Suara langkah kaki terdengar mengikuti. Zsalsya yang tengah berjalan dengan ditemani salah seorang pelayan pun membuatnya curiga. Ia mempercepat langkah kakinya, tetapi suara langkah kaki baru itu terdengar seolah mengejarnya."Tunggu, Nona!" Zsalsya menghentikan langkah kakinya. Ia menelan ludah dengan pikiran tak nyaman karena menduga yang tidak-tidak."Siapa lagi itu?" gumamnya.Perlahan, ia menoleh dan ....Sontak saja pria itu berhenti melangkah setelah berusaha menyusul Zsalsya. Ia memandang wajah pelayan itu seolah memberi isyarat untuk pergi dari hadapan mereka."Baik, Nona, kalau begitu saya permisi~!" Pelayan itu membungkuk sopan, membalikkan badannya dan pergi.Sedangkan Ibram, ia menggantikan pelayan itu untuk menemani Zsalsya ke sebuah kamar yang dituju."Biar saya antar Anda ke kamar!" katanya dengan sopan.Zsalsya tidak mengenal orang itu, tetapi ia yakin bahwa ia pasti orang suruhan. Entah itu suruhan Endrick atau mungkin Rosmala, begitulah pikirnya."Baiklah," sahutn
"Tuan, ini informasi yang saya dapatkan hari ini," ucap Ibram seraya memperlihat sebuah foto pada ponsel yang dipegangnya.Endrick tampak begitu antusias, bahkan pupil matanya sampai membesar kala melihat foto yang baru saja disodorkan oleh Ibram itu.Rupanya, saat Zsalsya dalam keadaan lengah, secara diam-diam Ibram memotretnya dari jarak jauh. Itulah mengapa Ibram tak langsung pergi ketika Zsalsya sudah memasuki kamarnya, tujuannya memang ingin mendapatkan kesempatan yang pas untuk memotret Zsalsya beserta kalung yang dipakainya.Kini, rasa yakin itu semakin bertambah, walau dirinya masih harus mencari tahu lebih lanjut mengenai hal ini."Tetap rahasiakan ini, jangan sampai ada yang tahu, termasuk Zsalsya!" perintahnya."Tentu, Tuan.""Sekarang kau boleh pergi istirahat!" Ibram membungkuk sopan. Lalu, melangkahkan kakinya pergi dari ruangan itu.Endrick menyeringai, ia teringat pada sosok wanita bergaun panjang warna merah muda dengan topeng hitam sewaktu di bar. Bayangannya masih
Beberapa saat sebelumnya, Mariana datang ke kamar Endrick. Sebab semalam belum mendapat jawaban mengenai Endrick yang tiba-tiba membawa Zsalsya ke kediaman itu. Mariana meminta penjelasan itu kepada anaknya. Endrick pun menjelaskan tujuannya membawa Zsalsya ke rumah itu.Tetapi, karena melihat sebuah kotak di kamar Anaknya, Mariana pun langsung bertanya. "Dua kotak itu untuk siapa?" Ia merasa penasaran dengan hal itu."Itu untuk Zsalsya, Ma. Nanti aku akan meminta pelayan untuk membawanya ke sana."Mendengar hal itu, Mariana pun langsung antusias memberikan penawaran. "Biar Mama saja yang membawanya ke sana.Mariana rela melakukan itu, supaya Zsalsya semakin nyaman di rumah itu. Ia ingin jika Zsalsya merasa dicintai, karena jika merasa terabaikan maka sudah pasti tidak akan betah berada di sana. Itulah yang tersisip dalam pikiran Mariana sewaktu memberikan penawaran itu.Cklek! Zsalsya yang baru selesai mandi pun segera melangkah keluar. Tetapi, rupanya seorang pelayan dan Mariana sud
"Tunggu sebentar!" tahan Endrick sembari mengambil kotak lain yang ada di sana. Kotak berwarna abu tua yang mana ketika dibuka, itu berisi sepasang jam tangan kulit dan pada bagian bulatannya bertabur berlian.Endrick memakai salah satu jam tangan itu sisanya ia serahkan kepada Zsalsya. "Pakailah, supaya semua yakin kalau kita pasangan!" pintanya. Masih bernada datar dan membuat Zsalsya bertanya-tanya mengenai sikapnya."Kenapa sekarang dia tidak memasangkan jam tangan ini pada pergelangan tanganku? Apa dia kesal karena aku sempat menolak bantuannya saat memasangkan heels?" batinnya seraya melirik ke arah Endrick yang sedang sibuk sendiri dengan jam tangan barunya.Selepas memasang jam tangan ke pergelangan tangannya sendiri, Endrick tidak langsung keluar. Melihat Zsalsya yang masih terdiam, membuatnya langsung bertanya."Kenapa jam tangannya tidak dipakai? Mau saya pakaikan?"Zsalsya yang agak hanyut dalam lamunan itu pun langsung tersadarkan. Ia terhenyak, dan dengan gugup menjawab
