Share

21. Pebinor

Brama dibuat kerepotan mengurus Max yang wajahnya kini penuh lebam dan memar yang mencolok. Dia jadi pusing, jadwal Max yang penuh dengan berbagai kegiatan terkait wajahnya kini terancam berantakan.

Di sudut ruangan, dokter pribadi Max yang bernama Joshua sedang menyiapkan peralatan medisnya, siap untuk memeriksa kondisi Max yang terluka.

“Apakah tulang hidungnya retak, Dok?” tanya Brama Kumbara dengan nada cemas, pandangannya terpaku pada wajah Max yang babak belur.

“Untuk memastikan, perlu dilakukan rontgen nasal,” jawab dokter Joshua sambil memeriksa luka-luka di wajah Max. “Tapi kau harus ke rumah sakit untuk melakukannya, Max.”

“What the fuck.” Max memaki dalam hatinya.

“Besok pagi-pagi sekali aku harus ke bandara. Aku tak mungkin sempat, Dok.” Max meringis, menahan rasa sakit.

“Dengan wajah seperti ini, kau akan menarik perhatian orang-orang, Max. Spekulasi di media akan bermunculan,” keluh Brama, memikirkan dampak lebih lanjut.

“So?” Max mengedikkan bahu, memasrahkan hal ini
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status