"Terpaksa! Hanya karena terpaksa! Aku tak mau mati konyol!" sahut Setan Selaksa Wajah penuh kesungguhan. "Oleh karena itu, kau harus mau membantuku, Manisku. Buatkan aku 'Benteng Rajah Abadi'...."
"Kalau aku menolak?"
"Kau harus mau! Aku mohon!"
"Kalau aku menolak permohonan mu?"
Terdiam Setan Selaksa Wajah.
Setan Selaksa Wajah itu jadi bingung mendengar tolakan Bidadari Alam Kelam. Namun, dia tak kurang akal. Perlahan dia beringsut dari kursi yang didudukmya. Lalu....
"Kau cantik sekali, Manisku...."
Sambil berkata demikian, Setan Selaksa Wajah menerkam tubuh Bidadari Alam Kelam. Langsung dilumatnya bibir wanita cantik itu.... Sementara, Bidadari Alam Kelam tampak menggelinjang merasakan ciuman ganas Setan Selaksa Wajah. Wanita cantik itu semakin menggelinjang kuat manakala jemari tangan Setan Selaksa Wajah bermain nakal di sekitar dadanya.
"Uh! Kau! Apa yang kau lakukan?"
Bidadari Alam Kelam masih mencoba menegur. Tapi
Sambil berjongkok, Setan Bodong mengangkat telapak tangan kanannya tinggi-tinggi di atas kepala. Di lain kejap, pergelangan tangan kanan si kakek diselubungi lidah-lidah api merah yang panas menyala-nyala!Wuttt...! Blarrr...!Timbul ledakan keras menggelegar saat Setan Bodong menghantamkan telapak tangan kanannya ke batu mustika 'Menembus Laut Bernapas Dalam Air'. Batu mustika itu langsung hancur luluh menjadi serbuk halus yang tak mungkin dapat disatukan lagi. Bongkah batu yang dijadikan tumpuan turut hancur luluh. Pecahannya yang berupa serbuk lebih halus langsung menebar ke berbagai penjuru."Ha ha ha...! Kini, tak akan ada manusia yang dapat mencopot pusar ku! Ha ha ha...!"Ketika tertawa, perlahan kulit tubuh Setan Bodong berubah warna menjadi warna aslinya. Lidah-lidah api yang menyelubungi pergelangan tangan si kakek juga lenyap perlahan. Gumpalan pusarnya pun tak lagi berdiri tegak. Gumpalan Paging sebesar buah terong tua itu menggantung kembali,
Tanpa berkata apa-apa pula, Bidadari Alam Kelam menata ketiga puluh bendera kain yang melekat di sebatang lidi bambu itu ke atas altar. Setan Selaksa Wajah menatap sambil tersenyum senang saat melihat Bidadari Alam Kelam membuat tulisan rajah di permukaan kain bendera.Sesaat kemudian, setelah kain-kain bendera selesai ditulisi rajah semua, Bidadari Alam Kelam mundur dua langkah. Ditatapnya patung Dewa Langit beberapa lama, lalu dia berkata...."Wahai kau Dewa Langit..., penguasa alam kegelapan, bantu aku membuat 'Benteng Rajah Abadi'. Aku percaya..., dengan kekuatan hitam yang kau miliki, 'Benteng Rajah Abadi' yang kubuat akan mempunyai kekuatan dahsyat..., yang amat sulit ditembus! Ya! Aku percaya!"Di ujung kalimat Bidadari Alam Kelam, mendadak Dewa Langit yang hanya berupa patung batu berwujud manusia berkepala kerbau tampak bergetar tubuhnya!Bidadari Alam Kelam melangkah dua tindak ke depan seraya meraup tiga puluh bendera kuning yang terletak di at
"Kau... kau harus berjanji, Sayang...," bisik Setan Selaksa Wajah di antara dengus nafasnya yang memburu. "Dengan ilmu gaib 'Tabir Pengirim Raga', kau harus membawaku pergi ke hadapan Pendekar Kera Sakti dan Setan Bodong!""Ya! Ya!" sahut Bidadari Alam Kelam tanpa pikir panjang. Kedua anak manusia berlainan jenis itu bergelut lagi. Mengikuti desakan nafsu birahi....-o0o-“HUK! Huk! Ap... apa yang kau lakukan padaku Pak Tua...!" tegur Pendekar Kera Sakti dengan muka pucat. Pemuda itu hendak bangkit, tapi dia jatuh terduduk lagi. Tubuhnya malah terasa amat lemas. Setelah batuk-batuk beberapa lama, kembali gumpalan darah hitam pekat menyembur dari mulutnya!"Huk! Hoekkk...! Ap... apa kau hendak membunuhku, Pak Tua!"Pendekar Kera Sakti menegur lagi. Tubuhnya tampak terbungkuk-bungkuk karena menahan batuk. Sementara, Setan Bodong yang baru saja menghantam punggung pemuda dari lembah kera itu tampak tertawa terkekeh-kekeh."H
