Share

05

Aksa tertawa kecil melihat reaksi Aleena yang panik. Ia kemudian menghampiri gadis itu dan merangkul bahunya dengan senyum yang terkembang jelas.

Sementara Aleena sendiri hanya bisa melotot sambil melihat ke arah Aksa dengan wajah terkejut bukan kepalang. Gadis itu ingin melakukan aksi protes atas apa yang dilakukan Aksa, namun bisikkan lirih dari pria itu membuatnya urung melakukannya.

"Ikuti saja, buat semuanya terlihat natural atau Nenek akan curiga," bisik Aksa dengan suara lirih.

Aleena kemudian mengalihkan fokusnya ke arah ruang tamu, di mana ada sang Ibu dan seorang wanita baya yang diketahui sebagai Nenek, Aksa.

Wanita dengan kebaya merah juga konde khas Jawa itu melihat Aleena tanpa ekspresi. Sudah sejak tadi wanita baya itu memperhatikan Aleena dari atas sampai bawah dan mengulanginya beberapa kali.

"Ibu baru tahu kalo ternyata Nak Aksa ini cucunya, Oma Anya," ucap Ibu Shafira (Ibu Aleena) menginterupsi.

Aksa hanya membalas hal tersebut dengan senyum tipis. Tapi tidak dengan Oma Anya.

Wanita baya itu masih saja memperhatikan Aleena dengan lekat, tatapan mengintimidasi nya seakan menjelaskan jika ia tidak menyukai gadis itu.

"Aksa, apa kamu sudah menyiapkan gedung untuk acara pernikahan nanti?" Oma Anya membuka suara.

Wanita yang nampak begitu anggun dengan pakaian khas jawanya itu tampak begitu berwibawa. Membuat Aleena bahkan merasa segan hanya untuk menatap meski sekilas.

"Sudah, Oma. Sebagian urusan sudah selesai, tadi juga Aksa dan Aleena sudah mengukur pakaian untuk acara ijab qabul dan resepsi," jawab Aksa sopan.

Pria itu terlihat berbeda saat berbicara dengan Oma Anya. Aksa cenderung terlihat lebih sopan dan mengatur tiap kata yang terucap dari bibirnya.

"Oh, iya. Nak Aksa, untuk rencana setelah menikah apa kalian akan tinggal di sini sementara waktu?" Ibu Shafira bertanya.

"Nggak, Bu. Rencananya setelah pernikahan saya mau langsung boyong Aleena ke rumah pribadi yang sudah disiapkan jauh-jauh hari," jawab Aksa tenang.

Berbeda dengan Aksa, lagi-lagi Aleena melotot kaget. Ia hanya bisa mendelikkan matanya ke arah Aksa, meminta penjelasan pria itu tanpa suara.

"Kenapa Aleena, ada yang mau kamu omongin?"

Ucapan Oma Anya membuat Aleena tergagap. Cepat-cepat ia menggeleng dan tersenyum kikuk.

Entah kenapa ia serasa mati kutu saat berhadapan dengan Oma Anya, padahal sebelumnya ia sudah berapi-api untuk membatalkan semuanya.

Tapi jangankan untuk membatalkan, menginterupsi saja ia merasa tidak sanggup.

Aleena justru merasa cukup tertekan untuk saat ini. Dirinya merasa seperti seorang tersangka yang tengah dihadapkan dengan para penyidik.

Sementara Aksa yang melihat hal itu hanya tertawa kecil, ia merasa kasihan sekaligus lucu dengan ekspresi Aleena saat ini.

***

Setelah pertemuan tidak sengaja antara Aleena dan Oma Anya, gadis itu merasa hari-hari nya seolah selalu diawasi.

Saat ia berada di luar rumah ia akan merasa ada seseorang yang membuntuti nya diam-diam. Dan saat ia berada di rumah, dirinya akan merasa ada orang lain yang tengah mengawasinya.

"Lama-lama aku ngerasa kaya lagi syuting film horor," ujar Aleena sambil bergidik.

Gadis itu kemudian segera beranjak dari teras belakang rumahnya dan masuk ke dalam rumah. Niat awalnya yang ingin menikmati angin sepoi-sepoi sambil mencari inspirasi untuk bahan novelnya menjadi berantakan.

Langkah Aleena pelan menuju ruang tengah, laptop di tangannya ia jinjing sambil mulutnya yang terus mengunyah permen karet.

