Share

Rayuan Maut

Arsa menunggu di luar kamar Anindira. Ia yang sedang buta, daripada mati bosan kemudian memilih jalan-jalan ke hutan tak jauh dari tempat sang tabib tinggal. Ada telinga yang ia andalkan sebagai pengganti mata.

“Meski tak bisa melihat lagi, ternyata kau masih sama saja gagahnya seperti dulu, Dewa Arsa.” Rogu muncul lagi, selalu saja tiba-tiba.

“Kau bisa menyembuhkan penyakitku ini, bukan? Cepatlah, aku mulai tak sabaran melihat wajah istriku.”

“Tentu bisa, tapi biarlah dia yang melakukannya, anggap saja chemistri di antara kalian berdua akan terus tumbuh,” ucap pelayan Dewa Rama dengan bahasa asing.

“Apa itu chemistri?” tanya sang dewa perang terkuat.

“Semacam senyawa fisika yang menimbulkan getar-getar antara dua insan yang salin jatuh cinta.”

“Kau bertele-tele, fisika itu apa?”

“Itu ada di kehidupan modern. Aku sudah menemui di mana istri keenammu akan lahir. Jadi kau akan menghadapi situasi yang berbeda, Dewa Arsa.”

“Apa manusianya semakin kuat?”

“Tidak. Justru semakin lem
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status