Share

Peguruan Taring Rajawali

Sinar matahari baru saja muncul dari langit dan menembus celah-celah dinding kokoh perguruan Taring Rajawali, saat Ayu Utari berjalan ke arah aula utama dengan wajah cemas. Dia yakin Kakeknya itu akan marah besar kali ini dan menghukumnya setelah kejadian penyerangan kemarin yang hampir membuatnya tewas.

Sebagai cucu satu-satunya yang sedang dipersiapkan untuk menggantikannya kelak, Anggara Seta memang mendidik Ayu dengan sangat keras. Dia bahkan tidak diizinkan keluar perguruan sendirian tanpa pengawalan karena khawatir para pendekar aliran Hitam akan menggunakan kesempatan itu untuk membunuhnya.

"Kakek pasti akan memarahiku habis-habisan," umpatnya dalam hati.

Sudah terbayang dalam pikiran Ayu, Kakeknya itu akan mengungkit semua kesalahannya selama ini, dan membandingkan dengan Ibunya yang merupakan pendekar wanita terbaik Taring Rajawali sebelum tewas dalam sebuah pertarungan dengan pendekar misterius.

"Kakek pasti akan membandingkan aku dengan Ibu tanpa memikirkan .... " Wajah Ayu semakin buruk ketika melihat seorang pemuda tampan menyambutnya di gerbang aula utama dengan senyum manis sambil menundukkan kepalanya.

"Nona Ayu, Guru sudah menunggu anda di dalam. Mohon jangan terlalu khawatir karena aku akan meminta …. "

"Tidak perlu, aku bisa menghadapi masalahku sendiri," potong Ayu dingin sambil melengos pergi.

Pemuda itu hanya menundukkan kepalanya dan memandang kepergian Ayu dengan senyum sinis.

"Suatu saat, anda akan tunduk padaku gadis sombong," ucap Cakra dalam hati.

Ayu memang tidak pernah suka dengan Cakra Birawa, salah satu murid paling berbakat milik Taring Rajawali dan juga kesayangan kakeknya itu. Dia merasa Cakra memiliki ambisi besar untuk menjadi ketua Taring Rajawali dan cenderung menggunakan segala cara untuk mencapai tujuannya, termasuk menjilat Kakeknya.

"Dasar bodoh, kenapa aku harus melihat wajahnya di saat seperti ini," gerutu Ayu dalam hati sebelum menghentikan langkahnya di depan pintu ruangan yang paling besar.

Butuh waktu cukup lama bagi Ayu untuk mengumpulkan keberanian dan mengetuk pintu ruangan Kakeknya itu.

"Kakek, aku .... " Ucapan Ayu langsung tertahan saat mendengar percakapan dari dalam ruangan.

"Paman Tantra?" Dari suaranya, Ayu yakin itu adalah Tantra Kelana, adik seperguruan Kakeknya yang merupakan ketua Taring Emas, sebuah kelompok pendekar elite milik Taring Rajawali.

"Anda harus segera mengusir pemuda itu Ketua," suara Tantra terdengar meninggi.

"Tidak, aku tidak akan melakukannya Tantra. Apa kau sadar dia akan tewas sebelum berhasil keluar dari Alas Purwo jika perguruan Pisau Terbang dan Pilar Langit mengetahui identitasnya," balas Anggara Seta cepat.

"Kita tidak punya pilihan lain Ketua, setidaknya kematiannya jauh lebih baik dari pada mereka mengetahui kita menyembunyikan pendekar aliran sesat di dalam perguruan. Apa Ketua ingin menempatkan Taring Rajawali dalam masalah besar?" Sahut Tantra kembali.

"Jauh lebih baik katamu? Bagaimana jika kelak Cucuku yang berada di posisi pemuda itu, terkurung di dalam wilayah aliran hitam? Apa kau juga akan mengatakan dia lebih baik tewas? Lagipula, jika pemuda itu tewas di wilayah kita, Lembah Siluman pasti tidak akan tinggal diam dan pada akhirnya menempatkan kita dalam masalah besar," Bentak Anggara Seta.

"Bukan itu maksudku Ketua, tolong jangan salah paham. Kami tidak mungkin membiarkan .... "

"Dengarkan aku Tantra, permusuhan yang sudah terjadi antara aliran hitam dan putih tidak harus membuatmu kehilangan sifat belas kasih, karena itu yang membedakan kita dengan hewan buas. Aku sudah memutuskannya, pemuda itu akan keluar dari alas Purwo dengan pengawalan Taring Emas," potong Anggara Seta tegas.

Tantra terdiam untuk beberapa saat sebelum mengangguk pelan. Dia sadar, tak ada lagi yang bisa dilakukan jika Anggara sudah memutuskan sesuatu.

"Baik jika itu yang anda inginkan Ketua, besok aku akan memerintahkan beberapa pendekar Taring Emas untuk mengantarkannya keluar alas Purwo. Semoga apa yang anda lakukan ini tidak menyeret perguruan kita dalam bahaya," jawab Tantra dengan nada tidak suka sebelum melangkah pergi dengan wajah kecewa.

Anggara Seta menarik nafasnya panjang sambil menatap kepergian adik seperguruannya itu. Dia sudah menduga keputusannya ini akan ditentang habis-habisan oleh Tantra.

"Paman Tantra .... " Ayu Utari yang sedang berdiri di depan pintu langsung menundukkan kepalanya ketika Tantra muncul dari balik pintu.

