Share

Kecemburuan Tama

"Thanks, ya, buat kencannya malam ini, Pacar," ucap Giko saat kami sudah sampai di depan pintu apartemen.

Aku memutar bola mata dan bersedekap tangan. "Cabut lo."

"Ebuset, masa sama pacar sendiri gitu?"

Aku melotot. "Pura-pura, ya."

Bibir Giko berlipat, tangannya dengan jahil mengacak rambutku. "Akting dikit biar di depan Tuan Besar Ruslan terlihat natural."

"Giko! Apaan sih," aku menyingirkan tangannya yang nggak punya adab itu. "Rambut gue kusut!"

"Udah malam ini nggak apa-apa dong kusut dikit."

Aku mendengus sebal lalu mengibaskan tangan, menyuruhnya pergi. "Karena ini udah malam, makanya cabut gih."

"Oke, thanks ya, nanti kita rencanain jadwal makan malam bersama keluarga besar gue, buat ngenalin lo secara resmi ke mereka," ujarnya menarik turunkan alisnya.

Makan malam dengan keluarga Giko terdengar menyeramkan di telingaku. Ya Allah, mendadak aku menyesal menolongnya.

"Gi, apa gue mundur aja, ya?"

"Eh, apa?!" pekiknya. Bola matanya membulat, sudah seperti kecongkel sodet
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status