Share

Bab 43

"Mimpi dulu enggak apa-apa kali, Ndri. Orang mimpi baik kalau terwujud itu namanya rezeki." Rumi tersenyum.

"Tuh, apa aku bilang. Sekarang, semua keputusan ada di kamu. Seandainya, Tuan Dave benar-benar menyatakan hatinya padamu, apa kau akan menerimanya?" Ali menunggu jawaban dengan penasaran.

"Em, aku ... tidak mungkin itu, Mas." Wanita dengan napas berat itu tertawa. "Kita tidak usah mengharap yang tidak pasti. Kita harus tahu diri."

"Halah, kalau jawaban kamu begitu, aku jadi curiga." Ali berdiri dan menggeliat hingga bunyi gemerutuk tulangnya terdengar oleh Ibu dan adiknya.

"Maksudnya apa, sih?" Indri masih terus menjawab.

Rumi yang menyaksikan mereka beradu argumentasi hanya bisa menggeleng kepalanya. Mereka masih sama seperti anak-anaknya yang masih suka bertengkar. Terkadang, tak menyangka waktu bergulir begitu cepat. Rumi teringat sang suami yang sudah mendahuluinya. Rindu tak terkira, wanita tua itu juga membayangkan bagaimana jika mereka nanti berumah tangga semua. Ia past
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status