Share

Dia Adalah Kamu

Dua bulan berjalan menyenangkan, sekaligus agak membingungkan. Berkali-kali aku datang ke toko milik ibunya Binti. Berkali-kali pula aku melihat senyum manisnya. Berkali-kali pula aku tidak dapat menyimpulkan, apakah isi hati ini perlu dikeluarkan. Jika tidak, aku takut akan membuat sesak. Lalu, satu sudut hatiku berpendapat bahwa beban harus tersampaikan.

Sore itu, sekali dari berkali-kali datang ke toko Binti, aku berusaha sekuat jiwa dan raga untuk menyampaikan niat, bahwa aku mencintainya. Namun sepertinya saat itu gagal kembali. Bahwa aku akan merantau, meninggalkan desa ini untuk beberapa bulan. Bahwa aku mencintainya, dan berharap, atau lengkapnya meminta kepadanya untuk menungguku kembali. Bahwa cintaku hanya untuknya. Aku harap sebaliknya juga sama.

Tapi apalah daya, bahwa aku yang mencintainya, sama sekali tidak mempunyai kuasa. Sore itu aku hanya membeli cabai hijau, dan juga merah. Pedas, seperti kehilangan senyum indah itu. Sore-sore yang lainnya, ketika mencari-cari alas
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status