"Mati kau!" seru Dua Iblis Dari Gunung Batur, bersamaan. Dengan wajah pucat, terpaksa Baraka menghentakkan kedua tangannya yang telah berubah warna. Karena tak mau menjatuhkan tangan maut, Baraka cuma mengeluarkan seperempat bagian tenaga dalamnya. Namun...Wesss...!Dari telapak tangan kiri Baraka melesat lidah-lidah api kuning keemasan yang menebarkan hawa panas luar biasa. Dan, dari telapak tangan kanannya, keluar lapisan salju berwarna putih berkilat. Lapisan salju itu menebarkan hawa sangat dingin yang sanggup membekukan cairan apa pun!Karena lesatan pukulan jarak jauh itu amat cepat tiada terkira, Dua Iblis Dari Gunung Batur tak sempat mengelak lagi. Hingga....Blarrr...!"Akkhhh...!"Diiringi jerit panjang menyayat hati, tubuh Dua Iblis Dari Gunung Batur terlontar cepat ke angkasa. Dan ketika jatuh ke tanah, tubuh kedua kakek itu hanya tinggal kerangka tulangnya saja!Tulang-belulang tubuh Iblis Pencabut Jiwa yang tertimpa lap
"Sekarang, antarkan aku ke hadapan Pendekar Kera Sakti dan Setan Bodong," pinta Setan Selaksa Wajah, keringat masih berlelehan di sekujur tubuhnya.Bidadari Alam Kelam tak menjawab. Wanita cantik itu sibuk merapikan pakaiannya."Aku sudah menuruti apa maumu. Bergegaslah kau keluarkan ilmu 'Tabir Pengirim Raga', Manisku Bidadari Alam Kelam...," desak Setan Selaksa Wajah."Hmmm.... Kupikir..., ada baiknya bila kau tinggal di sini selama dua hari...," sahut Bidadari Alam Kelam, pelan sekali."Tidak! Jelas itu tidak mungkin, Manisku...," tolak Setan Selaksa Wajah."Waktuku sangat singkat!""Pikirlah baik-baik! Kalau kau mau tinggal di sini dua hari lagi, berarti kau masih punya waktu satu hari untuk membinasakan Pendekar Kera Sakti dan Setan Bodong. Tapi, kau jangan khawatir tak akan dapat menjalankan tugas. Aku bersedia membantumu!"Terdiam Setan Selaksa Wajah. Apa yang dikatakan Bidadari Alam Kelam jelas merupakan satu tawaran amat bagu
"Padang Angin Neraka?""Ya!""Untuk apa?""Kau telah mendengar nama Raja Penyasar Sukma, bukan?"Baraka mengangguk."Aku hendak menghukum murid murtad ku itu!""Kalau begitu, aku ikut!" seru Baraka, tegas. "Aku juga ingin membuat perhitungan dengan manusia jahat itu!”Setan Bodong mengangguk gembira. Jika Pendekar Kera Sakti ikut bersamanya, dia yakin urusan dengan Raja Penyasar Sukma akan lebih mudah dibereskan. Namun ketika dia menjejak tanah untuk segera berkelebat pergi, Pendekar Kera Sakti mencegah."Tunggu dulu, Pak Tua!""Ada apa lagi?""Aku harus menguburkan kerangka Dua Iblis Dari Gunung Batur!""Peduli amat!""Jangan begitu, Pak Tua! Walau mereka orang jahat, mereka tetap manusia juga. Mereka pantas mendapat perlakuan seperti manusia pada umumnya. Mayat mereka walau telah menjadi tulang-belulang, harus tetap dikuburkan!"Mendadak, Setan Bodong tertawa terkekeh-kekeh. "He he he.
Maka dalam sekejap mata, tubuh Pendekar Kera Sakti seakan telah berubah menjadi segumpal asap berwarna biru. Timbul tiupan angin yang menderu ganas setiap pemuda dari lembah kera itu melancarkan pukulan dan tendangan. Sementara, Setan Selaksa Wajah yang masih kebingungan karena 'Benteng Rajah Abadi'-nya tertinggal, bergerak ke sana-sini dengan menggunakan ilmu peringan tubuhnya yang bernama 'Angin Pergi Tiada Berbekas'. Hingga, tubuh Pendekar Kera Sakti dan Setan Selaksa Wajah hanya terlihat berupa dua gumpal asap yang terus berlesatan dengan cepat."Kenapa kau tak membalas seranganku, Monyet Bau!" sentak Pendekar Kera Sakti di sela-sela serangannya."Hmmm.... Sengaja aku tak membalas! Bukankah kau dengar tadi? Aku menantangmu bertempur esok hari di Padang Angin Neraka!" sahut Setan Selaksa Wajah."Kenapa mesti menunggu esok hari? Hari ini juga aku harus dapat menghentikan semua kejahatanmu! Hiahhh...!" Memekik keras Pendekar Kera Sakti. Dia menyerang makin genc
PADANG ANGIN NERAKA... kaki langit timur. Hangat sinarnya menyapa ramah, menandakan hari telah berganti. Namun, walau cerah suasana pagi baru menampakkan diri, Setan Selaksa Wajah telah duduk terpekur di tengah Padang Angin Neraka. Kakek yang mampu merubah raut wajahnya menjadi seorang pemuda tampan itu tak peduli pada hembusan angin kencang yang terasa membeset kulit. Rambut dan kain bajunya tampak berkibaran. Tapi, si kakek tetap diam tertunduk tanpa bergeming sedikit pun. Sorot matanya tajam menusuk, menatap bungkusan kain hitam yang di dalamnya terdapat dua gumpal benda bulat.Sejak fajar menyingsing tadi, Setan Selaksa Wajah telah berada di hamparan tanah luas berpasir itu. Ada seseorang yang tengah dinantikannya. Pendekar Kera Sakti dan Setan Bodong. Ternyata tidak!"Banyak Langkirrr...!" teriak Setan Selaksa Wajah, menyebut nama kecil Raja Penyasar Sukma. "Aku menunggumu sedari tadi di tempat ini! Tidakkah kau ingin tahu akhir dari tugas yang kau beri kan...?" T