Share

Tenaga Dalam Ledakan Matahari

"Anggara Seta?! Gawat, aku berada dalam masalah besar kali ini," ucap pendekar itu terkejut sambil menahan rasa sakit disekujur tubuhnya.

"Kakek, bagaimana kau bisa ada di .... "

"Cukup Ayu! Kau tau apa yang akan terjadi jika Kakek datang terlambat? Setelah masalah ini selesai, Kakek akan memastikan kau dihukum berat," Pria tua itu menggerakkan tangannya ke depan dan bersiap menyerang.

"Perguruan Taring Rajawali tidak pernah mencari masalah dengan siapa pun, tapi jika ada yang memulainya duluan, pantang bagi si Tua ini berdiam diri," Pria yang dipanggil Anggara Seta itu tiba-tiba bergerak menyerang dengan kecepatan tinggi.

"Sial, si Tua ini jelas bukan lawan yang mudah untuk dihadapi. Aku harus segera mencari cara untuk melarikan diri jika tidak ingin mati konyol," Pendekar itu menyambut serangan yang terarah padanya dengan hati-hati.

Keduanya langsung bertukar jurus di udara dan dalam waktu singkat, mulai terlihat jelas perbedaan kekuatan di antara mereka. Kecepatan dan variasi serangan Anggara Seta yang menyatu dengan pengalaman bertarungnya tidak mampu di ikuti oleh pendekar Harimau Merah itu.

"Kau masih sangat hijau tapi sudah berani menyerang Cucuku?!" Gerakan tangan Anggara Seta kembali berubah. Memanfaatkan celah yang terbuka di sisi kanan lawannya, dia melepaskan empat serangan cepat dengan begitu mengagumkan.

"Taring Dewa Naga naik ke Langit? Gawat, si tua bangka ini sepertinya ingin segera membunuhku," pendekar itu berusaha bergerak menghindar, namun karena perbedaan kecepatan mereka terlalu jauh, reaksi tubuhnya terlambat beberapa detik.

"Buagh!!"

Pendekar Harimau Merah itu kembali terlempar kebelakang dengan beberapa tulang rusuk yang bergeser.

"Bertarung dan saling melukai, apa sebenarnya yang ada di dalam pikiran mereka?" Wira yang juga melihat pertarungan itu menggelengkan kepalanya sebelum melangkah pergi. Dia tidak lagi berniat membalas apa yang dilakukan Ayu padanya setelah melihat dua pendekar itu bertarung.

"Bertarung lah sesuka kalian hingga salah satu terbunuh," umpatnya dalam hati.

Namun baru beberapa langkah Wira berjalan, teriakkan panik Ayu tiba-tiba terdengar di udara.

"Hei, bodoh, menghindar!" Teriak Ayu ketika pendekar yang menjadi lawan kakeknya itu tiba-tiba bergerak ke arah Wira dengan memanfaatkan efek serangan Anggara Seta.

"Dasar culas, dia berniat menjadikan pemuda itu sebagai tameng untuk melarikan diri, Harimau Merah benar-benar kumpulan para pendekar licik," Anggara Seta melesat cepat mengejar pendekar itu.

"Sejak awal aku sama sekali tidak merasakan tenaga dalam dari tubuh pemuda itu. Dengan menjadikannya umpan, aku bisa pergi dari hutan ini," pendekar itu memutar pedang pusakanya, dia berniat menggunakan punggung pedang untuk melumpuhkan Wiratama.

"Hei, tunggu! Apa yang kau lakukan? Aku tidak ada hubungannya dengan mereka," Wira langsung panik saat merasakan aura membunuh dari tubuh pendekar itu.

"Hehehe ... Anggap saja kau sedang sial hari ini" Saat jarak keduanya sudah sangat dekat, Wira tiba-tiba teringat dengan gerakan yang diajarkan Kakeknya dulu.

"Ah benar, gerakan itu .... " Wira menyambut serangan itu dengan tangan kosong. Dia bergerak menyamping dan mengembangkan kedua tangannya untuk membelokkan arah serangan sebelum melepaskan sebuah pukulan cepat yang memanfaatkan reaksi alami tubuhnya.

"Buagh!!"

"Kau!" Pendekar itu tersentak kaget saat mengenali jurus yang digunakan Wira. Wajahnya langsung memucat ketika pemuda yang dianggapnya lemah itu mulai menarik kaki kanannya ke belakang, untuk mendapatkan sedikit dorongan sebelum kembali melepaskan beberapa serangan dengan cepat.

"Tapak Wajah Setan milik perguruan Lembah Siluman?" Ucap Anggara Seta dan pendekar itu bersamaan.

