Share

4. AJAKAN BERTEMU

Sudah tiga hari Sitta pulang dari treking dan dia sama sekali tidak datang lagi ke sekolah padahal hari ini adalah hari kelulusan.

Seharian ini ponselnya berisik sekali.

Banyak yang menghubunginya untuk memberitahukan bahwa Sitta lulus dan diterima di universitas terkemuka melalui jalur beasiswa.

Ya, meski pun begajulan dan sering kali bolos sekolah, namun otak Sitta memang termasuk encer untuk hal pelajaran. Mungkin, jika Sitta bisa lebih menjaga perilakunya di sekolah, dia bisa saja mendapat gelar juara umum tahun ini. Sayangnya, otak encer yang dia miliki tidak diimbangi dengan sikap dan perilakunya yang baik di sekolah, catatan hitam atas nama Sitta terlanjur berderet memenuhi buku piket guru.

Itulah sebabnya, jangankan mendapat gelar juara umum, gelar juara kelas saja, Sitta tidak pernah mendapatkannya.

Andi

Arka barusan tanya w, kenapa lo nggak masuk-masuk? W jwb apa nih?

Sebuah pesan baru kembali masuk memenuhi memori ponselnya. Dan lagi-lagi pertanyaan yang sama seperti yang diajukan Ojan dan Hendri tadi.

Melempar kembali ponselnya, Sitta tidak sama sekali berniat untuk membalas pesan dari siapa pun hari ini.

Setelah dirinya melawan sang Ibu atas larangan Ranti yang tidak memperbolehkan Sitta pergi trekking minggu lalu, ini adalah hari ketiga Ranti memberinya hukuman, berupa di stopnya aliran dana ke rekening tabungan pribadi Sitta yang seharusnya sudah terisi mulai awal bulan ini.

Alhasil, kini Sitta tak punya uang sepeser pun untuk pergi. Jangankan untuk ongkos ke sekolah, bahkan untuk sekadar jajan permen di warung nya Mbak Tuti saja tidak ada.

Ya, semiskin itulah Sitta saat ini.

Itulah sebabnya, Sitta memutuskan untuk berdiam diri saja di kamar sambil menonton TV. Meski dia sudah sangat bosan.

Saat itu, ponsel Sitta kembali berdering, namun kali ini pesan yang masuk ke ponselnya dari nomor tak dikenal yang minggu lalu mengirim pesan nyasar padanya dan mengira dirinya adalah wanita penghibur.

Sitta memang tidak menghapus nomor itu dan malah menyimpannya dengan nama "PMO" di ponselnya.

PMO

Hai, apa kabar?

Masih ingat nomor saya, kan?

Bisa kita bertemu hari ini?

Bangkit dari rebahannya di ranjang, Sitta ternganga membaca isi pesan lelaki itu.

Gila, beneran nih dia ngajakin gue ketemuan?

Perasaan kemarin-kemarin gue coba hubungin nih nomor udah nggak pernah aktif deh.

Gumam Sitta membatin dengan perasaan curiga.

Niatnya untuk mengerjai lelaki itu gagal beberapa hari lalu, karena nomor lelaki itu tak kunjung aktif.

Entah hal gila apa yang kini ada di dalam benak Sitta saat jemarinya seketika bergerak dan menari-nari di atas layar ponselnya untuk membalas pesan yang dikirim lelaki tak dikenal itu.

Sitta

Ketemu? Mau ngapain?

Kan gue udah bilang, kalau gue bukan lonte!

Tak lama, pesan balasan dari lelaki itu pun diterimanya.

PMO

Nggak ngapa-ngapain. Kita ketemu aja. Kenalan, ngopi bareng. Mau ya?

Merasa suntuk, Sitta tahu bahwa ini kesempatan emas untuknya supaya bisa keluar sejenak dari rumah dan merefresh otaknya yang stress karena Arka.

Jika lelaki ini mampu membooking wanita malam, itu artinya ada kemungkinan dia sudah dewasa dan memiliki pekerjaan. Jadi, Sitta tidak perlu khawatir harus mengeluarkan uang jika dia pergi bersama lelaki ini.

Setelah berpikir kembali, akhirnya Sitta pun memutuskan menerima ajakan lelaki itu untuk bertemu.

Sitta

Oke kita ketemu, tapi ada syaratnya.

Balas Sitta saat itu.

Tak lama si lelaki pun kembali mengirim pesan balasan.

PMO

Apa syaratnya?

Sitta

Lo jemput gue ke rumah, izin sama nyokap gue, terus kalau mau makan atau minum di luar lo yang traktir karena gue nggak punya duit! Gimana?

Sitta menunggu dengan was-was balasan dari si lelaki.

Satu menit...

Dua menit...

Tiga menit...

Lima menit...

Hingga akhirnya sepuluh menit lewat, si lelaki belum juga membalas pesan tersebut.

Cih, kenapa dia nggak bales lagi? Kalau dia lelaki baik-baik, pastinya dia nggak akan takut di suruh izin ke nyokap, kan?

Dasar maniak!

Maki Sitta saking kesal karena sudah menjadi korban PHP lelaki berotak kotor itu.

Sampai pada akhirnya, setelah hampir setengah jam berlalu, ponsel Sitta kembali berdering menandakan adanya pesan baru yang masuk.

