Share

4. Bertemu Kembali

Wanita itu tidak memedulikan lagi keadaan rumah sakit yang ramai, atau orang-orang yang mulai menatap ke arahnya dengan wajah kebingungan.

Isi kepala Kayla saat ini penuh dengan pertanyaan, kenapa Andra melakukan ini padanya?

"Kayla!" panggil Alana ketika tidak sengaja melihat Kayla menangis.

Namun, Kayla tidak menjawab sama sekali. Dia ingin keluar untuk menghirup udara segar sekarang.

"Kay!"

Lagi, Kayla mengabaikan panggilan Alana. Dia hanya menatap lurus ke depan dengan tatapan kosong. "Mas Andra mengkhianatiku?" lirihnya, pedih.

Saat wanita itu berjalan pelan seperti mayat hidup, dan tidak melihat jalan di depannya, Alana berteriak ketika sebuah mobil melaju dari arah berlawanan.


"Kay, awas!"

CIT! 

Suara gesekan antara ban mobil dan jalanan terdengar cukup kuat, hingga membuat perhatian orang-orang teralihkan.


Kayla yang terkejut langsung jatuh dengan tubuhnya yang gemerart. Tidak hanya itu, jantungnya juga berpacu cepat saat melihat jarak antara dirinya dan juga mobil yang tinggal beberapa senti lagi.

"Kayla, kamu nggak apa-apa?" Alana menghampiri Kayla yang duduk diam.

Tak lama setelah itu, pengemudi mobil yang hampir menabrak Kayla turun.

Pria yang mengenakan kacamata hitam itu, langsung duduk untuk memeriksa kondisi Kayla.

Tidak ada luka serius, tetapi wajah Kayla yang pucat menandakan jika wanita itu sangat terkejut.

"Sebaiknya kita masuk dan kamu bisa diperiksa lebih lanjut di dalam nanti."

Kayla mendongakkan wajahnya saat dia mendengar suara yang dia dengar beberapa saat yang lalu.

Dia adalah pria yang sama dengan yang Kayla tabrak pagi tadi di koridor rumah sakit.

"Maaf," ucap Kayla dengan suara bergetar. "Aku sedikit melamun tadi."


"Tidak masalah, tapi lain kali kamu harus hati-hati. Ayo, kita masuk dan periksakan dirimu di dalam."

"Aku baik-baik saja," tolak Kayla dengan halus.

Namun, pria itu menggeleng. "Lutut kamu berdarah. Kalau infeksi gimana?"

"Iya, Kay. Kita masuk dan periksa saja dulu. Kayanya kamu juga kelelahan." Alana ikut menimpali.

Pria berkacamata hitam itu mengangguk. "Mari aku bantu."


Tak lama, Kayla pun mendapat perawatan dari Alana.

Untungnya, tidak ada luka yang serius,. Anehnya, pria yang menabraknya tadi masih bersikeras agar Kayla menjalani pemeriksaan lebih lanjut.

"Aku baik-baik saja, dan nggak perlu pemeriksaan seperti itu," tolak Kayla.

Pria itu seketika menghela napas berat. "Baiklah. Ini kartu namaku. Kalau terjadi apa-apa, segera hubungi aku."

Kayla hanya mengangguk pelan saat menerima kartu nama yang pria itu berikan. Namun, dirinya terkejut kala membaca nama pria itu.

"Sagara?" Suara Kayla terdengar begitu lirih, apalagi saat wanita itu menyebutkan sesuatu yang masih bisa Sagara dengar. "Gara?"

"Kamu bilang apa tadi?" Sagara mengalihkan perhatiannya. Dia langsung menatap Kayla dengan penuh tanda tanya, dan meminta Kayla untuk mengulangi kalimatnya.

"Eh, tidak. Maafkan saya, Tuan. Anda pasti cucu Tuan Wisnu yang banyak dibicarakan pagi tadi, bukan?" Kayla langsung membungkukkan tubuhnya dengan cepat sebagai tanda permintaan maaf.

Dia baru tahu jabatan dan siapa Sagara setelah melihat kartu namanya.

Tidak hanya itu, Kayla juga merasa tidak enak karena sudah menyulitkan Sagara beberapa kali.

"Kenapa bicaramu jadi formal begini? Abaikan saja statusku!"


"Tidak bisa seperti itu, Tuan. Sekali lagi maafkan saya."

