Saat itu pukul sebelas. Aleena menggeliat, mengerjap pelan sebelum bangkit dari tidurnya.Setelah insiden yang terjadi antara dirinya dan Aksa, pria itu pergi begitu saja setelah berkata maaf. Pun Aleena, ia masih saja menggulung diri dalam selimut sampai kemudian tertidur tanpa sadar.Kepalanya menoleh ke kanan dan kiri. Hujan masih belum juga berhenti, meski intensitasnya sudah tidak sederas sebelumnya.Hawa dingin menyeruak, membuat bulu kuduk si gadis seketika meremang. Tiba-tiba saja terdengar suara perut miliknya sendiri. Ia baru ingat jika dirinya belum makan apapun semenjak siang hari, terakhir ia hanya makan siang bersama Oma Anya dan sang Ibu mertua.Dengan langkah pelan Aleena turun dari ranjang. Membuka pintu kamar dan melonggokan kepala, menoleh ke kanan dan kiri, memastikan keadaan aman di luar.Ia masih belum mau bertemu dengan Aksa. Sikap pria itu yang mendadak berubah drastis dan kejadian sebelumnya, Aleena hanya khawatir akan terjadi hal yang sama.Sepi, tidak ada s
Sebuah kamar dengan campuran warna emas dan merah itu tampak mewah. Ranjang berukuran king dengan sprei berwarna merah itu tampak memiliki sebuah gundukan di tengah.Selimut tebal menggulung tubuh mungil seorang wanita dengan gaun tidur berwarna hitam. Rambutnya yang hitam legam dengan sedikit bergelombang tampak cocok berpadu dengan kulitnya yang seputih susu.Dirinya menggeliat, membuka mata perlahan dan tersenyum cerah. Didudukannya diri dengan bersandar pada kepala ranjang, diambilnya sebuah ponsel pintar yang ada di nakas dan jari-jari lentiknya mulai beraksi, berselancar di atas layar benda pipih tersebut.Sudut bibirnya terangkat, merasa puas dengan apa yang baru saja dirinya lihat.Sebuah headline yang terpampang jelas sebagai berita utama pada protal berita terkini. Topic paling hot yang dalam waktu kurang dari dua puluh empat jam menjadi trending nomor satu dalam mesin pencarian online.Skandal yang menjerat cucu salah satu pengusaha ternama sekaligus pewaris tunggal sebuah
Ponsel milik Aleena sudah berdering sejak tadi. Gadis yang sejak tadi sibuk dengan laptop di hadapannya mendesah kesal. Ia bukannya tidak mendengar ponsel miliknya terus saja berbunyi sejak tadi. Hanya saja pop up pesan yang muncul sebelum panggilan membuatnya merasa ragu untuk mengangkat telepon tersebut.Panggilan tersebut berasal dari sang Ibu. Sudah jelas alasan wanita baya itu meneleponnya karena berita yang baru saja tersebar.Sang Ibu pasti ingin mengkonfirmasi soal kebenaran rumor tersebut. Dan Aleena terlalu malas untuk mengatakannya.Lagipun, ia merasa heran. Darimana dan siapa yang sudah menyebarkan rumor tersebut. Seingatnya ia tidak pernah mengatakan soal kecurigaannya terhadap Aksa pada siapapun.Dan lagi, jika dilihat dari gelagat orang-orang terdekat Aksa sepertinya tidak ada yang menyadari soal kelainan pria itu. Jadi siapa yang tahu dan menyebarkan semuanya?Setelah panggilan ke lima berakhir, sebuah notifikasi pop up pesan kembali muncul.-Sore ini datanglah ke rum
Pagi datang menjelang. Aksa membuka mata dengan perlahan, menyipitkan matanya saat cahaya menyilaukan berlomba masuk melalui celah gorden. Dihembuskannya napas dengan pelan. Ia mengerjap beberapa kali, berusaha untuk mengumpulkan nyawanya sendiri. Pria itu kemudian terduduk dengan menyandarkan tubuhnya pada kepala ranjang. Coba menggeliat, namun kemudian sadar akan sesuatu. Tubuh bagian atasnya polos. Ia tidak memakai baju. Iya, Aksa memang memiliki kebiasaan untuk melepas pakaian atasnya saat tidur. Hanya saja dirinya tidak pernah melepas seluruh pakaiannya saat tertidur. Dan hal itulah yang saat ini terjadi. Lebih buruk dari itu, ia baru saja menyadari dimana dirinya terbangun dari tidur. Ruangan itu adalah kamarnya, bukan kamar tamu. Yang mana kamar pribadinya saat ini tengah menjadi kamar tidur yang ditempati Aleena. Omong-omong soal gadis itu. Di mana dia sekarang?? “Aishhh, sial! Apa yang sudah ku lakukan?” gerutu Aksa sembari mengacak rambutnya sendiri. Ia ha