Tatapan gadis itu seketika mendelik saat ia mendapati Aksa yang tengah duduk nyaman di ruang tengah sambil menikmati satu bungkus keripik jagung.

Laki-laki itu menoleh ke arah Aleena dan tersenyum tipis.

"Ibu kamu pergi ke rumah saudara selama beberapa hari, dan beliau meminta saya buat jagain kamu sementara waktu," jelas Aksa tanpa diminta.

Aleena menghela napas kasar. Apalagi ini?

Ibunya menitipkan dirinya pada Aksa? Yang benar saja!!

"Jangan bicara omong kosong! Ibuku tidak akan menitipkan ku pada orang asing kaya kamu. Lagian kan aku udah dewasa dan bisa jaga diri aku sendiri!" sembur Aleena.

Aksa lagi-lagi hanya menanggapi perkataan Aleena dengan wajah datar. Pria itu menaruh bungkus keripik di meja sebelum memutar badannya ke arah Aleena.

"Bukan orang asing, tapi saya calon suami kamu."

"Terserah! Aku nggak peduli. Yang jelas kamu jangan ganggu aku!!"

Setelah mengatakan hal itu Aleena beranjak ke kamarnya. Moodnya hari ini sudah hancur gara-gara Aksa.

Waktu berlalu. Hari telah beranjak pegang saat Aleena terbangun dari tidurnya. Ia menggeliat, sesekali menguap sampai ia tersadar akan bunyi perutnya sendiri.

Gadis itu baru ingat jika ia belum menyantap nasi sedari pagi. Satu-satunya makanan yang masuk ke mulutnya hanyalah permen karet yang ia kunyah pagi tadi.

Ia turun perlahan ke lantai satu, sesekali mengintip sambil memastikan jika Aksa memang telah pergi dari rumahnya.

Tepat di tiga tangga terakhir Aleena melihat bayangan melintas dari arah dapur, disusul kemudian bau harum khas mie instan yang menusuk hidung.

Dan benar saja, setelah itu perut Aleena kembali berbunyi. Menandakan perlu diisi dengan segera.

Perlahan tapi pasti, Aleena mulai melangkah ke arah dapur. Matanya berbinar saat ia menemukan satu mangkok mie instan yang masih mengepul kan asap panas. Seperti baru saja selesai dibuat.

Tanpa menunggu apapun lagi ia segera duduk di meja makan dan mulai menyantap mie tersebut.

"Kamu udah bangun?"

Aleena terlonjak, tersedak saat mie instan yang tengah ia santap serasa langsung masuk ke kerongkongan tanpa sempat ia kunyah.

Aksa yang berdiri di belakang si gadis dengan tanggap memberikan satu gelas air, yang langsung diminum hingga hampir tandas.

"Kau mau membunuh ku, ya!" sentak Aleena sewot.

Aksa berdecak, ia menyilangkan dia tangannya di depan dada sambil menatap Aleena heran.

"Saya sudah menyelamatkan kamu, harusnya kamu berterima kasih bukannya malah marah-marah," sahutnya.

Aleena diam, gadis itu mencebik dan memilih untuk beranjak dari sana. Namun sebelum Aleena berhasil melewati Aksa, pria itu lebih dulu menahan lengan si gadis dan mendudukan nya kembali di kursi meja makan.

"Duduk dan makan. Saya tahu kamu belum makan dari pagi. Maaf saya nggak bisa masak, jadi cuma saya buatkan mie instant saja," ucap Aksa.

Pria itu kemudian berbalik, pergi dari area dapur tanpa mengatakan apapun.

Hal itu membuat Aleena terdiam. Ia bertanya apakah yang dilakukannya sudah keterlaluan? Seharusnya ia berterima kasih pada Aksa, bukannya malah membentak dan memarahi pria itu.

Ia menunduk, bahkan mie instant yang ada di depannya kini sudah tidak lagi menarik perhatiannya.

"Bodo, ah! Sekarang makan aja dulu, abis ini baru pikirin cara minta maaf," gumam Aleena.

Sekian detik kemudian gadis itu sudah kembali larut dengan makanan di hadapannya. Yang tidak Aleena tahu Aksa masih berada di sekitar sana.

Pria itu tidak benar-benar menjauh dari area dapur, ia hanya diam berdiri di belakang dinding gabungan antara dapur dan ruang santai.

Aksa juga mendengar apa gumaman Aleena beberapa saat lalu, karena gadis itu bergumam dengan suara yang cukup keras.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status