Share

Bab 39. Rencana Licik

Dewa Jari Maut melompat turun diikuti empat anak buahnya. Membiarkan kuda mereka dibawa murid yang bertugas membersihkan kandang kuda.

Dengan langkah gagah dan angkuh, Dewa Jari Maut menemui ketua padepokan di ruang Sanggar Pamujan. Dia tahu, setiap saat ketua selalu bermeditasi di sana. Empat anak buahnya mengikutinya dari belakang.

Dewa Jari Maut menyapa ketua Perguruan Tangan Seribu dari luar. Pria yang telah berusia lanjut tapi tetap gagah itu membuka matanya yang tertutup alis yang mulai putih. Pandangannya teduh.

"Rupanya kau yang datang, Adhi. Kok janur gunung ( tumben) datang di waktu matahari akan beristirahat di peraduannya. Ada masalah apa, Adhi?" Ketua perguruan Tangan Seribu bertanya dengan sopan dan halus. Dia tetap duduk bersila. Dewa Jari Maut mendekat.

"Aku sangat membutuhkan bantuanmu, Kakang." Suaranya mengiba.

"Apa itu, Adhi?"

"Sebuah tempat tinggal."

"Kenapa dengan tempat tinggalmu yang lama?"

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status