Share

PART 2 : SANGAT TAMPAN

Malamnya Puspita berdandan dan memakai parfum lebih banyak, sehingga ia tercium sangat wangi. Ibunya yang hendak masuk kamarnya terkejut dengan aroma wangi yang begitu banyak hingga ia menutup hidung.

"Puspita! Pita!" teriak ibunya, yang membuat gadis yang baru masuk SMA itu keluar dari kamar, dan aroma itu semakin menjadi-jadi, sontak saja wanita paruh itu tau siapa biang kerok dari masalah ini. "Kamu kenapa pakai parfum banyak banget, mau kemana lagi itu?"

"Mau ke acara Om mah, emang wangi banget ya?" tanya Puspita yang sekarang mencium aroma tubuhnya.

"Iya, wanginya bikin mama enek, mending kamu ganti baju sana, kalau gak mau satu pesta pusing karena aroma kamu itu, ih wanginya udah kayak kuburan baru," ucap ibunya sambil menggidik ngeri, membuat Puspita memanyunkan bibirnya.

"Jahat sekali," ucapnya yang kembali masuk kamar untuk berganti pakaian, hingga ibunya sadar kalau dengan kata putrinya yang akan pergi ke pesta.

"Puspita!" ucap ibunya yang sekarang menggedor-gedor pintu kamarnya.

"Ih apa sih mah? Orang lagi ganti baju juga ini."

"Kamu tadi mau kemana?" tanya ibunya lagi, yang membuat gadis itu terdiam beberapa detik, padahal tadi siang wanita itu sudah melarangnya agar tidak terlalu dekat, tapi saat ia berkata akan pergi ke pesta wanita itu nampak biasa saja.

"Ke Om."

"Kan mama udah bilang, jangan deket-deket sama keluarga majikan ayah kamu! Kok kamu gak paham-paham sih?"

Tiba-tiba pintu terbuka menampakkan puspita dengan cemberutnya yang begitu bawah, tak lupa pipi chubby yang tak hilang sampai sekarang. "Tapi dia om aku mah."

Pletak! Sebuah sentilan di kening membuat sang pemilik kesakitan dan mengisap tanda merah yang ibunya buat. "Kamu tuh ya dasar ngeyel banget, bukan apa-apa Puspita kalau sampai kamu buat masalah pekerjaan ayah kamu taruhannya, mungkin nyawa juga sama."

Wajah Puspita nampak terkejut mendengarnya. "Nyawa?"

"Ah sudah lupakan, intinya kamu gak boleh pergi!"

"Mama, cuma sebentar aja! Aku janji jadi anak yang baik," rayunya sambil mengedipkan matanya berulang kali, agar wanita yang melahirkannya ini iba.

"Kamu punya uang mau ke sana?" tanya ibunya yang dibalas gelengan kepala dari Puspita.

Tangannya mengambil dompet yang ada di saku celana, lalu memberikan gadis itu 1 lembar uang kertas merah yang bertuliskan uang 100 ribu. "Nih! Awas aja kalau buat ulah!"

"Makasih mah, mama yang terbaik," ucap Puspita yang memeluk tubuh ibunya lalu menciumnya berulang kali sebelum benar-benar pergi dari rumah.

Sedangkan ibunya yang mendapatkan itu hanya menggeleng sambil tersenyum, ia harap anaknya tak memiliki perasaan apapun pada tuan muda itu, jika iya maka akan sulit mengatasinya.

.

.

Puspita menggenggam kotak coklat yang isinya jam tangan bernilai uang yang diberikan sang ibu, ia kemari mengendarai motor tua milik ayahnya.

Tapi kata ibunya uang hasil usaha mereka ia kumpulkan untuk membeli motor yang lebih bagus dan memperbaiki rumah mereka, karena gaji ayahnya hanya mampu untuk makan sehari-hari jadi itulah kenapa ibunya melakukan semua pekerjaan itu.

Ia masuk kedalam rumah megah itu, ruangan yang ricuh sama seperti 8 tahun yang lalu. Akan tetapi kali ini orangnya lebih banyak, membuat Puspita gugup, dia merapihkan pakaiannya yang terlihat begitu kampungan di tengah-tengah banyak manusia yang berpakaian serba mewah.

Dia berjalan mencari sosok yang ia cari, namun yang ada beberapa orang yang ia lewati nampak memperhatikan dandanannya, Puspita merasa menjadi sangat kecil di tengah mereka.

Kata satpam acara penyambutannya sudah berakhir tadi, sekarang hanya tinggal menikmati hidangan yang tersedia dan musik biola yang indah juga klasik.

Sedangkan tak jauh dari sana Nicky meminum wine segar yang tersedia di beberapa meja di sekitarnya, dan ia mengambil satu untuk dirinya sendiri.

Ibunya yang tengah hamil muda merasa mual yang menyiksa hingga tak bisa hadir, membuat Nicky merasa sangat kesepian di tengah ratusan manusia didepannya.

Ayahnya juga menyambut beberapa tamu, tak lama ia melihat asisten ayahnya yang tengah setia berdiri dibelakangnya. "Paman Angga!"

"Ya Tuan?"

"Duduklah paman!" ujar Nicky yang membuat Angga duduk di sampingnya.

"Apa ibu dan ayah masih belum baikan?" tanya Nicky yang penasaran sejak dulu, tapi mereka seakan menutup rapat apa yang terjadi pada kedua orang itu.

