Pemenang GA kemarin sudah ada ya. karena hanya untuk 1 orang yang jawab benar dan paling cepat. makasih buat yang udah ikutan jawab tapi belum beruntung. Jangan berkecil hati, saya masih akan memberikan GA di lain waktu. makasih juga masih mengikuti cerita ini
158Samudra mengerjap, lalu mengusap wajah dengan kasar. Berjam-jam memberikan keterangan di kantor polisi membuat lelah jiwa raga. Entah kenapa keluarganya jadi seberantakan ini. Dan entah kenapa semua permasalahan ini jadi menyeret dirinya yang notabene baru kembali ke keluarga setelah bertahun-tahun terbuang. Kini, tetap dirinya yang harus menyelesaikan semua ini, karena ia memang satu-satunya Hanggara yang tersisa.Ingin rasanya ikut menghilang seperti mereka, atau sekalian menyusul sang ibu karena rasanya hidup pun sudah tak punya tujuan jelas. Sepertinya ia hidup hanya untuk membereskan masalah yang ditinggalkan orang lain. Seolah hidupnya memang hanya untuk menyelesaikan ketidakberesan. Atau … ingin rasanya kembali seperti saat dirinya terbuang di mana tidak ada seorang pun yang tahu ia seorang Hanggara.Saat itu, hidupnya tenang tanpa rongrongan. Tidak harus terlibat dengan apa pun yang berkaitan dengan keluarga Hanggara. Tidak seperti saat ini harus menyelesaikan masalah yan
159“Aku tak sengaja mendengar Benny menyuruh Bastian merenggut kegadisan istrimu sebelum mereka menikah agar perempuan itu terikat padanya.”Kalimat Hamish terus terngiang di telinga Samudra. Sepanjang perjalanan menuju unitnya, pria yang berjalan lunglai itu berusaha mencerna semua yang terjadi antara dirinya, Mentari dan Bastian. Ia sangat yakin jika Mentari masih suci saat menikah dengannya. Terbukti saat pertama kami mereka melakukannya gadis itu masih perawan. Bahkan ia sendiri yang mencuci noda bekas darah keperawanan itu di seprey.Itu artinya Bastian tidak merenggut kesucian Mentari sebelum mereka menikah. Ia menjadi pria pertama yang nenyentuh perempuan itu.Samudra mengibaskan tangan setelah sebelumnya menggeleng berkali-kali. Apa artinya semua itu jika pada akhirnya mereka tetap melakukannya juga. Memang bukan sebelum perempuan itu menikah dengannya. Tapi justru lebih menyakitkan karena mereka melakukannya saat Mentari sudah berstatus sebagai istrinya.Samudra mengembuskan
160Tangan Samudra yang memegang kertas, bergetar. Berbagai gejolak tengah terjadi di dalam dadanya. Beberapa saat lalu ia baru selesai membaca tulisan di kertas tersebut. Tidak cukup hanya sekali, pria itu bahkan membaca berulang kali. Tak terhitung juga ia menatap barisan kata yang tertera di sana.Apa maksudnya semua ini? Wanita itu tetap tak mengaku bersalah. Malah terkesan ia adalah korban. Semua kalimatnya seolah ia yang paling tertekan dan menderita di sini. Memang banyak kata maaf, tapi itu bukan untuk pengkhianatannya, melainkan untuk hal lainnya.Samudra meremas kertas di tangannya, kemudian dilemparkannya ke sembarang arah. Setelahnya pria itu mendorong kasar semua barang di atas meja ke samping kirinya. Tak ayal semua yang ada di sana terlempar berjatuhan. Tak terkecuali laptop hadiah pertamanya untuk Mentari. Suaranya menjadi yang paling gaduh saat terjatuh.Ruangan kamar itu pun menjadi sangat berantakan dalam sekejap mata setelah sebelumnya suara gaduh memecah keheninga
