Share

Cassanova sejati

Delapan tahun kemudian.

“Uuuu..” Semua orang bersorak, ketika Matt keluar dan hendak memasuki arena.

Ya, Matt memang beberapa kali ikut tinju liar. bukan karena jumlah uang yang di tawarkan, melainkan wanita yang menjadi taruhannya. Dalam pertandingan ini, pemenangnya akan mendapatkan wanita cantik yang duduk di antara juri itu. Si pemenang akan di layani oleh wanita itu hingga bosan.

“Matt, mana wanita yang menjadi taruhan?” Tanya Mike yang ikut berjalan di samping Matt.

“Itu.” Matt menunjuk pada gadis cantik dan sexy yang duduk di bangku paling depan.

“Uuu.. Wow bidadari dari surga.” Ucap Harry yang juga berada di samping Matt.

“Atau mungkin dia lebih cantik dari bidadari yang ada di surga.” Celetuk Mike.

Harry dan Mike menepuk pundak sahabatnya. “Kau pasti menang, Matt.”

Matt menjawab dengan mengangkat ibu jarinya ke atas. Lalu, ia mengedipkan satu matanya saat melewati wanita yang menjadi taruhannya itu.

Kini, Matt tengah berdiri berhadapan dengan lawan, di apit oleh wasit.

“Ladies and gentlement..”  kata pria yang juga berdiri di antara Matt, lawannya, dan wasit.

Pria yang bertugas sebagai pembawa acara itu membuka acara pertandingan ini. ia memperkenalkan Matt dengan lawannya.

Setelah acara di buka, wanita yang berbusana setengah telanjang pun mengelilingi arena dengan mengangkat papan yang bertuliskan “Ronde 1”.

“Are you ready?” Tanya wasit pada Matt dan lawannya.

“Ready. Oke.”

Wasit pun mengayunkan tangannya di antara Matt dan lawannya itu.

Keduanya saling pasang kuda-kuda dan berhati-hati menyerang.

Bugh

Matt menyerang lebih dulu, walau belum kena lawannya.

Bugh. Matt mencoba peruntungannya lagi, tapi masih belum kena. Kebetulan Matt pun masih mengeluarkan separuh tenaganya saja. Hitung-hitung pemanasan.

Bugh

Kali ini si lawan yang menyerang. Hingga si lawan mengeluarkan pukulan yang cukup kuat. Namun, Matt tetap bisa menghindar. Dan, seketika Maat langsung membalas pukulan itu.

Bugh

Matt langsung memukul tepat di pipi kanan lawan. Pukulan yang sangat kuat itu, langsung membuat si laan berdarah.

“Uuuuhhh.. Matt, Go Matt! Go!” Ucap Mike dan Harry yang di ikuti pendukung Matt yang lain. Matt memang sering menjadi juara di sini, sehingga ia sudah cukup terkenal di arena liar ini.

Keduanya saling pukul, saling menyerang. Namun, Matt tidak terlihat kepayahan seperti lawannya saat ini. Wajah Matt pun masih bersih, tanpa ada darah yang menghiasi kulit putihnya.

Tring

Wasit menyudahi Matt yang ingin memukul lawannya lagi. Kali ini ia harus kembali beristirahat.

Wanita yang setengah telanjang itu pun kembali berjalan mengelilingi arena dengan mengangkat papan “Ronde 3”.

“Habiskan dia, Matt.” Ucap Mike di telinga sahabatnya itu.

Matt menatap lawannya dengan enyum menyeringai, sementara si lawan menatap Matt dengan tajam. Ia ingat sesaat sebelum pertandinga. Si lawan berkoar-koar akan mematahkan tangan Matt, tapi belum masuk ronde ketiga saja, ia sudah ngos-ngosan melawan pria liar ini.

Bugh

Pukulan trakhir Matt menumbangkan lawan. Pukulan pamungkas yang biasa ia lakukan di detik-detik terakhir, yaitu pukulan paling kuat yang di arahkan pada wajah si lawan, membuat orang itu seketika tumbang.

“One, two, three..” Ucap wasit yang tak melihat si lawan bergerak dan bangkit dari lantai itu.

“Yeay.. The king.”

Wasit dengan cepat mengangat tangan Matt ke atas.

“Uuuuhhhhh..” Sorak semua penonton, termasuk wanita yang menajdi taruhannya itu.

