Share

My Posesif Husband
My Posesif Husband
Penulis: Nafadila

Penghianatan Narendra

"Saya Narendra Utama, mengambil engkau, Adelia Fransia, untuk menjadi istriku, untuk saling memiliki dan menjaga mulai hari ini dan selamanya. Pada waktu susah maupun senang, pada waktu kelimpahan maupun kekurangan, pada waktu sehat maupun sakit, untuk saling mengasihi dan menghargai, sampai maut memisahkan kita, sesuai dengan hukum Allah yang kudus, dan inilah janji setiaku yang tulus."

Adelia terbangun dari mimpi dengan tubuh yang sudah dipenuhi peluh, sudah hampir dua minggu ini dirinya berstatus sebagai seorang istri dari Narendra Utama sang mantan kakak ipar. Adelia terpaksa menikah dengan Narendra setelah dipaksa oleh Wijaya Utama yang merupakan sahabat mendiang sang ayah. Adelia diminta menikah dengan Narendra oleh Wijaya Utama dengan alasan ingin membalas budi pada mendiang ayah Adelia yang sudah membantunya saat masih muda puluhan tahun yang lalu.

Menjadi istri dari seorang pria yang merupakan mantan kakak iparnya sendiri adalah mimpi buruk untuk Adelia, selain karena ia tidak memiliki perasaan pada lelaki itu, Adelia juga merasa bersalah pada mendiang sang kakak karena menggantikan posisinya. Aralia, istri Narendra meninggal dua bulan yang lalu dalam sebuah kecelakaan tunggal yang sangat tragis. Aralia meninggal di tempat kejadian bersamaan dengan bayi yang sedang dikandungnya. Mengetahui cinta pertamanya meninggal, Narendra nyaris gila. Dia berubah 180 derajat. Karena perubahan sikap Narendra itulah Wijaya Utama meminta Adelia menggantikan posisi kakaknya untuk mendampingi Narendra.

Adelia memijat keningnya yang terasa sakit saat mengingat bagaimana awal mula dirinya menjadi istri Narendra, dengan bertelanjang kaki Adelia turun dari ranjangnya dan berjalan menuju pantry untuk mempersiapkan sarapan. Meski selama ini masakan buatannya tidak disentuh oleh Narendra. Pria itu tidak menganggap Adelia ada di rumahnya, sehingga meskipun di meja makan sudah dipenuhi makanan yang dibuat Adelia tetap saja Narendra membuat makan paginya sendiri.

Prank..

Suara vas bunga yang dilempar Narendra membuat Adelia yang sedang membuat omelet terperanjat kaget.

"Sudah aku katakan sebelumnya padamu untuk tidak menyentuh barang-barangku, tapi kenapa kau masih melakukannya, Adel?" hardik Narendra dengan suara keras, seolah dirinya sedang bicara di tengah lapangan bola.

Dengan jantung berdebar kencang Adelia mematikan kompor dan berbalik menatap sang kakak ipar yang sudah menjadi suaminya itu. "Barang apa, Mas? Sepertinya aku tidak menyentuh barang-barang mas Rendra," jawab Adelia serak, Adelia menundukkan wajahnya saat bicara.

"Halah, banyak ngeles. Sudahlah jangan berakting lagi, aku muak melihatnya. Lebih baik kau segera tinggalkan dapur, aku ingin membuat makan pagiku sendiri." Narendra mengalihkan pembicaraan dengan mengusir Adelia dari dapur.

Adelia menenangkan degup jantungnya yang berpacu dengan sangat cepat saat ini, meski tidak tahu apa yang sudah membuat Narendra marah lagi pagi ini namun Adelia tetap merasa sangat bersalah dan ketakutan. Narendra yang dikenalnya dulu tidak sekejam ini, meski tidak begitu akrab namun dulu Narendra masih bersikap manis pada Adelia ketika istrinya masih hidup.

