Happy Reading Selamat Merayakan HUT RI ke 78 ❤️❤️❤️
"Bagaimana denganku?" lagi, Mulan mempertanyakan hal yang sama. Wanita itu begitu menginginkan sebuah jawaban, walaupun dalam hati kecilnya, ia sangat mengetahui bahwa Mawar adalah rival terberatnya dalam menaklukkan hati Akbar."Aku sudah pernah mengatakannya, kalau Mawar adalah salah satu wanita yang berada dalam hatiku. Sama halnya dengan dirimu, Mulan. Jadi tidak perlu terus menerus mempertanyakan hal yang sama." Akbar menarik diri agar tak terlalu duduk berdekatan dengan Mulan. Pria itu menyandarkan kepala dan tubuhnya pada Sofa. Wajahnya menatap langit-langit dan membayangkan wajah Mawar. Akbar masih ingat, saat pertama kali melihat wajah Mawar saat acara makan malam keluarga. Wanita itu tampak malu-malu, begitu manis dan menggemaskan. Wanita berwajah manis dan tak pernah sekalipun membosankan jika dilihat berulang kali. Pribadi yang selalu ceria dengan segala macam cerita yang ia miliki dapat menarik perhatian Akbar. Namun, sayangnya Akbar tidak suka dengan sifat kemandirian y
"Papa!"Papa tampak tak memperdulikan rentetan kekesalan yang telah aku luapkan. Pria yang sebagian rambutnya telah memutih itu tampak begitu bersemangat untuk memojokkan diriku."Pa…" kembali aku mencoba bernegosiasi dengan berjalan mendekati Papa. Aku memilih duduk di sofa yang berhadapan dengan Papa, tak kupedulikan jika tubuhku menghalangi kedua pria itu untuk melihat ke arah televisi."Mawar, ayolah. Papa ingin melihat berita," protes Papa.Aku menggeleng cepat menanggapi hal tersebut. "Kita harus bicara. Aku tidak ingin lagi dijodoh-jodohkan, karena aku ingin fokus terlebih dahulu untuk mengerjakan tugas untuk melakukan Restoran. Dan juga, aku ingin kembali ke dunia kepenulisan."Abian terlihat lebih memilih untuk memainkan ponselnya tanpa memandang ke arahku. Hanya Papa yang terlihat menyimak ucapanku."Kau bisa melakukan hal itu bersama dengan Abian," sergah Papa."Aku belum ingin menjalin hubungan baru, Pa. Jadi aku harap, Papa dapat mengerti dan memahami keputusanku."Papa m
"Ini tidak ada hubungannya dengan Ibumu, Akbar. Jadi tidak perlu repot-repot memikirkan bagaimana kehidupan ibumu." Sergah Sandoro yang terlihat kesal dengan sikap Akbar yang mulai mengaturnya."Bukankah nasib Ibu hampir sama seperti Mawar. Keduanya sama-sama diselingkuhi oleh suaminya. Bedanya, Mawar istriku itu berontak. Berbeda dengan Ibu yang terus-menerus diam saja dengan penghianatan yang Ayah lakukan.""Tutup mulutmu!"Akbar tersenyum miring menanggapi perkataan Sandoro."Kenyataannya Seperti itu, Ayah. Dan aku sangat mengerti, Ayah takut jika aku terus mempertahankan Mawar, Bisnis Ayah akan hancur seketika. Benar bukan?""Kalau kau tahu, kenapa masih saja keras kepala! Biarkan saja Mawar memilih jalannya sendiri, dan kau hidup bahagia dengan Mulan.""Kalau aku tidak bisa mendapatkan kembali Hati Mawar, aku Jamin. Tidak ada lagi pria yang bisa menikahinya.""Terserah, yang penting jangan sampai mengganggu Bisnisku! Karena kebodohanmu dan Mulan, Bisnisku berada di ujung tanduk!"
