Akhir-akhir ini Allen merasakan sesuatu yang berbeda dari sifat Rose, entah itu sifat yang hanya ditujukan padanya atau semua keluarga. Untuk itulah malam ini Allen berencana pergi ke kamar Rose karena Rose tengah belajar di luar rumah sekarang.Allen memasuki kamar Rose yang begitu banyak pernak-pernik berkilau, ia lebih menyukai jika tempat ini disebut dengan taman kanak-kanak daripada sebuah kamar.Langkah kaki Allen berhenti di ranjang tidur Rose, di sana terdapat sebuah buku diary. Tanpa ragu, ia mengambil buku tersebut. Mata Allen mengikuti setiap kata yang tersusun membentuk kalimat. Sesekali ia tertawa melihat buku yang memuakkan ini. "Cinta saat masa remaja memang sangat menyenangkan, tetapi mereka cenderung bodoh. Jadi... Rose menyukai Pria bernama Max? Bukankah itu suami Shella? Ah... Hahaha... Tidak Ibu ataupun Putri nya ternyata mereka sama saja." Allen menutup buku diary tersebut dan menyembunyikannya di sela pakaiannya."Mungkin dengan adanya buku ini aku dapat menggert
Seperti rencananya, Jia akan berlibur ke luar kota hari ini bersama Gyta, Tiara dan juga Lily. Segala persiapan telah tersusun rapi, dari tiket pesawat, hotel dan rencana kecelakaan. Hari ini Jia ingin berangkat lebih pagi agar Rose maupun Allen tidak mengetahuinya. Jia mempercayakan pada Gyta untuk mengajak Tiara beserta Lily ikut pergi.Di mobil, Jia menunggu kedatangan mereka yang tak kunjung datang. "Apa saja yang mereka persiapkan? Bagaimana jika Rose atupun Allen mengetahuinya dan menanyakannya pada Gyta? Dasar Wanita itu..." Jia keluar dari mobilnya dan berkeinginan menghampiri Gyta, akan tetapi Gyta akhirnya keluar dari rumah.Segera Gyta membawa Tiara bersamanya. "Maaf Jia, aku berusaha membujuk Lily tetapi dia tetap tidak ingin ikut bersamaku."Jia nampak kesal, namun apa boleh buat? Mungkin ini adalah takdir baik untuk Lily agar tetap hidup. "Baiklah, cepat masuk... Aku tidak ingin membuang waktu lagi."Jia, Gyta dan Tiara akhirnya pergi bersama sesegera mungkin.Tidak butu
Pagi harinya, Rose terbangun lalu pergi ke kamar mandi, ia menatapi pantulan dirinya di cermin. Rose menarik kerah pakaiannya hingga terbuka. Disana ada begitu banyak bekas kiss marx, sontak wajahnya memerah. "Aku benar-benar gila!" Rose kembali membenarkan pakaiannya.Rose menyikat giginya dengan perlahan, kedua matanya menatap pantulan bibirnya dan membuat tangan kirinya menyapu bibirnya perlahan. Segera Rose berkumur. "Sial! Aku menginginkannya lagi!"Karena tidak ingin membuang banyak waktu di kamar mandi, Rose segera bersiap untuk berangkat ke sekolah. Ketika semuanya telah siap, ia pergi kebawah dan bertemu Allen di sana. Saat melihat Allen kejadian malam itu terus terbayang, karenanya ia bergegas mengalihkan tatapan matanya dan segera pergi.Allen hanya sekilas menatapi kepergian Rose, kemudian melanjutkan langkahnya pergi ke kamar Lily. Kejadian bersama Rose malam tadi hampir membuatnya melupakan Lily yang berdiam di kamar, beruntungnya saat ia pulang Lily t
Aku, Shella Yolanda seorang wanita yang saat ini berumur 25 tahun. Di usia yang tidak tergolong muda tersebut aku terus-menerus didesak pihak keluargaku untuk mengakhiri masa-masa karier beralih menjadi seorang istri. Keluargaku yang cukup keras kepala berusaha dengan sangat keras mendatangkan pria-pria pilihan mereka ke rumah. Namun sayangnya tidak ada satu pun di antara pria-pria itu menggugah seleraku untuk melepaskan karier. Baik tinggi badan, penampilan dan sifat, tidak satu pun memenuhi kriteriaku. Karena desakan pihak keluargaku yang semakin membara, akhirnya aku memutuskan untuk menjalani kencan buta. Benar, kencan buta lewat sebuah situs daring yang di rekomendasikan oleh seorang temanku. Walaupun peluang keberhasilan dari sistem kencan seperti ini hanya 20-30%. Aku tetap harus mengundi keberuntunganku bukan? Restoran Ayam Miny Aku telah berada di Restoran lebih dari 30 menit dan beberapa orang yang yang ingin aku ajak kencan telah tiba satu per satu. Selama 30 menit itu la