Aksa membanting laporan yang ada di tangannya. Seorang karyawan laki-laki yang berdiri di hadapannya hanya bisa menunduk takut.Sudah dua minggu lamanya mencari, namun keberadaan juga bukti soal siapa yang menyebarkan rumor skandal Aksa belum juga ditemukan.Akun yang menjadi sumber utama tersebarnya berita hanyalah akun palsu yang digunakan oleh seseorang. Aksa mendesah frustasi, ia menatap galak ke arah karyawan tersebut dan berkata.“Laporan begini saja kau tidak becus mengurusnya?! Apa saja yang kamu pelajari selama ini?!” Dilemparnya laporan tersebut ke arah seorang karyawan yang hanya bisa meminta maaf. “Ada apa ini?” Arya masuk ke dalam ruangan.Melihat beberapa kertas berserakan, sepertinya Arya paham. Ia kemudian meminta sang karyawan untuk kembali ke ruangannya sementara ia akan berbicara dengan Aksa.Sepeninggalannya sang karyawan, Arya memilih mengambil tempat duduk di depa Aksa. Melihat dengan seksama bagaimana kacaunya pria itu sekarang.Penampilannya berantakan denga
"Kamu kapan nikah?"Pertanyaan yang paling Aleena benci saat acara kumpul keluarga seperti sekarang. Tiap orang yang mendatanginya pasti hanya akan bertanya tiga hal padanya."Gendutan, ya sekarang.""Kerja di mana?"Dan ada satu yang paling Aleena benci."Kamu kapan nikah?"Menurutnya, pertanyaan seperti itu sudah terlalu basi untuk ditanyakan. Apalagi di waktu momen lebaran seperti sekarang.Momen di mana semua orang saling meminta maaf dan saling memaafkan atas segala kesalahan. Namun justru tidak jarang, sebagian dari mereka setelah meminta maaf tanpa sadar kembali menggoreskan luka di hati orang lain.Ibaratnya, percuma saja meminta maaf tapi ujung-ujungnya tetap menyakiti hati.Dan setelah Aleena mendengar pertanyaan yang terlontar dari Tantenya, entah yang keberapa kali. Dirinya hanya bisa tersenyum palsu. Ia sudah terlalu malas untuk menanggapi ataupun sekadar menjelaskan jika dirinya masih belum memiliki niat untuk menikah dalam waktu dekat."Cepatan nikah, Nak. Umurmu udah
Pukul sembilan lima belas saat Aleena tiba di satu cafe yang menjadi tempat janji temunya dengan Syifa.Gadis itu duduk diam di pojok ruangan dengan ponsel yang ada dalam genggamannya.Ia masih saja berfokus pada benda pipih tersebut sampai-sampai tidak sadar jika sudah ada orang lain yang duduk di hadapannya.Aleena baru menyadari hal itu saat ia merasakan seseorang tengah memperhatikannya dengan lekat."Lama amat, s," perkataan Aleena terhenti saat ia menyadari jika orang yang duduk di hadapannya ini bukanlah Syifa.Melainkan seorang lelaki dengan postur tubuh tegap, dan juga rambut hitam mengkilat yang ia buat ke samping kanan.Pria itu tersenyum cerah dan mengulurkan tangannya, mengajak Aruna untuk berjabat tangan."Nama saya Aksa, apa benar kamu yang bernama Aleena?" tanya nya.Bahkan suaranya yang sedikit berat serasa menyempurnakan penampilannya kini. Menurut Aleena, pria di hadapannya ini mirip dengan Aktor Korea yang dramanya belum lama ia tonton.Dengan ragu Aleena menjabat
Persiapan pernikahan dilakukan secara kilat, bahkan Aleena baru tahu jika ternyata orang tua Aksa adalah seorang pengusaha yang dulunya menjadi salah satu relasi bisnis mendiang sang Ayah.Wajah Aleena sejak tadi ditekuk, ia benar-benar merasa bosan sekaligus kesal sekarang. Ia sudah berada di butik tempat dirinya mencoba gaun-gaun untuk pernikahannya bersama Aksa nanti.Sudah lebih dari satu jam ia mencoba berbagai model gaun, namun masih belum menemukan yang dirasa cocok.Sebenarnya yang memutuskan cocok atau tidaknya adalah Aksa. Pria itu yang memutuskan segala hal dan mengabaikan tiap-tiap aksi protes maupun penolakan yang dilakukan oleh Aleena.Ini sudah kesekian kalinya Aleena mencoba gaun-gaun itu. Gadis itu berdiri di belakang tirai dengan menggengam se bucket bunga dengan wajah muram.Tirai terbuka, menampakkan Aleena dengan gaun berekor panjang berwarna putih. Gaun dengan model kemben berhias manik-manik itu tampak begitu pas di tubuhnya, memamerkan leher jenjangnya dengan b