Buru-buru Sitta meraih ponselnya di nakas dan membaca isi pesan baru tersebut.

PMO

Shareloc alamat kamu.

Tanpa berpikir panjang, Sitta pun lekas mengirimkan alamat rumahnya pada si lelaki. Hingga si lelaki kembali membalas.

PMO

Rumahmu dekat sama komplek rumah orang tua saya.

Kebetulan saya sedang di rumah.

Saya jemput kamu sekarang ya?

Tunggu.

Omaygat!

Dia mau jemput gue sekarang?

Gila!

Mandi aja gue belom!

Pekik Sitta panik seraya menepuk jidatnya.

Buru-buru meraih handuk di gantungan dinding kamar, Sitta hendak beranjak menuju kamar mandi untuk bersiap-siap. Namun, di depan kaca kamar mandi, saat Sitta menatap pantulan wajahnya di depan cermin, Sitta baru sadar akan sesuatu.

Bego, gue kan belum tau wujud asli tuh cowok kayak gimana?

Kalau wujudnya jelek gimana?

Mampus!

Kayaknya, gue harus mengatur strategi nih, supaya gue nggak kecolongan nanti.

Ya bener, gue harus melakukan sesuatu supaya tuh cowok nggak bikin gue malu, dan nggak bisa macem-macem sama gue!

Seketika sebuah ide brilliant pun muncul dalam benak Sitta kala itu.

*****

"Bos, nanti gue harus ngomong apa di depan tuh cewek? Lo tau kan kalau gue nggak pernah berinteraksi sama cewek cakep, gimana kalau gue nanti grogi? Gue kalau grogi suka nggak bisa ngomong, Bos," ucap seorang lelaki berkulit hitam dengan giginya yang tonggos dan ompong di depan.

Rambut lelaki itu gondrong dan dikuncir kuda. Pakaiannya terlihat seperti seorang musisi jalanan, alias pengamen.

"Gue juga belum tau gimana muka tuh cewek sih Bang. Belum tentu juga dia cakep. Makanya gue suruh lo nyamar jadi gue dulu," balas Kahfi yang duduk di balik kemudi mobil mewahnya.

Kebetulan, Kahfi mengenal baik abang-abang tukang parkir di salah satu minimarket depan komplek perumahan milik kedua orang tuanya. Dulu, waktu masih jamannya kuliah, Kahfi sering nongkrong hingga larut malam untuk tanding catur bersama Bang Epen di warung rokok depan minimarket.

"Terus jadi kita tuker tempat dulu nih sementara?" tanya Bang Epen meragu.

"Yoi, gue jadi supir lo khusus hari ini, dan lo majikan gue, oke?" Kata Kahfi sambil tertawa.

"Okehlah kalau begitu," balas Bang Epen yang juga tertawa lebar.

"Eits, biasa aja Bang ketawanya, nyembur tau!" Omel Kahfi yang sudah paham betul kebiasaan Bang Epen.

"Hehehe, maklum Fi, gigi gue kepanjangan."

Kahfi kembali fokus pada jalanan di depannya, dengan beribu pikiran jahil akan pertemuan perdananya dengan wanita itu nanti.

Dan sesungguhnya, inilah cara Kahfi untuk mencari tau lebih lanjut siapa sebenarnya wanita itu dan apakah benar wanita itu yang sudah membocorkan rahasianya mengenai alamat apartemen pribadinya pada sang Ibunda.

Mengingat alamat rumah wanita itu yang ternyata cukup dekat dengan komplek perumahan orang tuanya, entah mengapa, keyakinan Kahfi akan hal itu pun semakin menjadi-jadi.

Saat itu, mobil Kahfi sudah sampai di lokasi tujuan, dan berhenti tepat di sebuah ruko dua lantai di mana lantai satu merupakan toko laundry.

Menatap seksama toko laundry itu, Kahfi merasa tidak asing dengan ruko ini.

Kayaknya gue pernah nganterin Ummi ke sini sebelumnya. Tapi kapan ya?

Ucap Kahfi membatin.

Hingga pada saatnya, Kahfi melihat seorang wanita muslim berhijab yang keluar dari toko laundry tersebut dan menghampiri seorang pengemis yang sedang duduk di trotoar pejalan kaki.

Wanita paruh baya itu tampak memberikan sebungkus nasi pada si pengemis tadi.

Dan saat Kahfi memperhatikannya lebih jelas, sontak kedua bola mata Kahfi pun membola dengan keterkejutan hebat yang dia rasakan.

Tante Ranti?

Pekik Kahfi dalam hati, di mana dia ketahui bahwa Ranti adalah sahabat dekat sang Ibu yang memang membuka usaha laundry.

Astaga, kenapa dunia sempit banget sih!

Lagi-lagi, Kahfi hanya bisa mengutuk kebetulan ini.

Menoleh ke arah Bang Epen di sisinya, Kahfi jadi ragu untuk melanjutkan niatannya mengerjai wanita sialan yang pastinya memiliki hubungan dengan Tante Ranti.

Lagi pula, kalau pun dia turun untuk berpamitan dan meminta izin, Tante Ranti pasti akan mengenalinya dan sudah pasti mengadukan hal ini pada sang Ummi di rumah.

Argh sial!

Kahfi benar-benar frustasi!

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status