Flashback off"Lalu, apa yang selanjutnya terjadi?" tanyaku penasaran pada Mama. Wanita itu terlihat tersenyum dan menggelengkan kepalanya."Mama, ayolah…" rengekku, berharap Mama mau mengatakan sesuatu."Mama kurang mengerti, tapi setelah tahu jika Wibowo mengangkat anak Abian, mama baru mengenal Abian. Papamu hanya bercerita sebatas itu saja. Jadi, jika kau ingin mengetahui kebenarannya, bicarakan saja pada Papamu." Lanjut mama dan mulai bangkit dari tempat duduknya."Jadi, tidak ada lagi yang mama ketahui?"Mama menggeleng dan melangkahkan kakinya keluar dari kamar.Kepergian Mama membuatku tersadar bahwa hal yang tak aku ketahui tentang Abian, akhirnya terbongkar juga. Ternyata, pria itu dari dulu begitu berminat dan benar-benar jatuh cinta padaku.Aku memejamkan kedua mataku, membayangkan berbagai macam hal yang terjadi akhir-akhir ini.Rasa sakit hati yang diciptakan oleh Akbar telah berada di satu titik yang begitu dalam. Hatiku terasa lebih tenang dengan sikap yang aku lakukan
"Ma, aku berangkat dulu." Ucapku pada Mama dan Papa yang sedang menikmati sarapannya."Ke persidangan?""Tidak Ma, aku akan ke restoran." Jawabku dengan melewati mereka tanpa berinisiatif untuk ikut serta dalam mencicipi sarapan pagi."Tidak sarapan terlebih dahulu!" teriak Mama yang masih terdengar di telingaku, namun tidak aku hiraukan peringatan Mama. Aku bergegas menuju ke garasi mobil dan tancap gas menuju ke tempat yang aku inginkan, yaitu restoran. Aku tidak ingin berdiam diri saja di rumah.Sesampainya di halaman depan restoran, aku melihat mobil seseorang yang sangat aku kenali. Ingin rasanya untuk menghindari pemilik mobil itu, namun harga diriku menolak untuk menghindarinya. Benar saja, saat aku turun dari mobil dan berjalan masuk ke dalam restoran, aku disambut oleh Akbar dan Mulan.Sepasang suami istri itu terlihat duduk santai, menikmati minumannya. Kali ini, aku begitu menyesali keputusanku untuk membuka restoran terlalu pagi.Pandanganku bertemu dengan Akbar, pria itu
Aku tak memperdulikan pandangan mata tiap orang yang berada di restoran. Bentakan keras yang aku layangkan pada Mulan terdengar begitu jelas dan pastinya menarik perhatian pengunjung yang kebetulan sudah ada dan para karyawan restoran."Mawar, kecilkan suaramu. Aku tidak ingin menjadi bahan pembicaraan orang-orang." tegur Akbar tanpa bisa mengerti perasaanku."Pergi kalian semua," aku mencoba untuk bersabar.Mulan bangkit dari tempat duduknya, aku pikir Ia akan pergi. Namun, nyatanya wanita itu malah mendekat pada diriku, jarak kami hanya tinggal selangkah saja."Aku tidak peduli, jika suatu saat nanti Akbar akan jatuh cinta pada wanita lain. Aku akan menutup mata dan telinga, pura-pura bodoh dan tak peduli dengan itu semua. Itulah jawabanku, Rose alias Mawar yang berpura-pura menjadi Selingkuhan suami orang, agar mendapatkan kepercayaan dariku." Mulan terlihat tersenyum manis saat mengatakan itu semua. Wanita ini begitu cueknya dan percaya diri dalam mengatakan hal yang begitu sensi
"Aku tidak akan pernah memberikan kesempatan itu pada dirimu." Akbar menatap wajah Abian, lalu kembali memandang ke arahku."Walaupun pada akhirnya kita akan bercerai, tapi satu hal yang harus kau ketahui. Aku tidak akan membiarkan siapapun termasuk Abian sekalipun, untuk mendekati dirimu. Dan satu hal yang harus kau ketahui Mawar, alasanku menikahi Mulan agar kau tidak tersiksa dengan penyakitku.""Apa maksudmu?""Aku menderita kelainan seksual, dan aku tida ingin kau menderita karena diriku."Setelah mengatakan hal itu, Akbar menarik tangan Mulan agar mengikuti langkahnya keluar dari restoran."Mawar, lebih baik kau pulang saja. Biar hari ini, aku akan mengurus restoran ini. Kejadian tadi, pasti telah…""Abian, apa aku terlihat begitu lemah? Sepertinya kau terlalu meremehkan diriku."Aku melangkah melewati tubuh Abian, ingin mencari tempat untuk melupakan semuanya dan hal itu akan berakhir dengan pemikiran-pemikiran yang tak kunjung selesai. terlebih, ucapan terakhir Akbar yang begitu
Jimmy tersenyum penuh arti saat dapat merasakan hembusan kasar keluar dari mulut Sandoro. Pria itu terlihat begitu kesal, bahkan sampai menggebrak meja kerjanya."Cepat bawa wanita itu kemari! Akan aku perlihatkan sesuatu yang membuat dirinya memohon untuk dilenyapkan dari muka bumi ini!"Jimmy mengangguk, lalu melangkahkan kakinya keluar dari ruangan kerja bos nya itu. Tangan kanannya merogoh saku celananya dan mengeluarkan ponsel. Dengan lihai, ia mencari nomor kontak seseorang yang ia kenal."Satu Masalah selesai, sisanya akan aku serahkan padamu." Ucap Jimmy saat ponsel telah ditempelkan pada telinganya.Setelah mengatakan hal itu, Jimmy kembali memasukkan ponselnya pada saku celananya.Pria itu berjalan dengan senyuman yang terukir jelas menghiasi wajahnya. Satu persatu, ya. Ia akan memberikan sebuah kado terindah untuk keluarga Sandoro. Kado yang tidak akan pernah Sandoro bayangkan dalam kehidupannya.***Setelah perdebatanku dengan Akbar di restoran, aku memutuskan untuk pergi