Share

ONE DAY IN MY LIFE
ONE DAY IN MY LIFE
Author: Idry2ni

Bab 1 Kencan Buta

Aku, Shella Yolanda seorang wanita yang saat ini berumur 25 tahun. Di usia yang tidak tergolong muda tersebut aku terus-menerus didesak pihak keluargaku untuk mengakhiri masa-masa karier beralih menjadi seorang istri. Keluargaku yang cukup keras kepala berusaha dengan sangat keras mendatangkan pria-pria pilihan mereka ke rumah. Namun sayangnya tidak ada satu pun di antara pria-pria itu menggugah seleraku untuk melepaskan karier. Baik tinggi badan, penampilan dan sifat, tidak satu pun memenuhi kriteriaku.

Karena desakan pihak keluargaku yang semakin membara, akhirnya aku memutuskan untuk menjalani kencan buta. Benar, kencan buta lewat sebuah situs daring yang di rekomendasikan oleh seorang temanku. Walaupun peluang keberhasilan dari sistem kencan seperti ini hanya 20-30%. Aku tetap harus mengundi keberuntunganku bukan?

Restoran Ayam Miny

Aku telah berada di Restoran lebih dari 30 menit dan beberapa orang yang yang ingin aku ajak kencan telah tiba satu per satu. Selama 30 menit itu lagi dan lagi aku tidak mendapatkan seseorang yang sesuai ekspektasi ku. Tiga orang, aku telah menolak tiga orang pria.

"Ya ampun. Bagaimana ini, apa peluangku dalam kencan hanya 5% untuk mencapai keberhasilan?" Kedua tanganku menyanggah wajah. Tatapanku beralih pada seorang pria di meja keempat yang tidak jauh dari mejaku. Aku sempat memperhatikan pria itu sebelumnya. Aku merasa situasi di antara kami terbilang cukup memiliki kemiripan. Mengapa aku bisa berpikir seperti itu? Karena sejak tadi, ketika aku melakukan kencan pria itu pun berkali-kali di hampiri beberapa wanita. Dengan percaya diri aku perlahan-lahan pergi ke meja pria itu untuk mengundi keberuntungan yang kedua kalinya.

Sebuah bayang-bayang menutupi penglihatan Max yang tengah membaca buku. Seingat Max kencan hari ini hanya ada empat wanita. Tetapi mengapa tiba-tiba bertambah? Ia benar-benar terganggu. "Hanya ada empat Wanita yang berjanji kencan hari. Jadi... Siapa kau?" ucap Max sembari mendongak.

"Ah... Maaf... Aku mungkin mengganggumu. tetapi boleh aku duduk di sini?" Aku mencoba tersenyum meminta izin dari pria itu.

"Tidak," jawab Max. Buku yang terbuka sebelumnya tertutup begitu saja. "Pergilah." Max hendak pergi namun wanita itu tiba-tiba menghalangi langkahnya.

"Aku mohon sebentar saja. Aku benar-benar meminta tolong kepadamu." Jika aku membiarkan pria itu pergi, kemungkinan besar aku tidak bisa bertemu dengannya lagi. Walaupun aku harus menghadangnya seperti ini.

Max terpaksa kembali duduk. "Baiklah cepat katakan apa maumu?"

Mendengar itu mataku berbinar. Aku pun duduk dan mengatur napas. "Menikahlah denganku!"

"Apa?" Max tidak menyangka wanita itu akan mengatakan hal menakutkan seperti ini. Ia memajukan diri dan menurunkan tangan wanita itu yang seolah berharap ia menyetujui perkataannya dengan menjabat tangannya.

Mataku yang semula tertutup untuk meminimalisir rasa malu, akhirnya terbuka ketika tangan pria itu menurunkan tanganku bukan menjabatnya. "Kau menolak?" ucapku yang tidak menyangka akan di tolak.

"Wanita gila mana yang mengatakan hal mengerikan seperti itu? Aku harap kita tidak pernah bertemu lagi." Max pun pergi dengan cepat dari Restoran meninggalkan wanita itu.

Kedua tanganku terkepal. Wajah serta telingaku memerah menahan malu. Aku tahu jika aku cukup gila mengajak pria yang baru aku temui untuk menikah. Bahkan kami pun tidak bertukar nama? Aku menutup wajahku dan pergi dari Restoran.

Parkiran Mobil

Aku menendang dengan perlahan mobilku untuk meluapkan sedikit emosi dan rasa malu. Setelah tiga kali menendang mobilku dengan tenaga stabil, akhirnya aku memutuskan untuk pulang. Akan tetapi pendengaranku menangkap suara ricuh antara pria dan wanita. "Pasti itu sepasang kekasih. Ah... Andai aku tidak mengatakan hal memalukan seperti itu di depan Pria itu, apa kami bisa menjalin hubungan... Seperti kekasih... Lalu menikah. Entahlah sepertinya terdengar tidak mungkin." Aku yang sudah berniat pulang tiba-tiba terdiam di tempat.

Langkah kakiku mengikuti arah suara ricuh sepasang kekasih itu. Entah mengapa aku tiba-tiba penasaran. Tetapi ketika aku menemukan keberadaan mereka aku tidak menyangka melihat pria yang tadi aku temui di Restoran sedang bersama seorang wanita. "Jadi dia menolak ku karena dia punya seorang kekasih? Sayang sekali... "

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status