Mendadak suasana terasa begitu canggung saat Sagara tiba-tiba saja menggenggam tangan Kayla. Tidak ingin membuat perasaan siapa pun salah paham, Kayla segera menarik tangannya dengan cepat. Wajah wanita itu juga terlihat begitu gugup. "Kamu gugup?" tanya Sagara yang terlihat kembali santai, seolah tidak terjadi sesuatu. "Ya, aku tidak pernah disentuh oleh orang asing." "Orang asing? Aku calon suami kamu, Kayla. Ingat itu!" tukas Sagara masih dengan menatap jalanan. "Tapi pernikahan itu hanyalah kontrak saja." Terdengar hembusan napas panjang dari Sagara saat mendengar ucapan Kayla. "Apa itu artinya kita tidak boleh berpegangan tangan? Kalau seperti itu, semua orang akan curiga, Kayla. Lagi pula di surat kontrak kita tidak ada larangan berpegangan tangan."Ya, apa yang Sagara katakan itu benar. Meskipun hanya pernikahan kontrak, tetapi mereka juga harus bersikap normal agar orang-orang percaya. Kayla menoleh dengan hati-hati, dan melihat wajah Sagara yang terlihat begitu te
"Lakukan sendiri saja kalau memang kamu sudah tidak tahan lagi. Lagi pula, aku tidak habis pikir dengan wanita yang punya nafsu tinggi seperti kamu, Kayla. Kenapa semakin lama kamu semakin terlihat seperti wanita murahan?"Deg!Kayla membelalak mendengar ucapan sang suami. Padahal, dia sampai buru-buru pulang untuk merayakan anniversary pernikahan mereka yang kedua. Dan dulu, pria itulah yang lebih sering meminta jatah dibanding dirinya.Kenapa sekarang seolah dirinya saja yang berminat?"Tapi, Mas--" "Udah! Jangan ajak ribut deh. Aku mau istirahat!" Tanpa basa-basi, pria itu berlalu dari hadapan Kayla yang terdiam.Dirinya terlalu syok dikatai segitunya oleh sang suami.Akhir-akhir ini, Andra memang tampak dingin, hingga keduanya kerap berdebat. Tapi, Kayla pikir itu malam ini mereka akan berbaikan, lalu melakukan percintaan panas—mengulangi masa-masa indah seperti awal pernikahan.Ternyata semua itu hanya ada dalam khayalan Kayla saja.Bahkan setelah dia merengek pun, Andra tetap
Di sisi lain, Andra hanya menghembuskan napas dengan kesal. "Aku pergi dulu kalau begitu. Ini masih pagi dan aku malas berdebat." Andra meraih tas kerjanya. Namun, sebelum pergi dia kembali menatap Kayla yang hanya diam saja. "Pikirkan baik-baik ucapanku tadi. Lagian aku juga belum mau punya anak sekarang. Merepotkan saja!" Kayla hanya bisa berdiri mematung, menatap punggung Andra yang perlahan pergi meninggalkan dia. 'Aku belum mau punya anak sekarang. Merepotkan saja!' Jadi, setelah berdebat panjang tadi, intinya Andra tetap tidak ingin punya anak darinya? Untungnya, pekerjaannya di Rumah Sakit begitu menguras tenaga dan pikiran, hingga ia bisa mengalihkan pikirannya.Tak terasa, Alana bahkan telah bekerja selama 4 jam. "Kayla!" panggil Alana yang langsung membuat Kayla menoleh. "Makan siang, yuk!" Kayla mengusap keringat di wajahnya. "Yuk. Pas banget sebentar lagi juga jam istirahat." "Gimana UGD hari ini? Aku lihat banyak pasien yang masuk." Kayla mengangguk lemah. "Benar-
Hanya saja, suara sirine yang memekakakn telinga membuat Kayla kembali tersadar akan tugasnya.Segera dilupakannya pria yang ditabraknya di koridor rumah sakit tadi."Kayla, bantu cepat!" ujar salah seorang dokter yang keluar bersama Kayla barusan.Wanita itu pun bergerak lihai setelah tahu jika pasien yang datang adalah wanita yang akan melahirkan.Dia segera membantu dokter pria itu, dan mencoba menenangkan pasien yang mulai kesakitan."Kay, arahkan keluarga pasien untuk mengurus administrasinya, ya. Setelah itu susul aku ke ruang persalinan.""Baik, Dok, tapi keluarganya di mana?"Wanita yang sedang mengerang kesakitan itu berusaha menjawab dengan suara terbata-bata, "Suamiku sedang di jalan, Sus. Dia akan datang sebentar lagi.""Ah, baiklah kalau begitu." Setelah membantu dokter mendorong brankar untuk masuk ke dalam lift, Kayla kembali ke bagian administrasi untuk memberitahu tentang pasien yang baru saja datang tadi."Suaminya baru akan tiba sebentar lagi. Kamu bisa 'kan bantu