Begitu Adelia membawa piring yang berisi omelette keluar dari pantry Narendra langsung menyibukkan diri didepan mesin pemanggang roti, lelaki itu selalu memilih makan roti untuk sarapan. Padahal makanan yang dibuat Adelia jauh lebih sehat dan lezat dari roti panggang dengan isi coklat yang dibuat Narendra.

"Dua hari lagi aku akan berangkat ke Amerika seperti rencana yang sudah aku katakan padamu sebelumnya, setelah itu aku akan mengurus proses perceraian kita," ucap Narendra dingin pada Adelia yang ditemuinya di depan meja makan.

Adelia menelan ludah. "Perceraian? Tapi kita baru menikah dua minggu, mas."

"Sepuluh bulan lagi, kita akan bercerai sepuluh bulan lagi," jawab Narendra malas seraya mengunyah roti panggangnya.

"Eh?"

Narendra mengangkat wajahnya dan menatap Adelia. "Aku bilang kita akan bercerai sepuluh bulan lagi, kepergianku ke Amerika bisa kita jadikan alibi sebagai ketidakcocokan di hadapan anggota keluargaku, terutama di depan ayahku. Sampai sini kau paham?"

Adelia mencengkram ujung baju tidurnya dengan kuat, baru dua minggu dirinya menikah dan kini suaminya sudah membahas perceraian. Sakit. Dada Adelia terasa sangat sesak. Luka karena dipaksa menikah menggantikan mendiang kakaknya kini semakin basah karena perkataan Narendra yang sudah membahas rencana perceraian mereka.

"Jangan khawatir, Adel. Aku akan membayar biaya kompensasi perceraian dengan jumlah yang besar padamu, jadi kau bisa hidup mewah setelah menjadi janda nanti."

"Aku punya tabungan, mas. Aku..."

"Jangan banyak gaya, sungguh tidak pantas untukmu. Seorang adik yang sudah rela menggantikan posisi kakaknya menjadi Nyonya di keluarga terpandang tak pantas jual mahal seperti itu, semua orang akan menertawakan dirimu, Adel." Narendra memotong perkataan Adelia dengan kalimat menyakitkannya lagi. "Sebelum bicara setinggi langit lebih baik kau melihat ke bumi terlebih dahulu, Adel supaya sadar akan posisimu yang sebenarnya.”

Sakit. Lagi-lagi kalimat hinaan Adelia terima. Narendra benar-benar menyakiti Adelia dari semua sisi.

"Seorang wanita yang tidak punya urat malu tidak pantas berbicara seperti itu, Adel. Lebih baik kau segera kemasi barang-barangmu, karena nanti aku akan menyewakan apartemen ini pada orang lain setelah berangkat ke Amerika. Aku lebih rela apartemen ini ditempati orang lain daripada menjadi tempat tinggalmu," ucap Narendra kembali sambil berlalu dari hadapan Adelia menuju kamarnya sendiri yang berada di samping kamar Adelia.

Adelia memegangi dadanya yang terasa sesak mendengar semua kata-kata pedas Narendra, meski dalam waktu dua minggu ini sudah terbiasa mendengar kata-kata hinaan seperti itu, namun entah kenapa rasanya jauh lebih sakit saat ini. Meskipun tidak mencintai Narendra namun Adelia juga tidak menginginkan perceraian secepat ini, namanya sebagai seorang wanita baik-baik akan rusak. Meski memiliki darah Eropa dalam tubuhnya tetap saja Adelia dibesarkan dengan adat ketimuran yang kental, karena itu Adelia masih sangat memikirkan norma-norma dalam masyarakat.

Menjadi Janda pada usia yang masih muda adalah mimpi buruk untuk setiap wanita, apalagi jika orang tahu dia menjadi janda dari mantan kakak iparnya sendiri. Sungguh, Adelia tak mampu membayangkan hal semacam itu terjadi.

Karena Narendra sudah masuk ke kamar tidur utama yang berada di lantai dua, Adelia bergegas masuk ke kamarnya di lantai satu dekat dapur. Selama dua minggu menikah, meski mereka tinggal dalam satu atap namun Adelia dan Narendra tidak melakukan kewajiban sebagai pasangan suami istri. Mereka tidur terpisah, berbeda lantai atas permintaan Narendra yang tidak sudi berada satu lantai dengan Adelia yang menurutnya tidak bisa berdandan.

