Share

Bab44

Pagi yang dihiasi dengan embun menembus lubang hidung lelaki itu. Ia tidak mengatakan sepatah katapun melihat dua insan yang tengah menciptakan senyuman. Indri terdiam seketika begitu juga dengan Fabian yang menoleh dengan sungkan. Lelaki nomor satu di kantornya itu masih bergeming dengan menyandar kusen pintu kamar Indri.

"Pak," ucap Indri dengan spontan.

"Kalian teruskan saja, aku akan ngobrol sama Ibu di luar." Kali ini, Dave tidak seketus biasanya. Dua orang di dalam kamar itupun terkejut lagi. Kenapa bisa sikap lelaki kaku itu berubah lain.

Fabian membalik tubuhnya lagi setelah Dave keluar. "Ndri, aku kayaknya berangkat dulu, deh. Kamu baik-baik di rumah. Semoga cepat sembuh dan bisa ngantor lagi."

Indri mengangguk seraya mengulas senyuman. "Mas, hati-hati di jalan. Makasih banyak sudah dijenguk."

Fabian mundur dua langkah dan keluar dari kamar. Ia berpapasan dengan Dave yang duduk di ruang tamu bersama dengan Rumi. Kakak dari Rasya itu berpamitan pada dua orang yang saling m
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status