Share

Bab 5 Diskusi Bersama

Di Kediaman Gael

Malam harinya, aku menceritakan semua yang terjadi hari ini pada Gael. Dari melaksanakan kencan buta, lalu adegan memalukan dengan Max, setelah itu membantu Max dan yang terakhir tentang masalah keluargaku.

Tidak sedetikpun Gael mengalihkan perhatiannya pada Shella. Ia terus mendengar cerita Shella hingga akhir.

"Jadi... Keluargamu masih berusaha untuk menikahkan mu?"

"Begitulah... Aku mengikuti kencan buta agar aku bisa melakukannya. Akan tetapi sepertinya itu sia-sia."

Gael sedikit memutar ingatannya tentang pria bernama Max yang diceritakan oleh Shella. "Bagaimana jika kau menerima bantuan dari Max? Bukankah dia mengatakan kepadamu jika kau bisa membantunya, maka dia juga akan membantumu?"

Aku terpikirkan wajah Max. Sebenernya tidak ada yang salah jika aku mengikuti perkataan Gael. Lagi pula Max adalah pria yang sempurna di antara pria-pria yang pernah aku temui. Tetapi aku merasa itu cukup sulit, karena pertama-tama aku harus membantu Max untuk lepas dari Elisa? Dan jika aku perhatikan dengan saksama, Elisa adalah wanita yang berada di level tertinggi untuk seseorang yang terobsesi dengan mantan kekasihnya. Apa aku bisa membantu Max? Aku benar-benar tidak yakin.

Gael melambaikan tangannya di hadapan Shella. "Kau melamun?"

Aku pun menatap tajam kearah Gael.

"Hei... mengapa kau jadi menatapku seperti itu? Menakutkan sekali melihatmu seperti itu Shella."

"Maaf... Aku hanya tidak mengerti alasan Elisa begitu terobsesi dengan Max. Jika level obsesi Elisa sudah berada di puncak atau yang artinya sudah tidak dapat ditolong, bagaimana? Kemungkinan aku juga akan dalam bahaya bukan?" tanya ku.

Gael memajukan dirinya. "Benar! Shella... Apakah Max mengatakan sesuatu yang lain tentang Elisa itu? Seperti sesuatu yang terdengar aneh dan tidak wajar?" Gael hanya berpikir normal. Seandainya seseorang benar-benar terobsesi dalam tingkatan yang berbahaya, kemungkinan perilaku mereka akan menjadi liar. Seperti mencelakai seseorang yang mencoba merebut milik mereka.

Aku terdiam dan mencoba mengingat perkataan Max tentang Elisa. Saat aku tengah berusaha keras tiba-tiba sekilas ingat tentang hal itu muncul. "Aa... Aku rasa Max pernah mengatakan kepadaku, jika Elisa mungkin saja akan mengikutiku karena dia telah mengenalku. Apa mungkin maksudnya..."

"Dia mengincar mu, Shella!"

"Apa!? Jadi... Aku harus berbuat apa Gael?" Tentu aku seketika panik. Aku baru bisa berpikir hingga ke sana karena Gael. Mungkinkah? Aku akan di jadikan objek pembunuhan akibat terlibat dengan wanita itu?

Wajah Shella terlihat panik, untuk itu Gael langsung memeluk Shella. "Jangan khawatir. Kau bisa berdiam di sini sementara waktu. Aku akan menjagamu." Ia pun melepaskan pelukannya dan menangkup wajah Shella. "Tetapi kita tidak tahu apakah pemikiran kita ini benar atau tidak. Jadi kau harus memastikannya sendiri Shella."

"Apa maksudmu memastikannya sendiri Gael?"

"Beraktivitas lah seperti biasa. Jika kau merasa ada sesuatu yang terasa janggal. Maka saranku temui Max dan bicarakan ini dengannya? Namun jika tidak terjadi apa-apa, itu artinya dugaan kita salah. Kau mengerti kan?"

"Baiklah aku akan memastikannya dahulu."

Apartemen Nissin lantai lima nomor 503.

Max tengah tidur dengan kondisi kamar tanpa biasan cahaya. Akan tetapi setengah jam kemudian ia terbangun dari tidur nyenyaknya akibat suara bel yang terus berbunyi. Ia tidak tahu siapa yang pada tengah malam seperti ini mengunjunginya, dngan rasa malas Max menuruni ranjang dan beranjak ke pintu Apartemen.

