Share

Takdirnya

"Kok kaya galau, Buk? Bukannya seneng besok mau dilamar?" tegur Hilda saat aku duduk di kantor menatap layar laptop.

Mataku beralih menatap Hilda. Kemudian menghembuskan nafas kasar.

"Delia enggak mau ikut, Hil," ucapku kemudian menjatuhkan dagu bertumpu pada punggung tanganku.

"Kenapa? Bukannya dia yang semangat banget ngejodohin kamu sama Mas Yudis?" tanya Hilda heran.

"Mas Ilham di rumah sakit," jelasku.

"Masih belum baikan juga dia?"

Aku mngedikkan bahu. Moodku hancur. Tak punya semangat lagi. Tujuanku melakukan apapun adalah untuk Delia, tapi sepertinya anak itu mulai tak membutuhkanku.

"Coba nanti aku bilang sama Delia ya?" lanjut Hilda.

"Enggak usah dipaksa kalau enggak mau." Aku mengingatkan Hilda.

"Ya Allah, kagak, kagak. Terus kalau dia enggak mau kamu mau batalin rencana kita?" tanya Hilda sambil memajukan kepalanya.

"Aku bingung, Hil. Tanpa Delia semua yang kulakukan ini untuk siapa?" ucapku lemas.

"Yaelah, ya untuk kamu sendiri dong, May. Kamu tuh gimana sih! May, dengark
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status