Share

Nasib Buruk Mita

Mita dipaksa mengikuti Lia memasuki ruang dengan cahaya remang-remang. Suasana ingar-bingar yang begitu ramai membuatnya merasa sangat tidak nyaman. Belum lagi dengan dentuman irama musik DJ yang terdengar kencang, membuat sakit gendang telinga Mita. Tidak pernah terpikirkan dalam benak Mita bahwa Lia akan membawanya ke tempat seperti ini.

 

Lia dengan kuat mencengkeram lengan Mita. Membuat gadis itu sulit melepaskan diri. Terlebih, ada seorang laki-laki yang sejak tadi mengikuti Lia, seolah-olah dia adalah seorang body guard yang bertugas mengawal manjikannya.

 

"Lepasin, Tante! Sakit," seru Mita setengah berteriak karena merasakan panas pada lengan yang sejak tadi menjadi sasaran empuk Lia.

 

"Kamu mau kerja, kan?"

 

Lia menarik paksa Mita ke dalam sebuah dalam ruangan yang cukup luas, barulah lengan Mita dia loloskan dari cengkeraman.

 

Dalam ruangan itu tampak beberapa laki-laki sedang bermain kartu sambil menikmati berbagai botol minuman keras. Mereka sama-sama terkejut melihat Lia yang tiba-tiba memasuki ruangan bersama Mita yang notabenenya adalah daun muda.

 

Mita tercengang. "K—kenapa Tante bawa Mita ke sini?"

 

"Jadi kamu punya stok daun muda, Li?" tanya seorang laki-laki yang sepertinya sedikit hilang kesadaran akibat meminum minuman keras.

 

"Masih gress enggak tuh?" Laki-laki yang lain bertanya setelah mengisap sigaret yang terselip di jari tangan kanannya. Kepulan asap terlihat menggulung mengotori udara.

 

Lia tersenyum miring. "Gress dong, bisa dipastikan kalo dia sama sekali belum pernah disentuh. Aku jamin itu."

 

Mita menggeleng cepat. Dia tidak rela jika para lelaki itu benar-benar akan menyentuhnya. Jijik sekali.

 

"Enggak! Mita enggak mau, Tante! Mita enggak mau kerja di tempat kayak gini!" Bibir Mita bergetar dalam mengucap kata-katanya.

 

Lia mendecak kesal. "Kalo kamu enggak mau kerja, gimana kamu mau bayar hutang-hutang kamu?" gertaknya dengan tatapan tajam seolah-olah mengharuskan Mita untuk menuruti kemauannya.

 

Seorang laki-laki berdiri dengan botol di tangannya. Kelihatannya belum mabuk, tapi Mita khawatir laki-laki itu akan menyentuhnya.

 

Mita mundur perlahan saat laki-laki itu mulai mendekat. Namun, tiba-tiba langkahnya terhenti saat kakinya merasa menginjak sesuatu.

 

Gadis itu membalikkan badan dan melihat laki-laki yang sejak tadi bersama Lia telah berdiri di belakangnya dengan kedua tangan terlipat di depan dada. Seringai lebarnya terlihat begitu menakutkan.

 

"Enggak, Tante! Mita enggak mau di sini!" seru Mita sambil terus menggeleng.

 

"Tinggalkan dia! Biar kami yang mengurusnya. Jadi berapa yang kamu minta?"

 

Mita tidak menyangka Lia akan tega menjualnya kepada laki-laki yang lebih pantas untuk dia panggil 'Om'. Mita benar-benar tidak habis pikir bahwa Lia akan tega melakukan itu kepadanya.

 

"Oke. Dia cukup cantik, kan? Jadi aku harap, dia bisa main cantik juga dengan kalian. Karena itu ... aku juga mau minta bayaran sepadan. Lagian hutang dia banyak," jawab Lia.

 

Sesaat kemudian, Lia tersenyum senang setelah salah seorang laki-laki menyorongkan sebuah amplop cokelat kepadanya yang setelah dicek, amplop itu berisi banyak lembaran uang seratus ribuan. Lia benar-benar takjub melihatnya. Iris matanya mendadak berwarna hijau saat melihatnya.

 

"Cantik sekali," ujar laki-laki yang sama sambil memperhatikan Mita dari ujung kaki hingga ujung kepala.

 

Gadis itu tampak smart dengan rambut diikat bagai ekor kuda. Make up natural yang melekat membuat wajah Mita terlihat ayu. Namun, siapa sangka jika di sekolah, Mita akan berpenampilan yang jauh berbeda dengan penampilannya sekarang? Bahkan Erick saja sampai tidak mengenali Mita ketika mereka bertemu di kafe Hana, tempat Mita bekerja.