Di kantor, ruang rapat.Ketika itu hendak diadakan rapat perusahaan mengenai proyek besar yang kini dilanjutkan oleh Endrick, karena kini Empires Group telah diwariskan kepada Endrick sebagai anak tunggal Rosmala. Tanggung jawab itu memang sengaja dipercayakan kepada Endrick, karena Rosmala merasa bahwa kini sudah saatnya untuk membuat anaknya membiasakan diri mengelola perusahaan."Dengar-dengar Pak Endrick membawa seorang wanita cantik. Saya penasaran itu siapa? Apa itu mungkin sekretaris barunya?" ucap salah seorang karyawan yang berbisik kepada yang lainnya."Benarkah?" sahut karyawan lain."Pasti sangat beruntung wanita itu kalau menjadi sekretarisnya, karena bisa berdekatan dengan pria setampan Pak Endrick.""Benar. Tapi, bagaimana dengan sekretaris lama? Apa akan dipecat?"Semuanya bertanya-tanya, kala beberapa dari mereka ada yang melihat kebersamaan Endrick dan Zsalsya di kantor.Tak satupun dari mereka menduga bahwa itu kekasih atau pun istrinya. Karena, sejak lama tak ada y
Rapat proyek perusahaan telah usai. Semuanya karyawan bubar dan kembali ke tempat mereka masing-masing. Tetapi, Zsalsya masih berdiam diri di kursi dengan kedua kaki yang terus digerak-gerakkan. Endrick yang memperhatikan gerakkan kaki itu hanya menyeringai. "Ayo kita pergi!" ajaknya."Tapi saya mau pergi ke toilet dulu!" "Iya, ayo!" ajak Endrick sembari menarik pergelangan tangan Zsalsya.Namun, saat itu Zsalsya menahannya. "Tunggu sebentar, saya mau tahan dulu."Endrick pun memasukkan salah satu tangannya ke dalam saku celana. Ia berdiri menunggu Zsalsya sampai wanita itu siap untuk melangkah."Ayo cepat, saya sudah tidak bisa menahannya lebih lama lagi!" ujar Zsalsya sembari berjalan keluar dari ruangan itu.Endrick pun berjalan, ia menariknya, membawa Zsalsya ke ruangan miliknya.Sekretaris yang ruangannya berdekatan dengan Endrick pun melirik datar. Hatinya seolah tengah mengumpat sesuatu mengenai mereka berdua. Seperti ada rasa cemburu yang disembunyikan dalam-dalam di hatinya
"Sayang, apa boleh saya meminta tolong padamu?" seru Zsalsya sembari menoleh ke arah Endrick."Perlu bantuan apa kamu?" Endrick mendekat dan kini berdiri di samping Zsalsya."Tolong kamu minta Ibram supaya membawanya pergi sini!" pinta Zsalsya.Nana yang mendengar hal itu pun langsung protes tak terima dan mulai kembali berdrama. "Kak, kenapa Kakak melakukan semua ini padaku. Aku datang ke sini untuk melihat keadaan Kakak. Kenapa malah mengusir aku?" Zsalsya sudah tahu bagaimana Nana melakukan drama palsu itu. Ia sudah merasa malas dan tidak ingin meladeninya lagi."Ibram, bawa dia keluar dari ruangan ini!" perintah Endrick. Ia menoleh ke arah Ibram dengan kedua tangan bersemayam di dalam saku celana.Ibram melangkah ke depan dan langsung memegang lengan Nana yang pada akhirnya dibawa keluar sesuai dengan perintah Endrick."Kak, sejak kapan Kakak berubah begini? Kenapa sikapmu seolah tidak mengenalku?!" seru Nana sembari menahan untuk tidak dibawa keluar dari ruangan itu.Tenaga Na
Zsalsya terus mengayunkan kakinya menuju mobil. Ibram membuka pintu mobil itu dan mempersilakan Zsalsya masuk, namun entah kenapa seperti ada bisikan yang meminta Zsalsya untuk menoleh ke samping. Intuisi tajamnya seakan mengatakan sesuatu."Kenapa aku merasa ada yang mengintaiku?" batin Zsalsya, curiga. Ia memutar perlahan tubuhnya dan melihat ke segala penjuru di tempat parkir, tetapi ia tak menemukan orang yang mencurigakan seperti apa yang dirasakan oleh hatinya melalui insting.Ibram yang keheranan pun ikut melihat ke arah sebagaimana Zsalsya melihat. "Ada apa, Nona? Apa ada sesuatu?" tanyanya.Namun, Zsalsya memasuki mobil dengan jawaban singkat. "Tidak ada. Ayo antar saya ke kantor sekarang!" pintanya."Baik, Nona."Blam! Ibram menutup pintu mobil itu kembali. Ia berjalan memasuki mobil menuju tempat dirinya menyetir. Kala itu, Zsalsya duduk di jok tengah. Dahinya berkerut sembari berpikir keras memikirkan apa yang terjadi sebelumnya. "Hanya perasaanku saja atau apa?" gumamnya