Pernikahan Kedua Duda dan Janda

Pernikahan Kedua Duda dan Janda

Oleh:  SashiArumi  Tamat
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
8.5
2 Peringkat
44Bab
23.9KDibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Tinggalkan ulasan Anda di APP

Kehidupan pernikahan yang dijalani Tari selama 10 tahun harus kandas karena suaminya membawa perempuan lain dalam rumah tangga mereka. Demi harga diri, Tari memutuskan bercerai dan kembali ke kampung halaman. Namun, status janda dan cap mandul diberikan orang sekelilingnya untuk merundung Tari. Sang ibu tak rela. Segera ia menjodohkan Tari dengan seorang duda dengan dua anak. Sayangnya, kehadiran sosok dari masa lalu membuat keraguan hadir. Apakah Tari akan bertahan atau memilih mundur di pernikahan kedua ini?

Lihat lebih banyak
Pernikahan Kedua Duda dan Janda Novel Online Unduh PDF Gratis Untuk Pembaca

Bab terbaru

Buku bagus disaat bersamaan

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen
user avatar
Ifa Latifah Lanie
Bagus banget ceritanya
2024-03-22 23:56:43
0
user avatar
Yulia Misni
cerita bagus
2023-05-17 11:37:35
0
44 Bab
1. Talak
Suasana ruang tamu bercat putih dengan berbagai hiasan dinding itu, terasa menegangkan. Mengingat empat orang dewasa di sana sedang terlibat perdebatan yang sedari tadi belum menemukan jalan keluar.“Sudah, ceraikan saja Tari kalau dia tidak mau menerima Ajeng!”Tari menatap wanita tua di depannya dengan sendu. Masih jelas di ingatannya, dulu wanita itu sangat menerima kehadirannya dengan baik. Menyayanginya, membanggakannya di depan semua orang. Namun, ketika usia pernikahannya memasuki tahun ketiga, ibu mertuanya mulai berubah.Apa yang dilakukannya selalu salah di mata wanita itu. Bahkan mertuanya juga suka membandingkan dirinya dengan wanita lain.Semua itu terjadi hanya karena dia tidak bisa memberi sesuatu yang diinginkan wanita paruh baya itu. Lalu dengan tega wanita itu menyakiti hatinya berulang kali.“Ma, jangan begitu. Aku yakin Tari pasti mau menerima Ajeng. Iya, ‘kan?”Dipta memandang istrinya penuh harap. Pria itu sadar jika meminta Tari bertahan, dia akan terlihat sebag
Baca selengkapnya
2. Kampung Halaman
Keringat deras membasahi kening Tari ketika bangun dari tidurnya. Seketika wanita berlesung pipit itu mengedarkan pandangannya. Hatinya terasa lega mengetahui kalau sekarang dia berada di kamar masa kecilnya. “Ternyata hanya mimpi,” gumamnya.Sudah lebih dari setahun kejadian di mana Dipta menceraikannya, tapi dia masih saja sering memimpikan kejadian saat pria itu mengucapkan talak padanya.Potongan peristiwa lalu yang kini berputar di otaknya, lagi-lagi menimbulkan rasa sesak yang menyakitkan di dada.Sakit itu belum pergi.Luka hatinya belum sepenuhnya menghilang.“Astaghfirullah ... astaghfirullah,” lirihnya sembari mengusap wajahnya yang berkeringat. Berharap dengan itu dia kembali merasakan ketenangan.Setelah beberapa menit, Tari memutuskan untuk bangkit. Dia ingin mengadukan semua yang dirasakannya kepada Sang Maha Kuasa. Hal yang selama ini selalu dia lakukan untuk memperoleh kedamaian.Memangnya siapa lagi yang bisa memberi kita ketenangan, jika bukan Sang Pencipta?*** “Se
Baca selengkapnya
3. Gadis Kecil
Pemandangan hijau di kanan dan kiri, tidak hanya membawa kesejukan di mata bulat wanita berlesung pipit itu. Hatinya pun terasa begitu damai menikmati keindahan yang ada di kampung halamannya. Sesuatu yang sudah lama tidak dia rasakan.Belum lagi, sapaan orang-orang yang akan pergi ke sawah. Menambah kadar bahagia yang dia rasakan. Keramahan yang selalu bisa menular, hingga menciptakan sebuah senyuman.“Bapak sudah bicara dengan ibumu, agar membatalkan rencananya.”Tari menoleh kepada cinta pertamanya, yang saat ini sedang mengantarnya berangkat ke sekolah. Setelah tadi menitipkan motor terlebih dahulu ke rumah sang paman, yang kebetulan terletak tidak jauh dari tempatnya mengajar.Empat bulan setelah kembali ke sini, dia ditawari pekerjaan. Sebagai guru di sebuah PAUD yang tentu saja dia terima dengan senang hati. Dia bersyukur dengan bekerja, bisa sedikit mengalihkan perhatiannya dari rasa sakit yang terkadang masih menghantui. Pun ingatan tentang mantan suaminya yang perlahan terki
