Empat cabe-cabean lenggang-lenggok dengan senyum menggoda mendatangi empat tokoh istana yang berdiri terpesona.Mereka melotot saat cabe-cabean itu menyingkap baju sehingga terlihat perbukitan yang indah."Aku belum pernah melihat cabe-cabean demikian menggemaskan," decak Lo Yo Loe penuh hasrat. "Ranum sekali.""Kepalamu juga ranum sekali," sahut Jaka sambil mencengkram kepalanya. "Sudah waktunya untuk dipetik."Jaka menghisap partikel energi dengan ilmu Seruput Jiwa sehingga Lo Yo Loe terduduk lemas kehilangan kesaktiannya.Kemudian Jaka mencengkram kepala Kho Phi dan melakukan hal serupa.Mereka tidak menyadari apa yang terjadi karena terkesima dengan pertunjukan empat cabe-cabean yang sangat berani."Aku tahu mereka adalah sihir," kata Kwa Chi. "Tapi aku sulit melepaskan mataku dari mereka.""Aku yakin bukan pengaruh sihir saja," sahut Go Pek Tong. "Ada kekuatan lain yang membuat kepalaku sulit bergerak."Kepalamu sulit bergerak karena kupegang, tapi matamu sudah menutupi otakmu un
"Apakah bangsawan yang melarikan diri di belakangmu adalah temanmu juga?"Pendekar bercaping terkejut mendengar pertanyaan Jaka. Ia tidak melihat penguntit lain selain kedua temannya."Aku tidak tahu, Yang Mulia. Adipati hanya menugaskan kami bertiga.""Aku curiga tokoh tua itu agen mata-mata dari puteri bangsawan terkemuka di kerajaan ini.""Dyah Citraningrum maksud Yang Mulia?""Aku tidak tahu siapa," kata Jaka. "Mereka menjuluki aku pendekar mata keranjang, tapi mereka mengejar-ngejar aku. Sebenarnya siapa yang mata keranjang?"Dyah Citraningrum adalah keponakan Ratu Selatan, perempuan tercantik di kerajaan Selatan, puteri bungsu mahapatih.Pangeran Indrajaya tergila-gila kepadanya, namun ibunda ratu memilih puteri sulung mahapatih sebagai garwanya.Hati yang patah menyebabkan putera mahkota membabi buta melampiaskan kekecewaannya kepada perempuan lain."Aku minta kalian bergabung dengan Raja Bramantana, dan pergilah ke istana adipati, aku menyusul nanti.""Baik Yang Mulia."Pendek
"Bagaimana aku menolaknya?"Citrasari mondar-mandir dengan bingung. Sebentar lagi Pangeran Indrajaya tiba di keraton."Apakah aku pergi saja?""Patik kira pergi ke wilayah Timur adalah jalan terbaik," kata senopati. "Raja Bramantana pasti melindungi gusti ayu.""Tapi baginda raja dalam perjalanan ke mari, senopati," keluh Citrasari resah. "Aku belum mendapat kabar lagi mereka sudah sampai mana."Lagi pula, pejabat kadipaten pasti mendapat tekanan kalau ia mencoba kabur.Citrasari tidak mau pembantu terdekatnya dihukum gantung gara-gara tidak mencegahnya pergi."Aku tidak mau rakyatku menderita, senopati," kata Citrasari pasrah. "Barangkali sudah suratan Yang Widi aku mesti menjadi selir.""Patik dan prajurit rela mati demi gusti ayu," sahut senopati. "Rakyat tidak menginginkan gusti ayu menjerumuskan diri ke dalam neraka perkawinan."Beberapa selir menderita kelainan jiwa karena siksaan Pangeran Indrajaya.Putera mahkota kerajaan Selatan adalah sadomasokis yang kejam dan bengis.Ia ge
"Apa yang telah kau lakukan Lu Qiu Khan?"Pangeran Indrajaya memandang tokoh sakti itu dengan sinar mata menyala-nyala. Wajahnya merah padam menahan malu.Pangeran Indrajaya merasa kehilangan muka di depan adipati dan pembantu dekatnya."Bagaimana keping emas dapat berganti ubi manis?"Lu Qiu Khan bungkam seribu basa. Kotak mahar itu tidak pernah lepas dari pengawasan dirinya. Jika bukan tokoh utama istana, kepala Lu Qiu Khan pasti sudah menggelinding ke lantai ditebas keris Pangeran Indrajaya. Lu Qiu Khan mengambil sebiji ubi dari dalam kotak untuk memastikan, lalu menyantapnya."Nyata ubi Cilembu," kata Lu Qiu Khan. "Bukan ilusi."Kemudian Lu Qiu Khan membuka dua kotak perhiasan yang belum diserahkan.Lu Qiu Khan mendelik melihat perhiasan berlian berubah menjadi kantong berisi wedang lemon."Kekuatan sihir sudah merubah barang berharga yang kita bawa," ucap Lu Qiu Khan bergetar, dilanda amarah. "Aku tahu siapa pelakunya."Lu Qiu Khan menggeser pandangannya ke Raja Timur yang berd