“Adel, kau ini benar-benar ceroboh. Kenapa laptop harus kau tinggal di lantai dua, bagaimana jika Narendra tahu kau naik ke lantai dua saat ini? Tamat riwayatmu, Adel.”

Adelia mengutuk kebodohannya yang sudah meninggalkan laptop kesayangannya di ruang baca yang berada di lantai dua, karena sibuk dengan pekerjaan rumah tangga dalam rangka menyambut keluarga Narendra yang akan datang Adelia lupa membawa turun laptop kesayangannya dari ruang baca. Karena sangat membutuhkan laptopnya, Adelia pun memberanikan diri naik ke lantai dua. Dengan berjingkat, Adelia berjalan tanpa alas kaki di lantai yang dingin menuju ruang baca.

Ketika berhasil memeluk laptopnya kembali dan bersiap turun, secara tidak sengaja Adelia mendengar percakapan samar-samar Narendra dari kamar yang tidak tertutup secara sempurna.

“Kau tenang saja, Irene. Kita akan tetap berangkat ke USA, rencana akan tetap berjalan seperti semula. Kita akan langsung menikah setelah tiba di negara itu, jadi jangan menangis lagi, ya. Aku tidak suka melihat calon pengantinku menangis,” ucap Narendra cukup keras saat berbicara dengan seseorang yang wajahnya muncul di layar ponsel Narendra.

“Aku lelah dengan hubungan yang tidak ada kemajuan ini, Rendra.”

“Sabar, ya. Penantian kita akan segera terwujud, aku juga sudah lelah menjalani hubungan seperti ini denganmu selama satu tahun terakhir ini secara sembunyi-sembunyi di belakang si bodoh Aralia yang kini sudah membusuk itu.”

Adelia langsung menutupi mulutnya dengan kedua tangan saat mendengar perkataan terakhir Narendra dan gerakan tangan Adelia didengar oleh Narendra yang langsung menoleh ke belakang, menatap pintu yang sedikit terbuka tempat dimana sebelumnya Adelia menguping pembicaraannya dengan wanita selingkuhannya, Irene yang merupakan sahabat baik Aralia.

“Tunggu, Irene. Aku lupa menutup pintu kamarku,” ucap Narendra pelan pada selingkuhannya di telepon.

“Apa ada adik si Ara di rumahmu, Rendra?” Irene bertanya dengan keras.

“Stt... tunggu, aku tutup pintu terlebih dahulu supaya aman, baby.”

Dari tempat persembunyiannya di samping sofa yang berada di samping pintu kamar Narendra yang terbuka Adelia menahan nafas, berdoa semoga Narendra tidak menemukannya. Dan Harapan Adelia dikabulkan Tuhan dalam waktu singkat, karena Narendra tidak benar-benar mengecek keadaan diluar. Lelaki itu hanya mengeluarkan kepalanya sedikit lalu menutup pintu kamarnya kembali dengan kasar sehingga menimbulkan suara yang cukup keras.

Menyadari keadaan sudah aman, Adelia bergegas turun ke lantai satu dengan air mata berlinang. Ternyata air mata dan kesedihan Narendra untuk Aralia yang meninggal dua bulan lalu hanyalah air mata palsu, Narendra tidak pernah mencintai Aralia dan justru berselingkuh dengan Irene Jasmine satu-satunya sahabat Aralia yang sudah banyak sekali Aralia bantu selama dia hidup.

Bruk..

Adelia terjatuh di depan pintu kamarnya dengan kedua lutut yang menyentuh lantai terlebih dahulu.

“Kak... kau dengar itu kak, suami dan sahabatmu mereka berselingkuh di belakangmu, kak. Mereka berselingkuh di belakangmu dengan rapi huhuhu...”

Bersambung

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status