 

Mita bingung memikirkan bagaimana caranya supaya dia bisa lolos dari tempat yang terkutuk itu. Setelah dirasa laki-laki yang dianggapnya body guard Lia sedikit lengah, Mita melangkahkan kaki secepat kilat keluar ruangan.

 

"Kurang ajar! Cepet kerja dia dong!" teriak Lia memberi perintah.

 

Mita mendengar teriakan Lia, tapi hal itu sama sekali tidak mengurangi niatnya untuk kabur dari tempat yang tidak diinginkannya itu.

 

Aksi kejar-kejaran pun terjadi. Mita sama sekali tidak menghiraukan Lia yang sudah pasti akan memarahinya karena telah membuat ulah. Tapi yang jelas, Mita tidak ingin diperlakukan seperti sebuah barang yang bisa dijual.

 

Suasana diskotik mendadak semakin riuh saat beberapa pengunjung saling berteriak melihat aksi kejar-kejaran di hadapan mereka. Mita menjadi heran dan sedikit kesal karena dari sekian banyak orang, tidak ada sama sekali yang tergerak hatinya untuk menolong Mita yang sedang membutuhkan bantuan. Ingin sekali dia menyumpahi pengunjung diskotik yang bukannya menolong, tapi justru bersorak seolah-olah aksi kejar-kejaran itu adalah lomba dadakan.

 

"Ya Tuhan, sial banget nasibku hari ini!" Mita merutuk dalam hati. "Ini semua enggak akan terjadi kalo Ibu enggak pergi. Harusnya Ibu lebih punya hati untuk menjaga dan mempertahankan anaknya sendiri ketimbang memilih laki-laki itu. Oh, Ibu ... aku dan Bian jadi menderita karena Ibu tega meninggalkan kami," batin Mita bergemuruh.

 

Ingin sekali Mita menangis, berteriak sekeras-kerasnya. Tapi Mita tidak mungkin melakukan hal itu di diskotik payah ini. Siapa yang akan mendengarnya? Yang ada, orang-orang yang melihat hanya akan menganggap bahwa Mita adalah gadis yang tidak waras.

 

Mita masih fokus berlari hingga ikat rambutnya mengendur dan talinya terlepas, membuat rambut panjang Mita jatuh tergerai. Tentu saja Mita merasa kesal karena rambutnya yang tertiup angin sesekali menghalangi pandangan mata.

 

Dan benar, hal yang ditakutkan Mita terjadi. Tidak sengaja kakinya bersentuhan dengan kaki salah seorang pengunjung diskotik hingga membuat Mita hilang keseimbangan. Namun, orang itu dengan sigap menangkap pinggang Mita hingga mereka saling bersitatap sejenak. Mita sangat mengenal siapa laki-laki yang telah menolongnya.

 

Tidak ada adegan romantis dalam kejadian yang hanya terjadi beberapa detik itu karena setelahnya, laki-laki itu menarik tangan Mita dan membawanya menuju sebuah tempat untuk bersembunyi.

 

"Kenapa mereka ngejar-ngejar lo? Apa lo punya hutang sama mereka?" Laki-laki dengan postur tubuh tinggi dengan wajah blasteran itu mulai berbisik.

 

Mita tidak berani berkutik apalagi menatap matanya. Dia tidak ingin laki-laki itu sadar bahwa dirinya adalah Swastamita yang dikenalnya sebagai gadis cupu di sekolah. Dia tidak ingin teman-teman sekolahnya tahu tentang kehidupan pribadinya terutama laki-laki yang menolongnya itu, Rayyan.

 

"Hei, kenapa diem aja? Seenggaknya jawab pertanyaan gue karna udah tolongin lo," bisik Rayyan untuk yang kedua kalinya.

 

"Aku ...." Mita menggantung kalimatnya. Dia harus memikirkan kata-kata yang hendak diucapkan pada Rayyan yang sekiranya tidak akan membuat laki-laki itu bertanya lebih.

Setya Ai Widi

Thanks for reading. Jangan lupa tambahkan buku ke rak dan ikuti terus update-nya yaaa... Mau saling sapa boleh banget mampir ke akun I G saya, @setyaaiwidi ^^ Semoga panjang umur, sehat selalu, tambah lancar rezeki untuk Kakak semua... ^^

| 1

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status