Share

Kesaksian

Dengan ekspresi menahan kesal, Sinna menepuk bahu ini.

“Menurutmu aku akan membiarkanmu pergi ke sana sendiri, hah?” ujarnya geram.

“Terus?” tanyaku bingung.

“Anak buahku itu yang akan mengantarmu, besok ku arrange agar dia menjemputmu, minta cuti kerja aja!” saran Sinna bernada bujukan, saran dan perintah yang tak boleh ditolak.

Hem ... ternyata dia ingin menyertakan salah satu cctv-nya.

Aku mengangguk.

“Bagus, itu lebih baik,” jawabku mengalah

Ya ... daripada nggak dikasih alamatnya.

“Ya, udah, jangan pilu-pilu lagi! Semangat! Tuh jangan lupa di makan!” berondongnya sambil menggerakkan kepala ke arah nampan yang tergeletak di atas meja kecil.

Aku mengangguk patuh.

“Ya sudah, anakmu lagi digendong bapaknya di lantai bawah, nanti keburu nangis dia, aku pulang dulu,” pamit Sinna datar.

Aku segera memeluknya sambil mengucapkan terima kasih sebelum dia meninggalkan rumah ini.

Waktu berjalan begitu cepat.

Pagi ini, setelah mengajukan cuti mendadak, aku sudah berada dalam satu mobil bersam
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status