Share

Bab 9 Keingintahuan Alex

Hari sudah mulai menunjukkan tanda-tanda akan berganti malam dan aku masih sibuk dengan beberapa pekerjaan kantor yang belum juga selesai.

Alex berada di luar ruangan kantor tepatnya di samping pintu masuk. Sebenernya ia sudah menyelesaikan pekerjaannya lebih dari satu jam yang lalu, tetapi ia lebih memilih untuk menunggu Shella di luar ruangan. Bisa dikatakan Alex tidak mempunyai rasa malu setelah ditolak oleh Shella secara mentah-mentah dan sekarang? Alex menunggu Shella untuk pulang bersama. Dibalik kata menunggu ada sesuatu yang ingin dikatakannya secara langsung pada Shella dan itulah yang membuatnya berada di situasi sekarang.

"Berapa lama lagi dia akan keluar?" ucap Alex.

Mataku berbinar karena akhirnya aku berhasil menyelesaikan pekerjaanku dengan baik. Tidak ingin berlama-lama, aku segera bangkit dan membawa semua paper bag yang dihadiahkan oleh teman-temanku dengan cukup susah payah.

"Apa pekerjaanmu sudah selesai Shella?" tanya Laya yang masih berkutat dengan lebaran kertas di mejanya, lalu ia melihat Shella yang sudah beranjak pergi.

"Tentu, bagaimana denganmu? Sepertinya masih memakan banyak waktu untuk usai?" tanyaku dengan membawa barang ke arah mejanya.

Laya melirik ke kertas di atas mejanya yang tidak berkurang. "Entahlah aku rasa hari ini cukup melelahkan. Tetapi..." Ia kembali menatap Shella yang kesulitan. "Kau sepertinya kesulitan? Perlu bantuan?"

"Tidak perlu, aku bisa mengatasinya. Lebih baik cepat selesaikan pekerjaanmu dan menyusul ku pulang Laya... Sampai jumpa..."

"Sampai jumpa..."

Di Parkiran

Bagasi mobil ku terasa sesak dengan tumpukan paper bag. "Padahal ini hanya pernikahan kontrak, tetapi mereka memberiku hadiah sungguhan... Aku jadi sedikit merasa bersalah menerimanya."

"Pernikahan kontrak?"

Segera aku menghadap ke belakang, di sana aku mendapati Alex berdiri di belakangku dengan tatapan mata yang terkejut. "Alex?"

Alex cukup terkejut dengan perkataan spontan Shella tentang pernikahan kontrak. "Benarkah itu... Shella?"

"Apa.... Apa?" Aku tidak tahu dan tidak mengerti mengapa Alex tiba-tiba muncul.

"Kau menjalani pernikahan kontrak... Dengan Pria itu?"

Aku mematung dan terkejut. Sungguh aku tidak menyangka jika ada yang mendengar perkataan singkat itu terlebih orangnya adalah Alex.

Alex memajukan dirinya selangkah lebih dekat. "Mengapa kau melakukannya? Apa Pria itu mengancam mu Shella? Apa dia melukaimu?"

Aku merasa tidak berkewajiban untuk menjawab pertanyaan Alex soal alasan dibalik pernikahan kontrak ku. "Kau... Tidak perlu tahu Alex."

"Apa maksudmu aku tidak perlu tahu? Jika itu menyangkut dirimu, aku... Aku tidak bisa mengabaikannya..."

"Alex... Kau bukanlah siap-siap di hidupku, jadi jangan ikut campur terlalu dalam." Aku menutup bagasi ku dan berniat pergi. "Dan tolong... Anggap saja yang kau dengar itu tidak pernah aku katakan."

Alex hanya bisa memandangi kepergian Shella. "Sebenarnya... Apa yang terjadi terjadi kepadamu selama ini... Shella..."

Aku terus-menerus memikirkan tentang Alex. Aku merasa takut juga gelisah secara bersamaan. Bagaimana jika dia mengatakan kebenarannya pada semua orang di kantor? Tetapi aku tidak bisa mempercayainya bahwa Alex akan seperti itu.

"Akh!" Aku menyisir rambutku dengan tangan lalu setelahnya mengigit kuku. "Apa aku perlu mengakuinya secara terang-terangan? Tidak! Ini... Mungkin aku harus berbicara dengan Alex besok. Baiklah... Untuk sekarang tenangkan diri, huh..."

Aku akhirnya tiba di parkiran Apartemen. Dengan susah payah aku membawa barang-barang ku naik ke lift. Namun tiba-tiba seseorang masuk ke dalam lift secara buru-buru. Rasa ketakutan sedikit menghampiriku karena seorang pria yang naik lift bersama ku.

"Bisa kau jelaskan semuanya Shella?" Alex berpaling dan menghadap Shella ia bahkan melepas masker wajahnya.

"Kau mengikutiku?" ucapku terkejut tidak menyangka jika Alex akan mengikutiku.

Alex pun mendekat dan menggenggam kedua lengan Shella. "Tolong jawab pertanyaanku. mengapa kau menjalin pernikahan kontrak?"