Sagara hanya bisa menatap Kayla dengan datar, lalu setelah beberapa saat dia terlihat membuang napas dengan kuat. "Kalau seperti itu terserah padamu. Aku harus pergi. Jangan lupa hubungi aku jika terjadi cidera serius."

Kayla kembali membungkukkan tubuhnya ketika melihat Sagara pergi. Sekarang wanita itu hanya bisa melihat punggung Sagara dengan rasa penyesalan.

Dia sudah terlibat kekacauan beberapa kali dengan cucu Tuan Wisnu itu, dan entah apa yang akan Sagara pikirkan tentang dirinya.

Anehnya ... kala membicarakan tentang Sagara, Kayla menjadi sedikit lupa dengan Andra.

Ada apa ini?

Di sisi lain, Sagara pun tampak tak tenang setelah bertemu dengan Kayla.

Dia segera menghubungi seseorang begitu tiba di kediaman Dewanta.

Namun, suara pria tua yang menyapanya--menydadarkan Sagara dari lamunan.

"Kamu dari rumah sakit?"

"Kakek. Aku tidak melihat keberadaan Kakek di sini." Sagara tersenyum tipis dan langsung menghampiri Wisnu Dewanta yang sedang duduk di kursi goyang, di depan teras dengan membaca buku.

"Aku tanya, Saga. Kamu dari rumah sakit?"

"Iya, Kek. Ada laporan tentang rumah sakit. Jadi, aku langsung ke sana."

"Setelah tiba dari Belanda?" Wisnu meletakkan buku yang sedang dia baca, kemudian dia menggeleng dengan helaan napas panjang melihat Sagara, cucu sulungnya. "Seharusnya kamu pulang dulu, bukannya langsung bekerja dan membuat kunjungan ke rumah sakit. Mereka pasti terkejut."

"Itu memang tujuanku, Kek." Sagara melepaskan dasi yang melekat di lehernya. "Aku mendapatkan laporan kalau rumah sakit itu, menyalahkan gunakan kekuasaan. Mereka mengganti obat yang seharusnya berasal dari D&W Farmasi dengan obat yang berasal dari perusahaan lain."

"Terus kamu dapat buktinya?"

"Tim audit masih memeriksa di sana, tapi aku yakin laporan dari orang-orangku tidak salah," jawab Sagara yakin.

Dia memang lebih banyak menghabiskan waktu di Belanda, tetapi bukan berarti Sagara tidak tahu apa pun tentang yang terjadi di sini.

"Baiklah. Kalau begitu sebaiknya kamu masuk, dan istirahat dulu."

Bukannya menuruti perkataan sang kakek, Sagara kembali melihat ke pergelangan tangannya. "Aku mampir hanya untuk menyapa Kakek saja. Kalau begitu aku pamit."

"Kamu mau ke mana lagi? Baru pulang langsung bekerja tanpa henti seperti ini. Kalau tau seperti ini, aku tidak akan pernah menyuruhmu pulang."

Sagara hanya tersenyum kecut mendengar ocehan kakeknya. Tanpa ingin mendengar lebih jauh lagi, Sagara segera membungkuk dan menyalami tangan Wisnu.

"Dasar anak nakal!" umpat sang kakek, kesal.


Sagara hanya tersenyum sopan an berlalu meninggalkan kediaman keluarga Dewanta. Pria itu kembali masuk ke dalam mobil.

Namun, sebelum mobilnya kembali berjalan, tiba-tiba saja ponsel pria itu berdering dan menunjukkan nama seseorang yang sejak tadi dia tunggu.

"Ga, lo balik ke Jakarta?"


"Ya. Gue boleh minta tolong?" Tatapan Sagara menerawang ke depan. Dia kembali teringat dengan wanita bernama Kayla di rumah sakit tadi.

"Ada apa?"

"Cari tahu tentang wanita bernama Kayla yang bekerja di rumah sakit milik D&W Farmasi. Semua yang bernama Kayla, tanpa terkecuali!" titahnya, lalu mengendarai mobilnya kembali menuju suatu tempat.

Hanya saja, matanya justru tertuju pada salah trotoar yang dilewatinya.

Kayla, perempuan yang mengusik pikirannya sejak tadi, ada di sana!

Dan wajahnya tampak menyedihkan... seperti tadi.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status