Telah Rendi putuskan, bahwa hari ini akan menemui Valerie. Ditambah, sudah cukup lama Rendi pisah ranjang dengan Delia, tanpa kepastian akan dibawa kemana rumah tangga mereka. Jadi, sekalian saja Rendi menuntaskan masalah yang telah menjadi buah pikirannya selama ini.
‘’Mas, hari ini temani aku periksa. Soalnya sudah mau masuk bulannya aku mau lahiran.’’
‘’Minta Kak Alin saja, ya.’’
Rendi memasang telinga lebar-lebar dari meja makan.
‘’Memangnya sesibuk apa sih, Mas? Aku yakin, kalau kerjaan kamu itu bisa digantikan oleh Mas Rendi.’’
‘’Aku tidak mau lagi merepotk
‘’Sekarang, Leo tidak bahagia hidupnya. Vania juga. Dan Kamu yang menjanda seperti ini, semua itu dikarenakan, Mas, Val. Bukan Leo.’’Menganggap bahwa Rendi tidak pernah ikut campur dalam masalahnya, ternyata Rendi adalah sumber dari kegelapan yang mengisi hidupnya.Valerie berdiri, menyeka air mata yang tumpah. Lagi-lagi masih tak percaya bila Rendi adalah penyebab hidupnya yang menyedihkan.‘’Maukah kamu memaafkan, Mas, Valerie?’’ Nada Rendi merendah. Matanya memelas meminta pengampunan.‘’Mas benar-benar menyesal, Val. Tolong maafkan, Mas.’’‘’Mau bagaimanapun menye
‘’Maafin aku, Val.’’‘’Tidak ada yang perlu dimaafkan.’’Delia selalu dibuat kagum dengan kebaikan Valerie. Sahabatnya itu, tidak pernah berlama-lama menyimpan dendam.Keduanya saling melepas pelukan. Menyeka air mata masing-masing hingga Delia tetap memutuskan berada di rumah itu dan tidak meninggalkan Valerie.‘’Del, sekarang hubungi Mas Rendi. Katakan kalau kamu tidak mau bercerai.’’‘’Gak bisa, Val. Aku sudah terlanjur jatuh kata. Lagi pula, aku harus menepati janji, kalau tidak bisa hamil, aku harus berpisah dengannya.’’
‘’Loh, Leo. Kok kamu masih di sini?’’Arka berpikir bila Leo akan ikut juga ke rumah sakit. Karena, bukankah seharusnya seorang suami menemani istri memeriksakan diri?‘’Vania pergi sendiri, Pi.’’‘’Kenapa tidak mengantar? Vania sedang hamil besar!’’‘’Sudah berbulan-bulan Leo tidak melihat Ryan. Dan sekarang, saat papi mengizinkan, Leo tidak mau menyia-nyiakannya, Pi.’’Arka menghela napas panjang. Satu sisi kasihan pada Vania, tapi satu sisi pula tidak tega dengan Leo, karena telah menghukumnya terlalu lama.
‘’Teman apa? Bagaimana kalian bisa berteman?’’ Vania tidak mau dibodohi Gavi. Tidak mungkin kalau mereka saling mengenal.‘’Sebenarnya aku harus berterimakasih padamu, Vania. Karenamu, Leo hanya tau kisahku denganmu. Tapi Leo tidak pernah tau seperti apa rupaku, maupun namaku.’’‘’Bohong! Kamu pasti menipuku!’’Vania merasa dipermainkan. Sulit sekali menerima kenyataan. Kenapa malah lagi-lagi ia dibuat hamil oleh Gavi?‘’Untuk apa, Vania? Aku tidak suka hidup dalam kepura-puraan. Dan lagi, menurutmu, siapa yang memberitahu Leo tentang kondisi rahimmu kalau bukan aku?’’
‘’Dok, maafkan saya. Tadi itu Tuan Leo memaksa masuk.’’Lili menjelaskan segalanya, agar Gavi tidak salah paham dan menganggapnya tidak becus dalam bekerja.‘’Dan, Tuan Leo memiliki hak untuk masuk. Karena, beliau adalah suami dari Nyonya Vania.’’‘’Tidak apa-apa.’’ Mungkin sudah seharusnya semua harus terkuak. Gavi bergumam dalam hati.Tanpa disuruh oleh Gavi, akhirnya Lili menutup ruangan agar tidak ada pasien atau rekan-rekan rumah sakit yang menjadikan tempat ia berada sekarang sebagai tontonan.Kejadian tadi cukup membuat seluruh rumah sakit heboh. Karena Vania mengejar-ngejar Arka
Meski tak ada lagi cinta kasih untuk Vania, tapi Leo tidak bisa membohongi hati jika dirinya merasa terkhianati.Beginikah rasanya, ketika Vania memergokinya dan Valerie?Tidak, tidak. Leo bukan sakit karena melihat persetubuhan Vania dan Gavi. Melainkan, sakit karena selama ini merasa ditipu, diperdaya agar tak mengejar Valerie. Karena berpikir, bayi di kandungan Vania adalah miliknya.Keluarga memposisikan Vania sebagai korban dari perselingkuhannya. Memintanya mengasihani dan sadar diri, untuk berubah menjadi suami untuk satu istri. Hingga membuat dirinya sangatg tersiksa selama ini. Namun inikah balasan atas semua yang telah ia korbankan?Andai tak ada Arka di sampingnya sekarang, Leo sudah pasti berteriak
Vania pasrah dengan keadaannya. Berada dalam lembah putus asa penuh kepahitan.Sebab, perasaan Leo pada Valerie begitu kuat, hingga Leo begitu tegas tak mau lagi mengarungi bahtera rumah tangga dengannya.Hukuman ini sangat menyakitkan, hingga melukai relung hati. Mata Vania terus menitikkan air mata. Selain rasa sakit akibat kontraksi, juga karena Vania menatap Leo yang terlihat biasa saja meski dalam situasi menegangkan.Vania kini sadar, akan keegoisannya mempertahankan Leo hanya semakin membuat Leo menginginkan Valerie sangat jauh.Dan kebenaran lainnya adalah, seberapa banyak pun ia berkorban, tetap tak bisa mengembalikan kedudukannya yang telah direbut oleh Valerie.
Vania menggenggam kedua tangan Leo, sekaligus menghentikan usapan lembut di kepalanya.Memandang wajah Leo penuh cinta. Mungkin tak akan bisa melakukannya lagi, sebab, perpisahan telah melekat di depan mata.‘’Kalau begitu seharusnya kamu tidak bicara lagi, Vania.’’‘’Tapi aku harus, Mas. Aku tidak ingin menjadi manusia egois terlalu lama. Cintamu sudah tidak ada. Mungkin, kamu berada disampingku sekarang pun, hanya karena didasari rasa kasihan,’’ isaknya.‘’Maafkan, Mas, Van. Mas juga tidak tau, kenapa cinta sebesar itu bisa lenyap tak berjejak,’’ ungkap Leo sejujurnya.‘’K