Wanita iu merasa senang bahwa Matt lah yang menang, karena wanita itu pun ingin menjadi alat pemuas Matt. Setiap wanita yang menjadi taruhan di sana pasti merasa bangga, karena wanita yang berhak menjadi taruhan itu bukan wanita sembarangan. Wanita yang di jadikan taruhan di sini rata-rata di ambil dari kalangan artis atau  model terknal, anak pengusaha terkenal, atau bahkan dari anak anggota parlemen yang cukup tersohor di negeri ini. Gila memang!

Matt tersenyum licik ke arah wanita itu. wanita iu pun membalas tatapan Matt dengan senyum senang dan ia pun bangun dari duduknya, lalu pergi.

“Wah, aku yakin kau akan menang, Matt.”

Mike, Harry, dan Matt tertawa dan bertos ria.

“Kalau kau bosan, berikan wanita itu padaku.” Ucao Mike.

“Oya, tapi wanita itu yang tidak mau denganmu, Mike.” Celetuk Harry.

Matt kembali tertawa. Mereka kini sudah berada di ruang ganti. Tak lama, seorang wanita masuk ke ruang ganti itu.

Mike dan Harry menatap tak berkedip.

“Oke guys, aku pergi lebih dulu.” Ucap Matt sembari menggandeng pinggang ramping wanita itu.

“Fiuh..Fiuh...” Mike bersiul menatap kepergian sahabatnya yang akan bersenang-senang.

“Harry, saatnya kita yang bersenang-senang.” Kata Mike sembari merangkul Harry dan keluar untuk pergi ke club.

****

Satu bulan sudah Matt di temani oleh wanita yang ia menangkan di arena. Wanita itu tinggal di apartemen Matt. Setelah usia Matt menginjak dua puluh satu tahun, akhirnya ia memilih untuk tinggal di apartemen sendiri. Sementara ibunya tetap tinggal di kediaman Osborne.

Kini, Matt juga sudah mengambil alih bisnis Osborne, walau masih dengan bantuan sang Paman dan sahabatnya. Paman Sam, mengambil juga mengambil alih saham sang kakak. Ia mendapatkan amanat dari sang kakak untuk mengambil alih saham yang ia miliki.

Malam ini, Matt tengah bergelut dengan wanita itu. penyatuan yang sudah kesekian kalinya itu sudah tidak lagi menarik untuk Matt.

“Hmm.. Beib. Faster.." Ucap si wanita itu dengan mata yang sayu.

"Ah, Matt." Abigail terus meracau. Namun, Matt menghiraukan ocehan wanita itu.

Ia mulai tak berselera dengan tubuh yang telah ia gunakan lebih dari satu bulan itu. ia merasa wanita itu tak lagi menarik.

Setelah lama miliknya berada di dalam tubuh wanita itu, Matt belum juga merasakan pelepasan. Padahal wanita itu sudah akan sampai untuk ketiga kalinya. Namun dengan cepat Matt melepas miliknya.

“Ah, shit. Apa yang kau lakukan Matt?” Tanya wanita itu dengan marah. Pasalnya beberapa detik lagi ia akan merasakan pelepasan itu.

“Keluar. Aku bosan denganmu.”

Matt berdiri dan memakai kembali boxernya. Ia berjalan ke arah pintu balkon dan membukanya.

“Matt.”

Wanita itu menghampiri Matt dengan tubuh yang belum memakai pakaiannya. Ia memeluk tubuh kekar Matt dari belakang.

“Pergilah, Abigail. Aku bosan denganmu.”

Matt melepaskan tangan Abigail yang melingkar di perutnya. Ia mengibaskan tangannya tanpa menoleh. Malam ini, ia hanya ingin sendiri.

“Matt. Ah, shit.” Kesal wanita itu.

Ia memakai bajunya sembari menggerutu ke arah Matt yang sama sekali tak menoleh ke arahnya.

Bruk.

Abigail langsung keluar dan membanting pintu itu.

Di balkon, Matt memantik korek api eletrik dan mendekatkannya pada rokok yang akan ia hisap. Ia mulai mengebulkan asap itu ke udara yang cukup dingin.

“Matt, kakakmu akan pulang. Ia akan ke sini. Ia sudah punya anak dan seorang istri asal Indonesia.”

Kata-kata dari Paman Sam, terngiang di kepala Matt. David yang terkenal bast*rd, sama seperti dirinya, kini telah memiliki istri dan seorang putra. Sungguh luar biasa. Ia penasaran seperti apa rupa istri sang kakak, yang katanya membuat sang kakak bertekuk lutut, bahkan meninggalkan semua kebiasaan buruknya.

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Tina Perawati
seru...lanjut
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status