambutnya dengan tawa.

Tanpa sadar, ada sosok yang sedang mengamati bahkan mendengarkan pembicaraan Hana dan Mita.

***

Mita mempercepat langkah supaya lekas sampai di tempat kos karena langit malam ini mendadak mendung. Jika tidak, bisa-bisa dirinya akan basah kuyup seandainya awan hitam tiba-tiba memuntahkan isi perutnya.

Namun, bukan dirinya sendiri yang lebih dikhawatirkan Mita, melainkan isi tasnya yang penuh dengan buku-buku pelajaran. Jika bukunya basah, Mita akan kesusahan untuk mengeringkannya yang tentu saja membutuhkan waktu lama. Sementara dia harus lanjut bekerja lebih dulu sepulang sekolah. Dia tidak akan sempat melakukan itu.

Rintik gerimis mulai terasa ketika Mita berjalan berbelok melewati sebuah gang menuju tempat kosnya. Spontan gadis itu berlari kecil menerobos tetesan air yang kian menderas. Beruntung Mita bisa tiba di tempat kos sebelum semuanya basah kuyup. Gadis itu merasa dirinya terselamatkan.

“Kenapa ditelepon enggak diangkat-angkat?”

Suara perempuan membuat Mita tersentak saat memasuki ruang tamu kos. Di sana terlihat Lia sedang berdiri sambil berkacak pinggang. Sepertinya perempuan itu sudah cukup lama menunggu kedatangan Mita. Di samping Lia, Mita melihat seorang laki-laki yang sepertinya berumur tiga puluhan tahun, belum terlalu tua karena wajahnya terlihat seumuran dengan Lia. Laki-laki itu duduk di kursi tamu sambil memainkan gadget, menggulirkan layar ke atas-bawah.

“Ta—tante kenapa ke sini?” tanya Mita dengan bibir bergetar.

Lia melipat kedua tangannya di depan dada sembari melangkah mendekati Mita. “Kamu pikir buat apa?” ucapnya terdengar seperti bisikan. “Kamu bilang butuh kerjaan tambahan kan?” lanjut Lia.

“Iya, aku lagi cari kerjaan tambahan tapi belum dapet, Tante,” jawab Mita seadanya.

Mita melihat senyum miring di bibir Lia. Entah apa arti senyum itu.

“Ikut Tante sekarang!” seru Lia.

“Apa?” Mita terbelalak. “Ikut ke mana? Aku enggak mau,” sambung Mita saat Lia mencengkeram lengannya dengan kasar.

“Ayo, ikut!” gertak Lia dengan sorot mata setajam elang.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status