Baca selengkapnya
4. Lamaran
“Ya Allah, Ica. Dari tadi mbak nyariin kamu.”Tari melihat perempuan yang mungkin lebih muda dengannya, menatap Ica dengan khawatir. Kemudian wanita berhijab panjang itu menautkan alis, karena merasa pernah bertemu dengan wanita yang disebut Ica dengan Mbak Lastri. Namun, sebelum Tari mendapatkan ingatannya. Sosok itu menoleh, lalu memekik kaget.“Ya Allah, Mbak Tari. Samean Mbak Tari, ‘kan?” tanyanya semringah.Wanita yang ditanya itu hanya diam. Masih berpikir keras, siapa wanita berkulit sawo matang di hadapannya. Samar-samar dia mulai mengingatnya, tapi lagi-lagi wanita di depannya lebih dulu bersuara.“Ini aku Lastri, tetangga samean dulu. Inget, ndak?”Mata dengan bulu lentik itu membeliak, ketika kalimat itu berhasil membuat ingatannya kembali. Adik kelas sekaligus tetangganya ini memang sudah berubah. Tampak lebih modis dari kebanyakan gadis desa di sini. “Ya Allah, Maaf, ya, aku sempet lupa.”Kedua wanita itu lantas berpelukan erat, saling melepas rindu.“Mbak Lastri kenal t
Baca selengkapnya
5. Pernikahan
“Mama sudah melamar wanita untukmu!”Hampir saja ponsel di genggaman Abi terjatuh, mendengar ucapan wanita di seberang sana. Bagaimana mungkin, mamanya melamar seseorang tanpa bilang dulu padanya?Ini yang mau menikah dia atau mamanya?“Kenapa mama enggak tanya dulu sama, Abi?” seruan protes langsung terlontar dari mulut Abi. “Salah kamu sendiri, dari dulu disuruh cari istri enggak mau. Ya udah mama inisiatif mencarikan istri untukmu.”Abi terperangah mendengar jawaban wanita yang dicintainya itu. “Tapi enggak gitu juga, Ma!” Menikah bukan sesuatu yang main-main, tidak bisa 'kan asal pilih orang untuk dijadikan pasangan seumur hidup?Nada frustrasi terdengar jelas dari suara Abi. Pria itu merasa sangat kesal, tapi dia tidak mungkin membentak sang mama. Jadi sebisa mungkin dia mencoba menahan emosi yang sudah di ubun-ubun.“Terus mama harus bagaimana? Mama sudah tua Abi, tidak mungkin terus-terusan bolak balik dari rumah ke rumahmu, untuk memastikan kamu dan cucu mama hidup dengan bai
Baca selengkapnya
6. Setelah akad
Sembari mencuci peralatan makan Tari teringat kembali kejadian tadi, yang sampai saat ini masih terasa seperti mimpi baginya."Kalian nikah secara agama dulu saja sekarang. Daripada nunggu tiga bulan lagi, kelamaan itu. Iya, 'kan, Pa?" tanya Mama Abi kepada sang suami, yang dibalas anggukan setuju.Semua terjadi begitu cepat, ketika seorang kerabat mereka mengusulkan untuk memanggil seorang ustadz di kampungnya. Tari bahkan belum sempat mencerna apa yang terjadi. Saat tiba-tiba saja Abi menjabat tangan ayahnya untuk mengucapkan ijab qabul.Saat semua keluarga menyalaminya untuk mengucapkan selamat, wanita itu masih menampilkan ekspresi kebingungan. Begitu juga ketika matanya memandang seseorang yang baru saja sah menjadi suaminya. Dia juga melihat raut kebingungan yang sama.Panggilan dari sang ibu menghentikan lamunan Tari."Itu dilanjut besok saja, kamu istirahat sekarang. Nak Abi juga sudah ke kamar tadi, Ica sudah tidur soalnya."Mendengar ibunya menyebut nama Ica, membuat Tari te
Baca selengkapnya
7. Bintang Arkana Samudra