Jaka turun dari wuwungan dan mendarat di samping Bramantana dengan pedang emas di tangan, pedang itu perwujudan dari Tongkat Petir."Kau adalah Pangeran Nusa Kencana!" hardik Pangeran Indrajaya. "Kau tak berhak turut campur!"Jaka menjawab dengan konyol, "Kau betul, minum es campur enak sekali panas-panas begini."Semangkok es campur muncul secara tiba-tiba di tangan Jaka. Es itu langsung ludes disikat."Kau kepingin apa lagi?" tanya Jaka. "Aku wakili untuk menikmatinya.""Perbuatanmu memancing perang!"Jaka membentak, "Jadi pangeran jangan plin-plan! Tadi kau memintaku makan es campur! Sekarang disuruh makan kerang!"Pangeran Indrajaya sangat gemas melihat kekonyolannya."Kurang ajar!""Maka itu aku datang untuk memberi pelajaran biar kau cukup ajar!"Kemudian Jaka memberi ultimatum kepada Lu Qiu Khan, "Ada dua pilihan untukmu, kau kembali secara sukarela ke alam roh untuk menjalani hukuman, atau mati menjadi babi sesuai shiomu.""Kau sama sekali tidak memandang pangeran istana Selat
"Barangkali aktornya berbeda."Jaka tidak berani mencoba meski ia berhak meminta kepada Ratu Nusa Kencana."Sri ratu jadi ilfil kepadaku."Fredy menduga sahabatnya tidak melaksanakan babad kerajaan sebagaimana mestinya."Barangkali beliau ingin dirimu menyambanginya ketimbang menyambangi perempuan lain."Jaka membuang pikiran kotor semacam itu. Ia beranggapan Ratu Purbasari menolak untuk simpati karena ia murid Pangeran Wiraswara.Pangeran ketiga adalah musuh bersama istana. Ratu Singkawang berhasil menghasut keturunan Nyi Ageng Kencana untuk menghapusnya dari silsilah kerajaan.Pangeran Wiraswara adalah pangeran terbuang akibat mata keranjangnya."Aku tidak ada bedanya dengan guruku kalau menyambangi ibu mertua.""Jadi gurumu juga demikian?""Aku kira kebencian ibu suri tidak demikian dalam kalau hanya diintip setiap kali mandi."Pletok!Jaka terkejut saat kepalanya dijitak makhluk tanpa wujud. Biasanya Ki Gendeng Sejagat yang hobi menjitak kepalanya.Bukankah ia menjalani hukuman d
Jaka memutuskan untuk meninggalkan keraton Adipati.Rencananya berantakan gara-gara kedatangan puteri bungsu Nyi Ratu Suri."Kalian pergi ke rumah kepala dukuh. Lokasi itu strategis untuk markas pergerakan karena berada di perbatasan, sehingga kerajaan Timur gampang mengirim bantuan jika terjadi serangan besar-besaran.""Kau mau pergi ke mana?" tanya Fredy."Aku pulang ke Nusa Kencana, perempuan menyebalkan itu pasti mengikuti ke mana aku pergi sebelum niatnya terlaksana."Jaka memejamkan mata dan memusatkan pikiran, tubuhnya sekonyong-konyong lenyap.Jaka muncul di atas kuda coklat yang menunggu di luar pagar keraton."Kita pergi ke pusat kota, Gemblung," kata Jaka. "Aku itu heran kenapa hidupku selalu dikejar-kejar perempuan.""Risiko cowok ganteng, Yang Mulia."Nyi Ageng Kencana pasti menyusulnya ke istana Nusa Kencana. Ratu pertama itu takkan meninggalkan keraton sebelum pertarungan Lu Qiu Khan selesai.Ia menginginkan ibunya pulang ke alam roh, tapi tak berani meminta langsung.
"Kau diperintah ayahandamu untuk meminta bantuanku?"Jaka berjalan di samping kuda yang dinaiki Nyi Ageng Kencana. Ratu pertama itu tidak tampak secara kasat mata, sehingga Jaka terlihat bicara sendiri."Kau mestinya tanya kepada ibundamu apa alasan beliau tidak mau pulang ke alam roh."Jaka melihat hubungan di antara mereka kurang harmonis.Nyi Ageng Kencana seolah tidak mau berkomunikasi dengan ibundanya. Ia lebih condong kepada ayahandanya.Jaka ingat sesuatu, ia bertanya, "Kau tidak mau menghubungi ibundamu apakah karena di pesanggrahan leluhur ada Nyi Ageng Permata?"Wajah Nyi Ageng Kencana tampak ditekuk seperti pelana kuda.Jaka heran bagaimana Pangeran Restusanga memilih perempuan membosankan itu ketimbang kakaknya yang berwajah ceria."Aku kelihatan membosankan karena kakakku sangat memuakkan," kata Nyi Ageng Kencana. "Ia sering menggoda Pangeran Restusanga, padahal sudah menjadi garwaku. Kemudian ia diasingkan dan mengambil sikap berseberangan dengan istana.""Lalu apa beda