Sudah beberapa menit berlalu setelah Max mengobati pergelangan tanganku. Akan tetapi degup jantungku tetap pada posisi semula yang tetap berdetak secara tidak beraturan.Aku menggenggam pergelangan tanganku seraya tersenyum. "Tidak bisa dipungkiri bahwa Max sungguh tampan. Mungkin... Dia adalah Pria paling tampan yang pernah aku temui..."Segera aku menutup wajahku dengan kedua telapak tangan karena malu. "Apa yang ku katakan... Ah!"Keesokan Paginya.Max bangun lebih awal dan menyiapkan sarapan. Kemungkinan ada beberapa hal yang seharusnya di bahas nanti seperti pengeluaran konsumsi atau lain-lain. Bukan ia perhitungan tetapi inilah fakta ketika mereka berdua menjalin hubungan pernikahan kontrak yang berarti kedua belah pihak harus saling membantu untuk mencapai tujuan akhir yang baik.Waktunya sangat tepat kini Shella keluar dari kamar dengan pakaian rapi. "Shella."Aku langsung menoleh. "Ada apa?""Bisa kau duduk sebentar."Sebenarnya aku ingi
Gael sedang bersiap-siap untuk pergi ke Apartemen yang menjadi tempat tinggal Shella yang baru. Sebagai seorang sahabat tentu ia senang menyadari kenyataan bahwa Shella telah menikah walaupun hanya pernikahan kontrak. "Apa ini sudah cukup sebagai hadiah pernikahan? Apa aku sedikit berlebihan?" Gael membuka bagasinya yang penuh dengan berbagai macam hadiah. Mungkin saja Shella akan mengatakan jika dirinya berlebihan.Di Apartemen.Aku dan Max tengah duduk di ruang tamu seraya membicarakan beberapa hal yang berkaitan dengan pembagian tugas. Akhirnya suara bel membaut aku dan Max saling beradu pandang sebelum akhirnya Max bangkit dan memeriksa.Apakah Elisa sudah mulai bertindak lagi? Max tidak berharap jika yang bertamu adalah Elisa. Saat membuka pintu dia lantas mengenali siapa tamu yang datang. "Kau..."Gael tersenyum. "Di mana Shella?"Max menatap barang-barang yang dibawa oleh Gael yang cukup menyita perhatiannya. "Masuklah..."Aku akhirnya bangki
Di Kediaman Jia.Aku terpaksa membawa Max masuk ke dalam rumah keluarga ku karena beberapa urusan tentang waris harta peninggalan ayah. Pagi-pagi buta Jia meneleponku dan memintaku untuk datang ke rumah. Rasa malas tentu menyelimuti ku karena aku sungguh tidak berkeinginan datang kembali dan menginjakkan kakiku di sana. Tetapi Jia? Wanita itu terus memaksa dan memaksa hingga aku berkahir di sini."Hanya satu tanda tangan lalu aku bisa pergi bukan? Jadi tolong cepatlah," ucapku.Rose sejak tadi tidak henti-hentinya memandangi Pria yang berada di dekat Shella. "Kakak..." Akhirnya ia pergi mendekat lalu duduk di antara Shella dan Max.Rose memeluk tangan Shella dengan mengukir sebuah senyum. "Mengapa kau tidak pernah berkunjung... Aku sangat merindukanmu di sini...""Benarkah... Maafkan aku Rose sayang. Bagaimana dengan sekolah mu? Apa semuanya baik-baik saja?"Rose makin mempererat pelukannya. "Sepertinya aku sedikit kesulitan karena Kakak tidak berada di
Max tertidur dengan bercucuran keringat dan aku sempat mendengar jika Max bergumam menyebut ayah dalam tidurnya. Aku berdiri dari jarak yang cukup jauh hanya untuk memastikan keadaan Max. Setelah beberapa menit berlalu aku tidak lagi mendengar gumaman Max. Aku pun memutuskan untuk pergi dari kamarnya.Pukul 02:45 Malam.Max terbangun dari tidurnya dengan derasnya cucuran keringat. Ia menarik napas perlahan untuk menenangkan dirinya. "Huh... Sial... Aku terus bermimpi buruk." Max turun dari ranjangnya berjalan ke arah pintu dan berjalan keluar dari Apartemen untuk mencari ketenangan sesaat.Angin malam menyapu wajahnya dan baju basah yang ia kenakan. Max benar-benar terlihat seperti seseorang yang habis terjun bebas ke kolam renang. Ia membuka bajunya dan duduk di depan pintu Apartemen."Aku benci mengingat kedua orang itu daripada Elisa... Mengapa mereka selalu muncul dalam bayang-bayang ku." Kisah masa lalu Max tidak cukup bagus dalam segi kata sebuah