"Tidak mungkin ... Apa pemuda ini memiliki hubungan dengan Ganesa Kara?" Mulut Anggara Seta terbuka lebar saat melihat pergerakan Wira yang cukup lincah. Walau beberapa kali terlihat melakukan kesalahan hingga celah pertahanannya terbuka, tapi Anggara Seta yakin jurus yang digunakan itu adalah milik ketua Lembah Siluman.

Gerakan tangan Wira terus berubah dengan cepat dan berusaha mengincar beberapa titik di tubuh lawannya. Namun karena semua serangan itu hanya mengandalkan tenaga fisik, pendekar Harimau Merah itu dengan mudah menghindarinya.

"Jurus ini ... Jangan bercanda, bagaimana bisa kau meniru jurus terkuat milik Lembah Siluman ini," pendekar itu mengubah gerakannya saat serangan Wira mengincar lehernya.

"Sudah kuduga, kau memang tidak menguasai ilmu kanuragan sama sekali," begitu celah pertahanan Wira terbuka, pendekar itu mendorong pedangnya cepat dan mengarahkan ke lehernya.

"Mati kau!"

"Buagh!!"

Sebuah pukulan cepat Anggara Seta dari arah belakang menghantam tubuh pendekar itu dengan keras, sebelum pedangnya sampai di tenggorokan Wira.

"Kau benar-benar sudah keterlaluan!" Bersamaan dengan hancurnya kuda-kuda pendekar Harimau Merah itu, Anggara Seta kembali melepaskan dua serangan cepat yang mengarah ke leher dan perut lawannya.

"Luar biasa, kekuatan ketua Taring Rajawali benar-benar menakutkan..." ucap pendekar itu sebelum tubuhnya membentur pepohonan.

"Aku sudah memusnahkan semua ilmu kanuraganmu, pergilah dan jangan sampai aku melihatmu lagi di sekitar sini," ancam Anggara Seta dingin.

"Guru tak akan membiarkan masalah ini selesai begitu saja, kalian semua akan merasakan akibatnya," balas pendekar itu sebelum melesat pergi.

"Aku akan menantikannya!" Sahut Anggara Seta sambil menggelengkan kepalanya.

"Pergerakan Harimau Merah semakin menjadi semenjak mereka menemukan kitab kuno itu. Sepertinya dunia persilatan benar-benar dalam bahaya, kali ini," ucap Anggara Seta dalam hati sebelum menoleh ke arah Wira yang masih memegang lehernya.

"Siapa namamu Nak?" Tanya Anggara Seta sambil berjalan mendekatinya.

"Apa itu penting? Aku hampir saja terbunuh karena kalian, sebaiknya aku pergi sebelum terlibat lebih jauh," Wira mengangkat tangannya sambil melangkah pergi.

"Kau tidak akan bisa pergi jauh dari sini Nak," balas Anggara cepat.

"Kau mengancam aku?"

"Bukan aku, tapi para pendekar aliran putih. Apa kau sadar jika saat ini sedang berada di wilayah aliran putih?! Mereka tidak akan tinggal diam jika mengetahui ada pendekar aliran hitam berani masuk wilayahnya," jawab Anggara.

"Aliran hitam?" Sahut Ayu terkejut.

Wira langsung terdiam ketika menyadari kesalahannya. Rasa panik karena diserang oleh pendekar tadi membuatnya tanpa sadar menggunakan salah satu jurus Lembah Siluman, perguruan aliran hitam paling di benci oleh para pendekar aliran putih.

"Jadi, sekarang kau akan membunuh aku?" Tanya Wira sinis.

"Aku bukan orang gila yang membunuh seseorang tanpa alasan. Ikutlah aku ke perguruan Taring Rajawali, besok salah satu mudidku akan mengantarmu keluar dari wilayah aliran putih," Anggara Seta tiba-tiba memegang tangan Wira untuk memeriksa aliran darahnya.

"Kau baru saja menggunakan tapak wajah setan, tanpa melatih kekuatan tangan dan kakimu jurus itu bisa menghancurkan persendian .... " Wajah Anggara Seta tiba-tiba berubah saat tidak merasakan tenaga dalam sama sekali di tubuh Wira, dia bahkan harus memeriksa aliran darah pemuda itu berkali-kali saking tidak percayanya.

"Kau tidak memiliki tenaga dalam sama sekali?" Ucapnya terkejut.

"Lalu kenapa jika aku tidak memiliki tenaga dalam?" Wira menarik tangannya cepat.

"Tunggu, aku masih .... " Saat Anggara Seta berusaha mengalirkan tenaga dalam ke tubuh Wira untuk memastikan sesuatu, sebuah energi berwarna kemerahan tiba-tiba keluar dari tangan pemuda itu, memaksa Seta melepaskannya.

"Tenaga dalam Ledakan Matahari? Tidak mungkin, bagaimana kau bisa menguasai jurus itu?"

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status