Share

Bab 2 Pertengkaran Sepasang Kekasih

Max benar-benar membenci ini. Elisa tidak bisa membiarkan ia menghirup udara ketenangan sehari pun? Meskipun sudah berulang kali Max menolak permintaan Elisa untuk memulai kembali hubungan mereka.

Benar, Elisa adalah mantan kekasihnya namun itu sudah setahun berlalu. Karena beberapa alasan untuk itulah Max memutuskan hubungannya dengan Elisa. Akan tetapi Max tidak menyangka jika Elisa masih memiliki perasaan terhadapnya hingga sekarang. Selama setahun ini Max hidup dengan teror obsesi dari Elisa. Alasan itulah yang membuat Max berada di Restoran dan di hampiri beberapa wanita pilihannya, yang terpilih dari hasil kencan buta di situs daring.

"Dengar Elisa.... Sampai kapan kau akan terus mengikuti seperti ini? Apa jika aku mati kau akan ikut masuk ke peti mati juga?"

"Tentu saja Max kecuali kau bisa melupakanku, aku akan menjauh darimu."

Alis Max menyatu. "Melupakanmu? Apa selama ini kau menganggap ku seperti itu?"

"Oh ayolah, apa kau berpura-pura? Ah... Manisnya... Tidak apa-apa Max kita bisa memulai kembali hubungan kita?"

Max perlahan melangkah mundur. "Aku mohon kepadamu Elisa. Pergilah... Dari hidupku..." Max tidak sengaja bertatap dengan seorang wanita yang mengintip perbincangan mereka berdua, dari balik mobil dan akhirnya sebuah seringai terbentuk di ujung bibir Max.

Sesegera mungkin aku menunduk saat Bertatapan dengan pria itu. Takut jika hal buruk menimpaku, aku pun pergi dengan langkah yang sangat pelan.

Max berhenti dan menatap Elisa. "Apa kau bisa berjanji jika aku menikah dengan orang lain kau akan pergi dari hidupku, Elisa?"

"Menikah? Itu terlalu berlebihan sayang. Aku hanya ingin kau melupakanku bukan meninggalkanku. Lagipula tidak ada seorang pun yang mampu berada di sisimu kecuali aku." Rasa percaya Elisa perlahan goyang ketika Max mengatakan kata menikah. Karena bagi Elisa Max adalah segalanya. Jadi terdengar tidak mungkin Max tiba-tiba menikah dan meninggalkan Elisa? Itu tidak mungkin.

Ekspresi wajah Max berubah menjadi sedih. "Maaf Elisa selama beberapa bulan ini aku menyembunyikan sesuatu dan sepertinya kau tidak menyadarinya. Aku telah menjalin ikatan dengan seorang wanita cantik saat ini."

"Apa?! Tidak mungkin. Aku tahu... Jangan-jangan kau hanya menggertak bukan?"

"Tidak. Agar kau percaya padaku, aku akan mengenalkan Wanita ku. Bagaimana?"

Wajah Elisa tampak kikuk. "Ba... Baiklah... Kenalkan kepadaku?" Sepasang mata Elisa mengikuti ke mana perginya Max. "Apa Max bersungguh-sungguh tentang Wanita itu?" Kini Elisa sedikit takut jika Max telah melupakannya.

Di Parkiran Mobil

Kini aku hampir sampai ke arah mobil. Aku bersyukur karena pria itu tidak mengejar. "Lain kali sebaiknya aku tidak perlu ikut mendengarkan pertengkaran sepasang kekasih lagi." Namun hal yang menakutkan kini terjadi, di mana bayangan seseorang terlihat menutupiku. Apa itu pria tadi?

"Kau sengaja mengikuti diriku?" ucap Max pada wanita itu.

Aku pun berdiri dan membersihkan diriku dengan gugup. "Panas sekali di sini... Haha..." Aku berpaling menatap jam tangan milikku. "Sudah jam 17:12. Sebaiknya aku segera pulang..." Aku berusaha melarikan diri tetapi aku mendapat cekaman dari pria itu di bahu.

"Kau harus bertanggung jawab."

Mendengar kata tanggung jawab aku pun berbalik dan menyatukan kedua tanganku. "Aku mohon kepadamu... Aku belum menikah tolong jangan memintaku untuk bertanggung jawab."

Max tidak paham penafsiran tanggung jawab seperti apa yang terpikirkan oleh wanita itu. Tetapi ia tidak mempunyai waktu lebih lama. Ia tahu jika Elisa pasti akan menyusul karena dirinya yang tak kunjung datang. "Bisakah aku meminta bantuan kepadamu? Anggap saja itu sebagai tanggung jawab, yang ku minta."

"Bantuan seperti apa?"

"Kau setuju?" ucap Max memastikan.

"Baiklah aku setuju, jadi beritahu aku bantuan seperti apa itu? Agar aku bisa segera pulang..."

"Kau cukup ikuti sandiwaraku. Ah... Aku tidak mempunyai banyak waktu untuk menjelaskannya. Ayo ikut aku." Max menarik tangan wanita itu dan menjelaskan secara garis besar sandiwara yang dimaksud.

Elisa mengigit kuku-kukunya sembari menunggu kedatangan Max dengan wanita nya. Sejak tadi Elisa menunggu belum terlihat adanya kedatangan Max. Apa mungkin Max menipunya? Jikapun itu benar, Elisa tidak akan melepaskan Max untuk kesekian kalinya saat mereka bertemu kembali.

Elisa berdiri. "Mungkin sebaiknya aku memastikan sendiri keberadaan Max." Tengkuk leher Elisa terekspos ketika dirinya mengikat rambut. "Kau akan menyesal Max." Seketika Elisa terdiam saat Max datang membawa seorang wanita.

"Apa aku membuatmu menunggu Elisa? Perkenalkan Wanita ini adalah calon Istriku," ucap Max bangga.

Mata Elisa terlihat tidak senang dengan kedatangan wanita itu. Elisa pun tidak menyangka jika Max serius dengan perkataannya. Mata Elisa turun kearah tangan Max yang menggenggam tangan wanita itu seperti tak nyaman, seolah ini pertama kalinya mereka berpegang tangan. "Max... Aku tidak percaya! Kau... Sedang menipuku bukan?" tebak Alisa dengan akhiran senyum.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status