Wajah Joni makin gelap. Melihat situasi di atas panggung, dia yakin Pak Damar tidak mungkin menyebutkan nama dokter ajaib itu.Sekalipun Damar menyebut nama dokter itu, dia juga bisa mengatakan dokter ajaib itu dicari oleh ayahnya. Dia kemudian berkata, "Keluarga Luhardi juga termasuk keluarga hebat di Kota Tawuna, jadi menemukan dokter ajaib yang hebat bukanlah hal sulit.""Haha!"Tobi tersenyum geli.Melihat senyuman ini, Joni merasa tidak nyaman, seolah-olah ada yang tidak beres.Namun, Tania tidak tahan melihat itu dan langsung memarahinya, "Tobi, mengapa kamu tertawa? Apa yang dikatakan Tuan Joni salah? Kalau bukan Keluarga Luhardi, memangnya kamu yang menemukannya?""Kamu benar-benar penjilat yang nggak tahu diri. Apa kamu nggak takut menjilat orang yang salah?" kata Tobi sambil menggelengkan kepalanya. Wanita ini menyebalkan sekali."Apa kamu bilang?" hardik Tania."Tobi!"Kali ini, Widia juga marah. Dia merasa Tobi sudah keterlaluan, lalu membentaknya, "Jangan bicara lagi!"Di
Wajah Joni sangat muram, dia tidak menyangka kalau dokter ajaib ini adalah Tobi.Barusan dia bahkan berpikir untuk menjadi anak buahnya.Apalagi dia sengaja berpura-pura mengambil jasa Tobi, kemudian menggunakannya untuk mengejek dan menyerang Tobi.Sungguh memalukan sekali.Apalagi, kini Tania menatapnya tajam, dia ingin mencari lubang dan bersembunyi di dalamnya.Widia mulai memercayai ucapan Tobi.Terutama, saat dia tahu guru Tobi adalah dokter ajaib tua yang sering disebut kakeknya. Meskipun dia tidak percaya pada dengan dokter ajaib, dia lebih percaya pada kemajuan medis saat ini.Namun, mungkin saja dokter ajaib tua itu punya obat mujarab yang mampu mengatasi segala penyakit parah.Widia tidak menyukai Tobi, tetapi kali ini dia memang bersalah. Jadi, dia pun berkata, "Tobi, aku sudah salah paham kepadamu, aku minta maaf."Tobi tertegun sejenak, menggelengkan kepalanya dan berkata dengan pelan, "Kita 'kan suami istri, nggak perlu minta maaf gara-gara masalah sekecil ini."Pipi Wid
Nada ayahnya Joni terdengar murung. Awalnya, dia berencana untuk bertemu orang penting yang disebut Pak Damar itu untuk menyelamatkan perusahaannya, tetapi kini harapannya sudah pupus.Tidak ada seorang pun dari Serikat Dagang Lawana yang bisa membantunya.Joni menutup teleponnya. Sorot matanya tampak dingin.Setelah dipikir-pikir, saat ini hanya Keluarga Lianto yang sangat memercayainya. Selain itu, mereka juga sangat mudah ditipu.Namun, dia masih belum mendapatkan tubuh Widia. Jika dia tidak bisa menang melawan pecundang seperti Tobi, hatinya benar-benar tidak rela.Di dalam mobil, meski hati Tania diliputi rasa bersalah kepada Tobi, dia masih dendam saat Tobi mempermalukannya. "Tobi, mengapa Pak Damar nggak menyuruhmu naik ke atas panggung untuk berpidato sebentar?" tanya Tania dengan sengaja memancingnya.Tobi tertegun sejenak, lalu menjawab, "Mungkin dia sibuk kali.""Tentu saja dia sibuk, tapi 'kan hanya beberapa menit saja. Sepertinya, dia nggak mau bicara sama kamu dan malas b
"Salah paham? Memangnya kenapa?" tanya mereka sambil memasang ekspresi kaget"Bukan begitu. Kali ini masalah bergabung dengan Serikat Dagang nggak ada hubungannya sama Tuan Joni, tapi ini semua berkat Tobi," terang Widia."Nggak ada hubungannya sama Tuan Joni, tapi berkat Tobi?""Widia, apa kamu sakit?"Wajah orang tuanya tampak tercengang, tidak percaya sama sekali.Bahkan Kakek Muhar pun tidak bisa menyembunyikan rasa kagetnya. Bagaimana ini bisa terjadi? Namun, beliau tahu cucunya tidak akan berbohong. Apalagi, Widia juga benci kepada Tobi."Benar."Dengan cepat, Widia menceritakan kejadian malam itu."Ternyata begitu!"Kakek Muhar berkata dengan gembira, "Tobi, nggak disangka, ilmu medismu begitu hebat. Sepertinya dokter ajaib tua sudah menemukan penerusnya.""Kakek, kamu terlalu berlebihan," ucap Tobi dengan rendah hati."Sama sekali nggak berlebihan. Saat kami membicarakan hal itu kemarin, apa kamu sudah berencana menggunakan utang budi ini untuk membantu kami?" tanya Kakek Muhar