Aku berlari dan mengedarkan pandangan ku untuk mencari badut itu yang ku yakin adalah Max. Aku mungkin terlihat seperti orang aneh karena berlari-lari tetapi aku tidak peduli dan terus mencari. Sejujurnya aku cukup khawatir dengan Max karena kondisinya tadi malam. Aku juga khawatir jika Max tiba-tiba di sekap oleh Elisa atau hal-hal lain yang berbau negatif. Mataku membola saat melihat anak-anak berkumpul. Aku yakin di sana ada seorang badut yang tengah menghibur. Aku pun berlari dan langsung berhenti tepat di depan anak-anak dan benar saja jika mereka berkumpul karena aktrasi badut. "Permisi sebentar..." Aku membelah kerumunan dan berdiri berhadap-hadapan dengan badut itu. Aku yakin jika itu adalah badut yang aku temui. Aku baru saja ingin mengatakan sesuatu tiba-tiba badut itu pergi dan memicu rasa penasaranku yang mungkin saja benar jika badut itu adalah Max. "Hei... Max..." Badut itu berlari sekuat tenaga namun kostum yang ia gunakan san
Aku mencoba percaya dengan perkataan Max dan mulai berganti kostum badut dengannya. Saat kostum badut itu ku kenakan ternyata ruang didalam kostum itu sangat luas untuk ku.Max kemudian menarik kepala badut maskot kelinci yang ia taruh di bawah dan mulai memasangkan di kepala Shella. "Ingat perkataan ku. Tugasmu hanyalah berdiam diri di sini. Jika seseorang datang tetaplah diam. Kau mengerti?"Aku menjawab perkataan Max dengan anggukan kepala."Aku akan pergi sekarang. Jaga dirimu." Max perlahan-lahan keluar dari gang dan tersungkur secara sengaja ketika mendekati kerumunan orang. Ia tidak menciptakan kecurigaan dari orang-orang sekitar. Tiba-tiba benda tumpul mengarah ke kepala Max. Beruntung ia mampu menghindarinya."Lawan aku bede*** sialan," ucap pria itu seraya mengayunkan kembali tongkat bisbol ke arah pria di depannya.Max berusaha keras menghindar dan terus menghindar hingga seseorang membantunya untuk berdiri."Jangan ragu untuk memukul para par
Aku berakhir satu mobil dengan Max dengan tetap mengenakan kostum badut itu. Sejak tadi aku tidak mengatakan apapun."Kau marah padaku? Aku tidak meninggalkan mu sepenuhnya Shella... Aku kembali.""Aku tidak ingin tahu.""Baiklah aku pun tidak perduli."Di Apartemen.Aku terpaksa tidak bekerja karena kejadian hari ini dan pergi membersihkan diriku di kamar mandi. Setelah membersihkan diri aku berbaring di ranjang dengan memikirkan beberapa hal terutama Max. Aku bangkit dari tidur ku dan mencari kostum badut di kamar mandi dan membawanya ke atas ranjang. "Kostum badut?" Aku menyusun kostum itu. "Sebenarnya apa pekerjaan Max selama ini? Mungkinkah dugaan ku diawal salah jika dia adalah seseorang yang kaya?"Aku menyilangkan kedua kakiku dan berpikir. "Terdengar tidak masuk akal bukan? Jika dia bekerja sebagai seorang aktrasi sulap dengan kostum kenapa dia bisa tinggal di Apartemen yang bagus dan mempunyai sebuah mobil? Apa dia hanya bosan dan mencari peker
Max tidak bergeming ia justru tersenyum melihat tingkah Alex. "Jadi... Sudah berapa lama kau menyukainya?"Alex menurunkan cekaman tangannya dari kerah baju Max secara kasar. "Tidak ada hubungannya dengan orang seperti mu. Dengar... Aku bertanya sekali lagi dimana Shella?""Kau itu tuli atau bodoh? Bukankah aku mengatakannya padamu jika Shella tengah tertidur tanpa-"Bugh!Sebuah pukulan melayang di wajah Max karena Alex sudah terlalu sabar menahan emosinya.Max menyapu darah segar yang mengalir di ujung bibirnya dengan ibu jarinya. "Menurutmu aku tidak bisa membalasnya? Aku hanya berusaha untuk menghargai tamu ku tetapi apa ini? Haruskah kita berkelahi di luar?"Tidak terbesit dalam benak Alex jika ia harus menghadapi situasi ini. "Aku tidak ingin membuang waktuku dengan Pria sepertimu." Alex melempar kunci mobil milik Shella ke arah Max. "Simpan itu bajin***"Max diam di tempat seraya memandangi kepergian Alex. Ia menarik tangannya untuk mengusap d