Tentu tidak mudah bagiku melepaskan genggaman tangan Alex karena kedua tanganku penuh dengan barang-barang. "Alex... Kau membuatku merasa tidak nyaman."

Alex hanya menatap genggaman tangannya pada pergelangan tangan Shella sekilas. "Jika kau menjawab pertanyaanku, aku berjanji tidak akan mengusik sedikit saja tentang hidupmu."

"Tidak ada yang perlu aku jawab dan tidak ada yang perlu katakan kepadamu. Sekarang lepaskan aku-"

Baik aku dan Alex menoleh ke arah lift yang terbuka. Ternyata seorang pria bermasker masuk. Aku berpikir Alex akan melepaskan genggaman tangannya namun justru sebaliknya. Alex kini lebih erat menggenggam tangan ku.

"Aku mohon katakan yang sejujurnya Shella..." ucap Alex yang begitu berharap jika Shella jujur terhadapnya.

"Aku tekankan sekali lagi Alex. Apapun yang terjadi kepadaku itu tidak ada hubungannya denganmu."

Alex menggeleng perlahan. "Itu salah Shella. Apapun yang menyangkut dirimu aku harus tahu. Aku harus tahu..."

Semakin lama genggam tangan Alex pada pergelangan tanganku kian menjadi. Aku berusaha melepaskannya dengan memutar tanganku perlahan namun justru itu menyakitkan. "Lepaskan Alex tanganku sakit."

"Maka jawablah pertanyaanku. Kau hanya perlu menjawabnya dan aku akan melepaskan genggaman ini."

Perasaan marah bercampur yang awalnya tidak memengaruhi Max kini tidak bisa terbendung disaat pria bernama Alex tersebut mendorong tubuh Shella ke dinding lift.

Bruk!

Alex terhempas ke bawah saat seorang mendorongnya dengan sekuat tenaga. Tentu ia heran dengan tingkah pria itu. Akhirnya ia berdiri dan menatap tajam pria itu.

"Kau sengaja?" ucap Alex dingin.

Aku sungguh terkejut dengan tingkah pria bermasker itu yang tiba-tiba mendorong Alex hingga terjatuh. Tetapi di lain sisi aku merasa situasi saat ini sangat genting.

"Bukankah tidak sopan berprilaku seperti itu pada istriku, Alex?" Max pun membuka masker wajahnya dan menatap Alex dengan tatapan intimidasi. "Siapa kau? Apa hubunganan mu dengan Shella?"

Reaksi Alex yang seharusnya menjadi takut kini justru tertawa dengan santai. "Hahaha... Kau membuatku ingin tertawa. Hahaha..."

"Apa menurutmu ini lucu?"

Alex menghentikan tawanya dan menatap tajam kembali pada Max. "Karena ini sudah larut malam aku tidak ingin menimbulkan kekacauan, jadi jawab saja pertanyaanku barusan Shella."

"Pergi dan jangan pernah muncul dihadapan ku." Max mendorong kembali tubuh Alex namun kali ini dengan kakinya untuk keluar dari lift. Sebelumnya Max sudah menekan tombol untuk menghentikan liftnya dan ketika saatnya tiba ia mendorong tubuh Alex untuk keluar.

Aku menutup mulutku karena terkejut dengan cara Max menangani Alex. Tiba-tiba kami bertatapan karena Max melirik kearah ku. Aku mengalihkan pandanganku seolah-olah tidak melihatnya.

Kedua mata Max turun ke pergelangan tangan Shella yang memerah. "Kau harus mengobatinya nanti."

"Apa?"

"Luka di pergelangan tangan mu itu."

Aku mengangkat tangan ku dan tersenyum. "Ah... Ternyata sampai berbekas seperti ini."

Lift terbuka, Max yang melihat barang-barang Shella langsung mengambilnya.

"Max apa yang kau lakukan? Aku bisa membawanya sendiri... Max! Max..."

Max tidak mendengarkan perkataan Shella dan langsung pergi ke Apartemen dengan membawa barang-barang Shella.

Aku mengira Max akan menurunkan barang-barang ku di sofa namun ternyata tidak. Max justru membawanya hingga masuk ke kamar tamu yang sekarang adalah kamar milik ku, dan sebelum Max masuk ke kamar ku dia memintaku untuk menunggunya di sofa.

Perlahan-lahan aku membalut pergelangan tangan kanan ku yang terlihat lebih memperihatinkan daripada pergelangan tangan kiri ku dengan sapu tangan. Saat aku sedang membalut pergelangan tanganku Max datang dan duduk di sampingku. Tanpa izin atau mengatakan sesuatu Max tiba-tiba mengobati pergelangan tangan kanan ku.

"Katakan jika aku terlalu kasar mengobatinya," ucap Max cukup pelan.

Perlakuan Max yang seperti ini, justru berhasil membuat senyum ku tercipta dan juga membuat detak jantung ku menjadi sedikit berantakan.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status