"Ngerti, kok." Tobi terpaksa mengiakannya."Baguslah. Setelah aku meyakinkan Kakek nanti, kita akan mengurus akta cerai.""Ya."Tobi mengangguk. Meskipun hatinya merasa enggan, dia juga tidak ingin memaksa wanita itu.Widia menghela napas lega dan berharap Tobi telah mengerti. Lagi pula, mereka tidak berasal dari dunia yang sama. Kalau dipaksa bersama, mereka tidak akan bahagia.Sesampainya ke kamar, Tobi baru saja hendak berbaring. Tiba-tiba ponselnya berdering. Yang menelepon adalah Jessi."Nona Jessi!""Bukannya sudah kubilang panggil aku Jessi saja?" ujar Jessi dengan manja."Baiklah, Jessi!""Sepertinya kamu nggak begitu senang? Apa aku begitu menyebalkan?""Mana mungkin? Kalau ada yang bilang begitu, berarti dia bukan seorang pria.""Bagus. Besok malam kamu ada waktu?""Ada apa?""Temani aku pergi ke sebuah pesta jamuan, dong.""Kita berdua nggak akrab, kenapa kamu mengajakku pergi jamuan?""Bukannya kamu kakakku? Kenapa masih nggak akrab?""Aku nggak ada waktu!"Tobi langsung me
Pecundang ini malah mengaku dia tidak bicara banyak dengan wanita iniIni baru hari kedua saja dan Tobi sudah tidak sabar untuk berkencan dengannya.Hati Widia tiba-tiba merasa kesal. Apalagi. saat teringat dia berencana mengajak Tobi pergi ke jamuan makan malam ini.Tobi pun terpaksa masuk ke dalam mobil.Jessi tersenyum puas, lalu menyalakan mobil dan melaju pergi.Melihat kedua orang itu berlalu, Widia sangat kesal. Entah apa yang terjadi pada dirinya, padahal dia ingin mengusir Tobi dari rumahnya.Namun, saat melihat Tobi bergaul dengan wanita cantik lainnya, dia tidak senang.Itu pasti karena Tobi sudah menikah dengannya sekarang. Tindakannya sekarang sama saja dengan selingkuh.Pasti begitu!Widia tidak mau ambil pusing lagi. Lagi pula, mereka berdua tidak berada pada level yang sama. Cepat atau lambat hal ini akan terjadi.Yang paling penting saat ini adalah mendapatkan pinjaman bank.Di saat tidak ada yang memperhatikan, seorang pria diam-diam melihat kepergian Tobi, lalu seger
Kebetulan sekali. Setelah tahu putrinya pergi mencari Tobi, Damar pun sengaja menyingkirkan pengawal rahasianya. Dia takut Raja Naga salah paham karena melihat ada pengawal mengikuti mereka."Jangan takut. Masih ada aku di sini."Tobi berusaha menghiburnya dengan lembut.Entah kenapa. Kata-kata itu bagaikan sihir dan seketika membuat Jessi merasa aman. Dia pun mengangguk dan berkata, "Ya. Sekarang kita harus bagaimana?""Bagaimana?""Tentu saja harus balas dendam!"Jessi tertegun sejenak dan berkata dengan cemas, "Tapi jumlah mereka begitu banyak dan mereka juga punya pisau. Ayo kita telepon ayahku dan minta dia mengutus pengawal untuk menyelamatkanku.""Nggak usah!" ucap Tobi.Di saat ini, pemimpin pria bertopeng itu berjalan ke arah pintu mobil. Dia hendak memukul kaca pintu itu dengan tongkat besi.Namun, Tobi tiba-tiba mendorong pintu mobil hingga terbuka. Tenaganya refleks menghantam pria bertopeng itu dengan keras.Argh!Pria itu mengerang kesakitan dan terpental mundur beberapa
Mendengar ini, Tobi tidak bisa menahan tawa. Dia menggelengkan kepalanya dan berkata, "Kamu bodoh sekali!"Meski Latif tidak setuju, dia buru-buru berkata, "Ya, saya memang bodoh. Tuan Tobi. Anda sangat baik, ampuni saya kali ini. Saya janji nggak akan melakukannya lagi.""Sepertinya kamu masih belum sadar di mana letak kebodohanmu!""Ya sudah, biar aku jelaskan saja. Grup Karawaci akan segera bangkrut. Nggak peduli berapa banyak uang yang kamu investasikan, kamu akan kehilangan segalanya.""Ini ...."Latif jelas-jelas tidak percaya dengan ucapan Tobi. Apalagi, tadi pagi Joni telah memberinya saham sebanyak 20 miliar. Kalau tidak, dia mana mungkin turun tangan sekarang.Sekalipun harus mempertaruhkan nyawanya, baginya, uang sebesar 20 miliar bukanlah jumlah kecil. Dividen yang akan diterimanya membuatnya makin bersemangat."Terserah kamu percaya atau nggak. Aku juga nggak perlu membohongimu.""Masalah hari ini, kamu putuskan sendiri saja. Kamu nggak mungkin membiarkan masalah ini berla