Share

Bab 39 Semangkuk Ramen

Sebenarnya bibir Linggar terasa kelu, ingin mengeluarkan suara segera untuk memecahkan keheningan di antara mereka. Terlebih sudah satu jam lebih mereka hanya diam dan membiarkan saling selancar dengan isi pikiran masing-masing.

Terlihat Pramudita tak ingin membuk pembicaraan, padahal makanan dan minuman telah tersaji di hadapan mereka. Perut terasa menari-nari mencium semerbak wangi ramen yang terhidang. Linggar merasa tersiksa atas ajakan Pramudita, rasanya ia tak dapat berkutik. Terlebih yang memiliki inisiatif ke sana adalah Pramudita, malah seolah tak terjadi apa-apa.

Linggar yang tak betah menunggu lama, lantas berdehem kecil. "Mas, ini ramennya ditunggu sampai dingin?"

Pramudita terkekeh pelan, menggaruk kulit kepalanya yang tak gatal. "Kita makan sekarang. Aku menunggu kamu dari tadi."

Mereka pun khidmat menikmati setiap sendokan ramen, kuah beserta kondimen di dalamnya. Linggar merasa ini adalah ramen terenak yang pernah ia icipi, setiap seruputan rasanya begitu gurih dan nik
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status