"Ayu, apa itu kau?" Tanya Anggara Seta dari dalam ruangan.

Ayu menganggukkan kepalanya dan melangkah masuk dengan perasaan takut, dia terus memutar otaknya untuk meredakan amarah Kakeknya itu.

"Kakek, apa kau tau jika tadi malam aku bertemu Ibu dalam mimpi, dia …. "

"Duduk!" Potong Anggara Seta cepat.

Ayu menghela nafasnya panjang dan melangkah gontai ke sebuah kursi, yang sudah disiapkan Kakeknya setelah rayuannya kali ini tidak berhasil.

"Apa ada yang ingin kau katakan pada Kakek?" tanya Anggara Seta pelan.

"Maaf Kek," jawab Ayu pasrah.

"Hanya itu?"

Ayu Utari mengangguk pelan sambil menundukkan kepalanya, dia benar-benar tidak berani menatap wajah orang yang telah merawatnya itu.

"Apa kau tidak pernah memikirkan perasaan Kakek saat melarikan diri? Bagaimana jika Kakek kemarin datang terlambat dan sesuatu terjadi padamu? Kau berbeda dengan Ibumu yang memiliki …. " Anggara Seta tidak melanjutkan ucapannya saat melihat air mata mulai menetes di pipi cucunya.

"Aku hanya ingin mencari udara segar Kek, lagi pula .... "

"Kakek sudah kehilangan Ibumu dan tidak ingin merasakan kesedihan itu lagi. Saat ini pergerakan Lembah Siluman semakin membabi buta, bagaimana jika mereka mengincar nyawamu? Jika kau memang bosan dan ingin mencari udara segar, setidaknya bicara pada Kakek agar ada yang menemanimu," sahut Anggara Seta dengan suara bergetar.

"Aku minta maaf Kek," jawab Ayu pelan.

Anggara Seta kembali menarik napasnya panjang, hatinya selalu luluh saat melihat cucu kesayangannya itu menangis.

"Tapi kau harus tetap di hukum karena kesalahan ini. Kakek akan melatih lagi jurus Langkah Dewa milikmu selama satu purnama sampai tingkat empat," ucap Anggara Seta.

"Satu Purnama?" Wajah Ayu langsung lemas seketika, berlatih bersama kakeknya adalah hal yang paling ingin dia hindari karena menurutnya itu sama saja masuk ke dalam neraka dunia.

Kakeknya akan melatihnya siang dan malam, dan hanya memberi waktu istirahat yang menurutnya tidak masuk akal.

"Kau keberatan?" Anggara Seta mengangkat Alisnya sebelah.

"Apa lagi yang bisa aku lakukan jika Kakek sudah memutuskannya?" Balas Ayu kesal yang langsung dijawab tawa kemenangan Anggara Seta.

"Ah iya ... Sebenarnya ada sesuatu yang ingin Kakek tanyakan padamu mengenai pemuda itu. Bagaimana kau bisa bersama dengan pemuda itu?" Tanya Anggara Seta pelan.

"Pemuda? Maksud Kakek orang berwajah bodoh yang kemarin itu? Aku juga tidak tau Kek, dia muncul begitu saja saat aku dikejar oleh pendekar Elang Merah," jawab Ayu cepat.

"Muncul begitu saja ya?" Anggara Seta mengelus janggutnya yang sudah memutih sambil mengernyitkan dahinya.

"Apa ada sesuatu yang aneh dengannya Kek? Apa dia benar dari aliran hitam?" Cecar Ayu penasaran.

Anggara Seta tak langsung menjawab pertanyaan Ayu, dia masih penasaran bagaimana pemuda itu bisa masuk ke dalam wilayah aliran putih tanpa diketahui oleh para pendekar penjaga.

"Pintu masuk ke alas Purwo hanya ada satu dan itu dijaga oleh pendekar dari tiga perguruan. Apa mungkin ada seseorang yang membantunya masuk dan melewati penjagaan?" Gumam Anggara Seta bingung.

"Kakek? Apa terjadi sesuatu?" Tanya Ayu kembali.

"Ah tidak ... Kakek hanya merasa pemuda itu sangat aneh. Gerakan yang dia tunjukkan kemarin sangat mirip dengan ilmu penghancur batu karang milik Tetua Sudarta, tapi jurus yang digunakannya adalah tapak Wajah Setan. Bagaimana bisa dua jurus yang sangat bertentangan itu digunakan di waktu yang bersamaan?” Jawab Anggara Seta.

"Sudarta? Aku seperti pernah mendengar nama itu .... " Ayu menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

"Tetua Sudarta adalah salah satu dari lima pendekar yang dijuluki Serigala aliran Putih. Dia menghilang tahun lalu setelah Lembah Siluman menghancurkan perguruannya," Anggara Seta tampak memejamkan matanya, dia benar-benar bingung dengan situasi yang dihadapinya ini.

"Jika pemuda itu memang pernah bertemu dengan Sudarta, lalu kenapa Tetua bersedia mengajarkan ilmu kanuragannya pada musuh bebuyutan? Siapa sebenarnya pemuda itu?"

Komen (2)
goodnovel comment avatar
Sonny
Sdh 2 bln nga ada perubahan, lain kali jangan tayang kl nga siap
goodnovel comment avatar
Sonny
Cerita ini ada kelanjutanbya nga?
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status