"Itu apa, Tante?"Tari tersenyum mendengar pertanyaan Ica yang duduk di belakang. Sejak meninggalkan rumahnya, si gadis selalu bertanya semua hal yang menarik perhatiannya. Wanita itu bersyukur dengan adanya Ica suasana di mobil tidak terlalu canggung."Rumah eyang, masih jauh apa nggak?""Sebentar lagi, Sayang," jawab Tari dengan sabar. Sepertinya gadis cantik itu tidak sabar untuk segera bertemu kakek neneknya.Lelaki yang tengah fokus menyetir itu, melirik ke samping ketika suara lembut mampir ke telinganya. Suara yang tadi membangunkannya untuk sholat subuh. Sesuatu yang entah kapan terakhir dilakukan, akhirnya tadi pagi dilakukan kembali. Tanpa dia sadari senyum kecil terbit di bibirnya, ketika mengingat kejadian tadi pagi."Itu rumah eyang." Ica berseru penuh semangat.Setelah sang ayah memarkirkan mobilnya dengan sempurna, gadis itu meminta agar pintu mobil segera dibuka. Setelah keinginannya dikabulkan, Ica langsung berlari. Meninggalkan papa dan juga ibu barunya, yang saling
Baca selengkapnya
8. Wanita Asing
Selamat membaca."Tidurlah! Bereskan pakaianmu besok saja!" perintah Abi pada istrinya.Tanpa mengatakan apapun Tari menuruti perintah suaminya, lalu bergegas ke kamar mandi untuk membersihkan diri.Suaminya tidur tanpa selimut, adalah pemandangan pertama yang dia lihat ketika keluar dari kamar mandi. Tari menghela napas lega, setidaknya mereka tidak perlu berada dalam situasi yang canggung. Meskipun semalam dia berusaha bersikap tenang, tapi sebenarnya itu adalah cara agar ia bisa menutupi kegugupannya.Berpikir beberapa saat, Tari beranjak dari tempatnya menuju ranjang. Setelah itu dengan hati-hati dia tutupi tubuh suaminya dengan selimut. Dia pandangi sebentar wajah suaminya, sebelum berlalu ke sisi lain untuk tidur. Wanita itu menghela napas sebentar lalu berdoa semoga diberi kekuatan untuk menjalani hari esok.***Dari lima menit yang lalu, wanita yang masih menggunakan mukena putihnya, berusaha untuk membangunkan sang suami. Meski yang hasil yang didapatnya masih nihil, lelaki i
Baca selengkapnya
9. Tetangga Baru
"Siapa kamu?" tanya wanita itu setelah duduk di sebelah Arkan. Entah mengapa dia begitu kesal, melihat senyum tulus perempuan yang duduk di samping Ica."Ini Tante Tari," jawab Ica."Tante Tari? Siapa?" tanya wanita berambut coklat itu karena jawaban Ica belum menghilangkan rasa penasarannya."Ya, Tante Tari."Wanita itu berdecak kesal. "Maksudku, Tante Tari itu siapa? Kok bisa ada disini?" "Saya Tari, istri Mas Abi," tegas Tari. Karena tidak ada tanda-tanda sang suami akan menjawab pertanyaan itu.Suara batuk Abi yang tersedak makanan, membuat Tari mengalihkan pandangan pada sang suami. Dengan cekatan dia mengambil air minum, lalu diberikan pada sang suami. Tanpa mengindahkan si wanita asing yang kaget dengan ucapannya, dan juga Arkan yang tanpa sadar tersenyum menyaksikan adegan di depannya."Kamu nggak papa, Mas? Hati-hati kalau minum, pelan-pelan saja."'Gara-gara siapa aku tersedak seperti ini,' gerutu Abi dalam hati. Dia tidak habis pikir, bagaimana wanita ini tidak terintimida
Baca selengkapnya
10. Hak Sebagai Suami
"Mbak Tari, Mas Abi. Ini tetangga baru kita, rumahnya di depan rumah kita pas," jelas Lastri yang tidak menyadari aura berbeda pada keempat orang yang berada dalam ruangan yang sama dengannya.Ajeng langsung merapatkan diri pada suaminya, perempuan dengan midi dress selutut warna tosca itu langsung mengalungkan tangannya di lengan sang suami."Saya Ajeng, dan ini suami saya Dipta.""Saya Abi dan ini istri saya Tari."Abi merasa tidak nyaman melihat pria di depannya memandang lekat sang istri. Perlahan ia lepas pegangan sang istri di tangannya, kemudian merengkuh pinggang istrinya, hingga membuat tubuh mereka menempel satu sama lain. Abi dapat merasakan tubuh Tari membeku, akibat perbuatannya.Sementara itu, setelah tadi terkejut karena melihat kembali mantan istrinya. Kini, Dipta harus menahan emosi meyaksikan interaksi di hadapannya. Lelaki itu sama sekali tidak menyangka kalau Tari menikah lagi setelah perceraian mereka."Tante."Tari mendapatkan kembali kesadarannya, ketika tubuhny
Baca selengkapnya
DMCA.com Protection Status