Max benar-benar membenci ini. Elisa tidak bisa membiarkan ia menghirup udara ketenangan sehari pun? Meskipun sudah berulang kali Max menolak permintaan Elisa untuk memulai kembali hubungan mereka. Benar, Elisa adalah mantan kekasihnya namun itu sudah setahun berlalu. Karena beberapa alasan untuk itulah Max memutuskan hubungannya dengan Elisa. Akan tetapi Max tidak menyangka jika Elisa masih memiliki perasaan terhadapnya hingga sekarang. Selama setahun ini Max hidup dengan teror obsesi dari Elisa. Alasan itulah yang membuat Max berada di Restoran dan di hampiri beberapa wanita pilihannya, yang terpilih dari hasil kencan buta di situs daring. "Dengar Elisa.... Sampai kapan kau akan terus mengikuti seperti ini? Apa jika aku mati kau akan ikut masuk ke peti mati juga?" "Tentu saja Max kecuali kau bisa melupakanku, aku akan menjauh darimu." Alis Max menyatu. "Melupakanmu? Apa selama ini kau menganggap ku seperti itu?" "Oh ayolah, apa kau berpura-pura? Ah... Manisnya... Tidak apa-apa
Aku tahu singkat ceritanya dan siapa wanita cantik di hadapanku ini, dia adalah Elisa mantan kekasih pria bernama Max. Dari yang aku dengar dari Max, Elisa adalah mantan kekasih yang selalu mengusik kehidupannya, lebih tepatnya obsesi terhadap Max. Seperti perkataan Max sebelumnya, aku hanya perlu membantunya berpura-pura menjadi calon istri untuknya. Tentu tidak ada pilihan untuk ku menolak karena aku telah mendengar perbincangan mereka sebelumnya. "Berhentilah tidak menerima kenyataan Elisa. Kau benar-benar terlihat sangat menyedihkan." "Apa kau pikir aku akan percaya semudah itu? Mungkin saja saat ini Wanita yang kau bawa itu bukanlah calon Istrimu, mainkan seseorang yang baru kau kenal. Jangan meremehkan ku Max, aku lebih mengenalmu dari siapa pun di dunia ini," jelas Elisa. Tidak ada satu pun yang luput dari ingatan Elisa tentang beberapa kebiasaan Max. Tidak ada. Max mencoba mencari jalan keluar. Jika ia tidak bisa melepaskan ikatan yang di bentuk Elisa maka hidupnya tidak aka
Perkataan Shella sangat menyakitkan untuk Vio dan membuat air matanya keluar. Vio bahkan menutup mulutnya dengan tangan. Tidak lupa kebiasaannya menutup rapat kedua kakinya, seperti di saat masa-masa terpuruk seperti sekarang. "Shella!" tegur Jia dengan lantang. "Mengapa kau mengatakan hal seperti itu? Vio datang ke rumah kita dengan niat baik tetapi kau..." "Apa? Mengapa denganku? Apakah salah jika aku mengatakan itu? Bagaimana menurut Ibu jika Pria seperti ini mendatangi Ibu dan membanggakan diri atas pencapaian yang bukan miliknya?" Ibu akan menerimanya?" "Ibu tidak seperti dirimu Shella." "Benar. Ibu tidak seperti diriku, Ibu adalah Wanita yang mengedepankan harta, tentu kita berbeda." Jia bangkit dan menatap tajam kepada Shella. "Sebenarnya ada apa dengan dirimu, Shella? Sejak kematian Ayahmu... Kau tidak pernah menghargai Ibu? Apa karena kita hanya keluarga tiri jadi kau bertingkah seperti ini?" Aku tidak takut pada wanita tua seperti Jia ataupun keluarga besar ku lainnya.
Di Kediaman Gael Malam harinya, aku menceritakan semua yang terjadi hari ini pada Gael. Dari melaksanakan kencan buta, lalu adegan memalukan dengan Max, setelah itu membantu Max dan yang terakhir tentang masalah keluargaku. Tidak sedetikpun Gael mengalihkan perhatiannya pada Shella. Ia terus mendengar cerita Shella hingga akhir. "Jadi... Keluargamu masih berusaha untuk menikahkan mu?" "Begitulah... Aku mengikuti kencan buta agar aku bisa melakukannya. Akan tetapi sepertinya itu sia-sia." Gael sedikit memutar ingatannya tentang pria bernama Max yang diceritakan oleh Shella. "Bagaimana jika kau menerima bantuan dari Max? Bukankah dia mengatakan kepadamu jika kau bisa membantunya, maka dia juga akan membantumu?" Aku terpikirkan wajah Max. Sebenernya tidak ada yang salah jika aku mengikuti perkataan Gael. Lagi pula Max adalah pria yang sempurna di antara pria-pria yang pernah aku temui. Tetapi aku merasa itu cukup sulit, karena pertama-tama aku harus membantu Max untuk lepas dari El