Share

Ombak Kayu

“Hara, bukan, Adara, ah salah lagi, Dira. Kau mau ke mana?” Dewa perang itu lekas menyusul ke arah sang tabib berlari.

Pasti ada sebuah benda yang menarik hati hingga gadis berbaju merah itu mengabaikannya.

“Ada sinar dari dalam hutan, pasti ada tumbuhan ajaib yang tumbuh jelang bulan biru, dua hari lagi, Tuan,” jawab Dira sambil tergesa-gesa.

Ia harus jadi orang pertama yang memetik bunga tersebut. Nantinya kembang tanpa nama itu bisa dijadikan obat untuk meluruhkan semua sisa serbuk bunga hitam di dalam mata Arsa.

“Tunggu, hati-hati hari sudah malam.” Berbekal pendengarannya tajam, Arsa menyusul ke mana sang tabib berlari.

Tanpa mereka berdua sadari, baik Arsa atau Dira sudah berlari terlalu jauh ke dalam hutan. Sinar bunga itu semakin diikuti semakin jauh letaknya.

“Haduh, aku sudah ngos-ngosan berlari, kenapa tak sampai juga.” Dira beristirahat sejenak melepas lelah.

Dewa perang itu menyenderkan tubuhnya pada sebatang pohon. Hidung Arsa terus bergerak, ia mencium kedatangan
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status