Share

3. Wanita Lain

Hanya saja, suara sirine yang memekakakn telinga membuat Kayla kembali tersadar akan tugasnya.

Segera dilupakannya pria yang ditabraknya di koridor rumah sakit tadi.

"Kayla, bantu cepat!" ujar salah seorang dokter yang keluar bersama Kayla barusan.

Wanita itu pun bergerak lihai setelah tahu jika pasien yang datang adalah wanita yang akan melahirkan.

Dia segera membantu dokter pria itu, dan mencoba menenangkan pasien yang mulai kesakitan.

"Kay, arahkan keluarga pasien untuk mengurus administrasinya, ya. Setelah itu susul aku ke ruang persalinan."

"Baik, Dok, tapi keluarganya di mana?"

Wanita yang sedang mengerang kesakitan itu berusaha menjawab dengan suara terbata-bata, "Suamiku sedang di jalan, Sus. Dia akan datang sebentar lagi."

"Ah, baiklah kalau begitu."

Setelah membantu dokter mendorong brankar untuk masuk ke dalam lift, Kayla kembali ke bagian administrasi untuk memberitahu tentang pasien yang baru saja datang tadi.

"Suaminya baru akan tiba sebentar lagi. Kamu bisa 'kan bantu mengarahkannya. Dokter Wildan udah telepon aku terus, nih." Kayla menatap teman sejawatnya dengan sedikit gelisah.

Dia selalu seperti itu jika diminta membantu Dokter Wildan untuk membantu wanita melahirkan.

"Oke. Kamu cepat susul Dokter Wildan aja. Masalah keluarganya biar aku yang bantu."

Mendengar itu, Kayla terlihat lega, dan senang.

Dia pun segera naik ke lantai empat tempat ruang persalinan berada.

Setelah sampai dan memakai perlengkapan sesuai standar rumah sakit, Kayla menyusul Dokter Wildan masuk ke ruang persalinan.

Wanita muda tadi terus saja mengerang kesakitan dan tak jarang dia terus berteriak, dan tugas Kayla adalah membantu menenangkan wanita itu.

"Huh, sakit sekali," keluh wanita yang baru Kayla tahu bernama Adelia.

Dengan napas tersengal-sengal, Adelia terus saja merintih dan meracau kesakitan.

"Bu, mari ikuti saya. Tarik napas dan buang secara perlahan, ya." Kayla berkata dengan lembut, dengan tangan yang terus membantu memijat punggung wanita muda tersebut.

Di dalam hatinya, Kayla merasa kasihan karena suami wanita itu belum datang juga.

Ah, apa dia akan seperti ini jika terus memaksa ingin hamil tanpa keinginan Andra?

Melahirkan sendiri tanpa didampingi oleh seorang suami.

Namun, tiba-tiba saja Kayla tersentak dari lamunannya ketika dia merasakan cakaran pada lengannya yang diakibatkan oleh wanita tadi.

Kayla ingin marah, tetapi dia mencoba untuk tenang dan terus bersabar. Ini sudah menjadi tugasnya yang harus dia lakukan dengan sepenuh hati.

Sampai wanita muda itu berusaha melahirkan, dan pada akhirnya bayinya lahir. Akan tetapi, entah mengapa suami dari wanita tersebut belum muncul juga.

"Kay, tolong panggil suami pasien, ya. Minta untuk mengadzani bayinya."

"Baik, Dok." Kayla berjalan keluar dan melepas maskernya.

Sesampainya di luar, dia berusaha mencari sosok suami dari pasiennya. Hari ini ada banyak pasien melahirkan, jadi ada banyak juga para suami yang menunggu di luar.

"Suami dari pasien Ibu Adelia," panggil Kayla dengan mencari ke sana-kemari. "Maaf, Pak. Saya mencari suami dari pasien Ibu Adelia. Apakah sudah di sini?" Kayla bertanya dengan beberapa pria yang ada di sana.

Sampai, wanita itu bisa mendengar suara seseorang yang berasal dari belakang tubuhnya.

"Saya, Sus."

Terdengar suara napas seorang pria yang terengah-engah dari belakang tubuh Kayla. Namun, entah mengapa suara itu terdengar ... seperti tidak asing bagi Kayla.

Memikirkan berbagai hal, perasaan Kayla dilanda gelisah hingga dia meremas tangannya sendiri, dengan jantung berdegup kencang.

Dia tidak salah dengar, bukan?

"Sus, saya suami dari pasien Adelia. Apa anak kami sudah lahir?" tanya pria itu lagi.

Deg!

Tubuh Kayla semakin gemetaran, hingga dia tidak punya tenaga untuk berbalik.

Melihat perawat yang di depannya hanya diam saja, pria yang mengaku sebagai suami dari wanita bernama Adelia itu segera menyentuh bahu Kayla, dan membuat Kayla berbalik.

"Sus, saya ..." Ucapan pria itu terhenti dan digantikan pekikan kaget, "Kayla!"

"Mas Andra!"

Kayla memegang tangannya sendiri yang gemetar. Dengan langkah yang terseok-seok, wanita itu pergi meninggalkan ruang persalinan setelah bertemu dengan Andra tadi.

Sekelebat bayangan tentang perdebatannya dengan Andra kembali terngiang, memenuhi isi kepala Kayla, yang membuatnya pusing dan tidak tahu harus percaya atau tidak.

"Mas Andra ... ka-kamu ngapain di sini? Terus apa maksudnya, wanita dan bayi itu?" Kayla mengatupkan bibirnya rapat-rapat. Dia tidak sanggup untuk menyelesaikan kalimatnya sendiri.

"Kita bicara di rumah nanti," kata pria itu.

"Tapi, Mas, aku butuh penjelasannya sekarang." Kayla meraih tangan Andra, tetapi pria itu menepisnya dengan kasar.

"Aku nggak mau buat keributan di sini, Kay. Kita bicara di rumah nanti."

"Mas," panggil Kayla dengan air mata yang tertahan. Dia berusaha untuk mengendalikan dirinya di depan banyak orang.

"Jangan mengajakku berdebat di sini, Kay. Sekali lagi aku katakan, kita bicarakan semuanya di rumah nanti."

Kayla menatap kedua tangannya sendiri yang gemetar ketika dia mengingat, betapa terkejutnya dia saat melihat Andra ada di depan matanya tadi.

Dia tidak sedang bermimpi, kan?

Kayla bahkan mencubit lengannya dengan keras.

Merasakan sakit, air mata Kayla perlahan luruh karena dia tidak bisa menahannya lagi.

Ini semua nyata!

Andra, suaminya yang katanya tak ingin punya anak, menyebut wanita lain sebagai istrinya.

Dan bayi itu ... adalah bayinya.

Menyadari itu, kepala Kayla menjadi pening. "Bayi kami? Dia punya bayi?"

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status