Sebuah layar penghubung atau interkom di sentuh oleh Max untuk mengetahui siapa yang menekan belnya berulang kali. Akan tetapi ia tidak melihat ada seseorang yang muncul di layar. "Apa ini hanya lelucon?" Max coba memastikan untuk terakhir kalinya sebelum masuk kedalam dan melanjutkan kembali tidurnya yang tertunda.

Jam 01:23. Max kembali terbangun dengan alasan yang serupa yaitu bel Apartemen nya berbunyi. Namun kali ini sedikit berbeda dari sebelumnya. Jika sebelumnya bunyi bel tersebut tanpa henti lalu tiba-tiba tidak berbunyi lagi, berbeda dengan sekarang, di mana bel itu berbunyi tetapi memiliki jeda seperti seseorang sengaja memainkannya dengan lambat.

Max pun akhirnya memilih untuk memeriksa apa yang terjadi. Tibanya Max di depan pintu, suara bel masih terdengar. Dengan rasa penasaran juga takut ia akhirnya membuka pintu secara cepat. Ia sempat terkejut dengan kedatangan seorang wanita bermasker membawa sebuah kotak kado. "Siapa?"

"Paket," ucap wanita tua dengan senyum bergaris-garisnya.

Tubuh Max pun terkejut saat wanita bermasker itu menyodorkan kotak kado secara tiba-tiba kemudian pergi begitu saja. Max memandangi kotak kado tersebut dan segera menutup pintu Apartemen nya.

Max membawa kotak kado tersebut sampai ruang tamu dan meletakkannya dimeja begitu saja. Entah mengapa ia teringat Elisa. Mungkinkah ini perbuatan Elisa? Tetapi ia sangat penasaran dengan isi di dalam kotak kado tersebut dan dengan sedikit keberanian Max membuka kotak kado tersebut sembari berdiri.

Kotak kado tersebut akhirnya terbuka dan menampilkan sebuah potret bergambar yang terbalik. Max berinisiatif mengambil gambar tersebut dan membaliknya. Dipotret bergambar tersebut terlihat dua orang wanita tengah menikmati makanan mereka disalah satu supermarket. Ia tidak tahu apa maksud dari gambar ini. Namun akhirnya ia menangkap sesuatu, di mana digambar tersebut ada dua orang wanita dan jika diperhatikan secara saksama salah satu wanita itu ternyata adalah Shella, wanita yang ditemui Max hari ini.

"Sial! Jangan-jangan ini Elisa yang berniat mencelakai Shella!" Max memasukkan potret bergambar tersebut kedalam saku celananya dan segera pergi ke tempat yang sama dengan yang ada digambar tersebut.

Di Supermarket

Aku dan Gael tengah duduk di depan supermarket yang dekat dengan rumah Gael, mungkin sekitar 50 meter dari rumah. Sebenernya kami sudah berada di sini cukup lama akan tetapi di antara kami berdua tidak ada yang engga untuk pulang.

"Ternyata berada di luar rumah sangat menyegarkan," ucap Gael.

"Selain menyegarkan. Kau bisa saja kedinginan dengan pakaian sependek itu?" Walaupun aku tahu kebiasaan Gael yang sangat anti terhadap pakaian normal, setidaknya Gael keluar dengan memakai jaket atau sweater untuk meminimalisir angin malam yang sangat sejuk seperti ini bukan? Bukan malah menggunakan pakaian crop top dan celana sebatas paha.

Gael hanya tersenyum menanggapi perkataan Shella. Bagi Gael bisa memiliki seorang teman seperti Shella adalah sebuah anugerah terindah dalam hidupnya. Ia menatap wajah Shella. "Kau sangat cantik."

"Sepertinya kau sakit Gael. Lihat saja cara bicaramu itu?"

"Tidak. Kau memang cantik dan... Seksi..." Gael merendahkan nada bicaranya saat mengatakan kata seksi.

Aku meletakkan kedua tanganku di wajah Gael. "Berhenti mengatakan itu. Saat kau yang mengatakannya itu terdengar aneh." Tadinya aku mengira Gael benar-benar menuruti perkataanku namun tiba-tiba Gael kembali mengatakan hal itu. "Gael berhenti-"

"Shella!!"

Seketika aku menoleh ke asal suara yang memanggil ku. Aku cukup terkejut karena yang memanggil ku adalah Max. "Max? Apa yang dilakukan nya ke sini?"

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status