"Maaf Tuan, tidak baik membicarakan masalah keluarga di tempat ramai seperti ini!"

"Baiklah ayo kita ketempat lain!" ujar Nicky yang menarik tangan pria yang lumayan banyak uban putih di kepalanya.

"Maaf Tuan, saya masih ada urusan, saya permisi!" ucap Angga yang beranjak dari duduknya, menunduk lalu pergi begitu saja membuat Nicky menatapnya jengkel.

"Lagi, lagi dan lagi seperti ini, sebenarnya apa yang terjadi sih?" tanya Nicky yang kini memijat keningnya, karena bingung.

Saat sedang kesal seorang pria gendut dengan beberapa wanita datang menghampirinya, membuat Nicky bingung tapi ia meladeninya dengan senyuman yang dibuat senatural mungkin.

Sebagai orang di sini memang datang memberikan ucapan selamat atas prestasi yang ia buat, tapi bagi Nicky pria gendut yang ada di depannya inilah yang paling gila.

"Nicky! Nicky memang jika bibit unggul tak pernah salah," ucap pria itu sambil memberikan tangan guna menjabat tangan, tentu saja dengan cepat Nicky membalasnya dengan bungkukan yang sedikit rendah.

"Terimakasih Tuan--"

"Kamu melupakanku? Tuan par!" ujarnya yang membuat kerutan di dahi Nicky, ia akan mencari tau orang ini tapi sebelumnya ia harus bersikap seramah mungkin, ya walau ayahnya terkesan lebih serius.

"Ah iya Tuan par, aku lupa maaf."

"Belajarlah yang rajin! Aku dengar kamu ingin melanjutkan kuliah S2mu ya?"

"Iya tuan."

Pria bertubuh gempal itu menepuk-nepuk pundaknya. "Seandainya aku memilih anak berbakat sepertimu, aku pasti akan sangat senang hahaha."

Nicky hanya tersenyum mendengarnya hal itu, namun yang membuat dia lebih risih, tatapan perempuan yang bersamanya terlihat begitu murahan, dia membuat wajah menggoda tapi Nicky sama sekali tak tertarik.

Mereka jalang pria sialan ini.

"Anda terlalu berlebihan, Tuan."

Mereka tertawa beberapa detik hingga pria gendut itu memperhatikan seluruh wanita yang bersamanya. "Sayang-sayangku, ayo kita pergi!"

"Tuan! Aku ingin beberapa saat lagi di sini."

"Iya kakiku pegal."

"Iya aku juga."

Mereka berceloteh dengan mendayu-dayu membuat Nicky menghembuskan nafas kasar sambil menggeleng, entah apa yang mereka lakukan.

"Baiklah kalian di sini dulu, temani Tuan Nicky! Kali saja dia butuh pelepasan hahaha."

Nicky tersenyum simpul, dalam hatinya berkata "Siapa juga yang mau barang bekas darimu."

Pria itu pergi meninggalkan 5 wanita itu dihadapannya dan tanpa ia duga mereka semua mengelilingi tubuhnya bahkan ada yang dibawah meraba kaki.

Dia yang berusia 24 tahun yang saat di luar negeri hanya ada belajar dalam otaknya, hingga ia tak terlalu memikirkan perempuan membuat dia tampak jijik dengan wanita-wanita itu. "Apa yang kalian lakukan?"

"Tuan muda, kenapa anda terlihat begitu polos? Bukankah usia seperti anda sedang matang-matangnya?" tanya salah satu dari mereka, membuat Nicky bingung. Matang memang dia buah?

Beberapa orang melihat itu membuat Nicky merasa malu. "Lepaskan aku!"

"Hei jalang sialan!" teriak seorang gadis dari kerumunan orang itu, mereka semua melihatnya hingga seorang wanita dengan dua orang di belakang datang dengan wajah angkuh.

Nicky tau siapa itu, mereka baru saja berkenalan. Gadis yang mendapatkan sendok emas sejak lahir seperti dirinya nampak sangat menyukainya, entah apa yang akan terjadi lagi nanti.

Sedangkan Puspita berjalan kearah kerumunan orang yang nampak ricuh, dengan rasa gugup dia memberanikan diri untuk bertanya. "Maaf itu ada apa ya?"

Wanita yang ada di sampingnya menatap rendah Puspita, namun tak lama dia menjawabnya. "Beberapa gadis Tengah memperebutkan Tuan muda."

"Tuan muda?" tanyanya memastikan.

"Iya, Nicky anak tuan Archer."

Puspita terdiam sebentar hingga dia menunduk sambil tersenyum. "Terimakasih, nona."

Gadis itu mencoba mencari cerah agar bisa melihat pria yang ia cari dan tunggu selama 8 tahun tersebut. Hingga ia sampai di kerumunan yang paling depan namun wajah pria itu tak terlihat karena banyak wanita yang menghalanginya.

Ia melihat bagaimana cantiknya, juga aksesoris yang sangat mahal itu membuat Puspita menunduk dengan hadiah yang ada di tangannya.

Ia merasa tak pantas berada di sini, apa ia pulang saja?

"Puspita!" ucap seseorang pria yang sekarang menggeser beberapa wanita itu, dan menatapnya dengan senyuman.

Puspita melihatnya, pandangan mereka bertemu dan sekarang ia paham kenapa mereka meributkan pria itu, dia sangat tampan.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status