Wanita itu tidak memedulikan lagi keadaan rumah sakit yang ramai, atau orang-orang yang mulai menatap ke arahnya dengan wajah kebingungan.Isi kepala Kayla saat ini penuh dengan pertanyaan, kenapa Andra melakukan ini padanya?"Kayla!" panggil Alana ketika tidak sengaja melihat Kayla menangis.Namun, Kayla tidak menjawab sama sekali. Dia ingin keluar untuk menghirup udara segar sekarang."Kay!"Lagi, Kayla mengabaikan panggilan Alana. Dia hanya menatap lurus ke depan dengan tatapan kosong. "Mas Andra mengkhianatiku?" lirihnya, pedih.Saat wanita itu berjalan pelan seperti mayat hidup, dan tidak melihat jalan di depannya, Alana berteriak ketika sebuah mobil melaju dari arah berlawanan."Kay, awas!"CIT! Suara gesekan antara ban mobil dan jalanan terdengar cukup kuat, hingga membuat perhatian orang-orang teralihkan.Kayla yang terkejut langsung jatuh dengan tubuhnya yang gemerart. Tidak hanya itu, jantungnya juga berpacu cepat saat melihat jarak antara dirinya dan juga mobil yang tin
Setelah selesai bekerja seprofesional yang dia bisa, Kayla memilih berjalan kaki untuk pulang ke rumah. Padahal jarak dari rumah sakit menuju rumahnya terbilang cukup jauh.Dia bahkan menolak pergi ke kafe yang sebenarnya dia ingin kunjungi bersama Alana.Jujur, Kayla ingin seorang diri.Dia juga tidak mau pulang ke rumah itu atau bertemu dengan Andra.Tapi kalau dia tidak pulang, Kayla mau tidur di mana malam ini?"Dia bilang tidak mau punya bayi. Jadi, itu alasannya tidak mau punya bayi." Kayla menatap sepatunya dengan air mata tergenang.Tangis yang sedari tadi ditahannya, kembali luruh.Wanita itu berjongkok di tepi trotoar, seraya menutup wajah dengan kedua tangannya.Dia merasa sendirian.Kayla tak berani menceritakan ini pada siapapun, bahkan Alana.Mau taruh di mana wajahnya? Padahal baru pagi tadi dia membanggakan Andra—suaminya yang ternyata brengsek itu.Dan Andra ... suaminya itu dulu berulang kali mengatakan jika dia mencintainya, tetapi kenapa dia bisa berselingkuh sepe
"Tidak, Tuan. Suamiku yang membeli rumah ini.""Suami?" Sudut alis Sagara terangkat ketika mendengar jika Kayla sudah mempunyai suami. "Suamimu pasti punya jabatan tinggi di tempat pekerjaannya. Kalau begitu, aku permisi dulu. Maaf karena sudah lancang bertanya tentang rumahmu."Kayla kembali menggeleng dengan senyum tipis. Senyum yang langsung membuat Sagara merasakan dejavu."Tidak, Tuan. Saya mengerti. Anda pasti takut saya melakukan pekerjaan yang aka merugikan rumah sakit, bukan?"Sagara terdiam. Padahal dia tidak berpikir seperti itu. Dia bertanya karena memang benar-benar penasaran."Kalau suamimu melihat dan salah paham, kabari saja aku. Aku tidak mau dicap sebagai pria perebut istri orang. Kamu masih menyimpan kartu namaku, kan?"Kayla mengangguk dengan senyum yang dipaksakan. Andra tidak akan marah atau berhak untuk melakukan hal itu kepadanya.Sebab pria itu sudah berbuat hal yang di luar batas.Tanpa berpamitan lagi, Sagara segera menutup kaca mobilnya dan berlalu begitu s
"Apa? Kamu gila, ya?" hardik Andra dengan napas naik turun. Dia begitu emosi begitu mendengar Kayla memintanya untuk meninggalkan Adelia. "Adel baru saja melahirkan. Lalu kamu minta aku buat ninggalin dia dan bayi kami? Kamu punya otak nggak, sih, Kay?"Kayla menahan tangannya yang gemetar saat mendengar jawaban Andra.Bukan! Bukan jawaban seperti ini yang dia mau.Apa Kayla salah mengenai permintaannya pada Andra? Biar bagaimana pun Kayla masih berhak untuk Andra. Pria itu masih suami sahnya, dan Kayla berharap mereka bisa memperbaiki hubungan yang sudah rusak ini."Kamu yang lebih nggak punya otak dan perasaan, Mas. Aku ini istri kamu, aku juga bisa kasih kamu anak, tapi kenapa kamu malah berbuat zinah dengan wanita seperti itu?"Plak!Kali ini Andra yang menampar pipi Kayla dengan kuat karena berpikir jika wanita itu sudah melewati batas.Sementara itu, Kayla menyentuh pipinya dengan perasaan bercampur aduk. Ini adalah pertama kalinya Andra melakukan kekerasan seperti ini, dan itu s