Share

Memanggil Belahan yang Hilang

Sesaat aku berdiri termangu di depan pintu ruang tertinggi di gedung utama Anbar ini.

Bagaimana bayangan kobra yang bisa membesar dengan ukuran tak normal itu kembali hadir dan membuat bulu kuduk bergidik.

Tapi, aku harus memasuk ke dalam ruangan itu dan mendekat ke dalam Isar itu untuk menemukan petunjuk.

Aku menarik napas dalam, lalu mengembuskannya dengan pelan.

Satu.

Dua.

Tiga.

Dan tepat pada hitungan ke tiga aku melangkah masuk.

Aku memohon pada jantungku untuk bekerja sama dengan tetap berdetak di ritme normalnya.

Selangkah demi selangkah, aku makin dekat dengan bejana darah itu.

Sesaat aku berhenti.

Lalu, dengan pelan mendongak ke atas.

Pandangan mata ini menembus langit-langit yang menyusupkan warna jingga langit Anbar.

Eh!

Ke mana patung bergerak Penjaga Agung Anbar itu?

Aku menggeser fokus penglihatan, tapi tak terlihat patung hitam dengan mata menyala yang tadi berjongkok di atas puncak kubah ini.

Hah!

Aku menjerit tanpa suara ketika tiba-tiba kepala patung bergerak itu men
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status