161Delapan belas bulan berlalu ….Wanita berphasmina warna krem tersenyum menatap sepasang bayi laki-laki dan perempuan usia sepuluh bulan yang merangkak ke sana ke mari. Membuat pengasuh mereka—wanita berusia awal empat puluhan kewalahan. Baru saja bayi laki-laki ia ambil dan didudukkan di antara mainan yang terserak di lantai, tahu-tahu bayi perempuan sudah berdiri dengan cara berpegangan ke tepian sofa.Kedua bayi itu kembar meski tidak identik karena berlainan jenis kelamin. Tapi keduanya sama-sama sedang aktif-aktifnya. Bahkan adiknya yang perempuan, sudah pandai berdiri dan berjalan merayap berpegangan pada apa pun yang dapat diraihnya.Wanita berphasmina menutup laptop yang sejak tadi di tekurinya, kemudian beranjak mendekati mereka. Bersimpuh di dekat bayi laki-laki yang ingin merangkak lagi.“Hai, ada yang mau mimi tidak?” tanyanya dengan memasang senyum lucu di wajahnya. Menatap kedua bayi yang menoleh padanya. “Ayo, siapa yang mau duluan mimi susu?” lanjutnya sambil menger
162“Titip si kembar ya, Mbak.” Mentari tersenyum setelah meletakkan tubuh Bulan di samping Barra yang lebih dulu ditidurkan Mbak pengasuh.“Beres, Bu. Yang tenang saja pacarannya, si kembar aman sama Mbak.” Pengasuh bernama Rumi mengacungkan kedua jempolnya seraya mengedipkan sebelah mata.Mentari melotot sebelum mengibaskan tangan. “Ngomong apa Mbak Rum ini,” ujarnya. Lalu berjalan ke depan cermin. Merapikan kerudung yang menutupi kepalanya.Ya, Mentari kini menutup auratnya. Terhitung semenjak pergi menjauh dari kehidupannya dulu, ia memutuskan merubah penampilan.Awalnya ia melakukan itu hanya untuk berkamuflase. Bersembunyi dari Samudra atau siapa pun yang mungkin mencarinya. Agar mereka tak dapat menemukan dirinya, ia merubah penampilan. Meski tidak menggunakan cadar, setiap keluar rumah ia selalu meggunakan masker wajah dan kacamata gelap yang menutupi hampir sebagian wajahnya.Sesuatu yang belakangan membuatnya tertawa sendiri. Ia menertawakan dirinya sendiri mengingat percaya
164Mentari menepuk kedua pipinya cukup keras. Sakit. Artinya ia tidak sedang bermimpi. Namun, ucapan Bima barusan membuatnya masih belum mempercayai jika ada produser tertarik dengan salah satu bukunya.Bima tersenyum geli melihat wanita yang terlihat lebih dewasa dari pertama kali bertemu itu terus menepuk-nepuk pipinya.“Mau dibantu menepuk?” godanya masih dengan tersenyum geli.Mentari mengerjap dan dan menarik diri.“Tunggu, apa ini mimpi?” tanyanya lagi masih belum percaya.“Apa aku sering hadir di mimpimu?” Malah pertanyaan balik yang ia dapatkan dari laki-laki di depannya.Mentari memejam sebentar, lalu menepuk lagi pipinya. “Apa aku boleh pingsan dulu?” tanyanya lagi konyol.“Boleh, dengan sukarela aku akan menopang tubuhmu.”Mentari memutar bola mata. Sungguh ia masih belum percaya dengan kabar yang Bima bawa. Bagaimana bisa khayalan buku dipinang produser kini di depan mata?Bukan berlebihan sebenarnya jika ia bertingkah seperti ini. Karena semenjak keluar dari rumah keluar
165Mentari harus menunggu hingga beberapa saat. Ia penasaran apa yang akan dikatakan lelaki itu. Wajahnya bahkan sedikit maju. Menunggu dengan sabar, walaupun cukup cemas. Hingga ….“Tetaplah bersinar seperti namamu yang selalu bercahaya dan bermanfaat untuk alam. Jangan pernah redup. Karena saat kamu bersinar terang menerangi apa pun di sekitar, aku akan menjadi yang paling bahagia dan bangga. Dan sebaliknya, aku akan menjadi yang paling sedih dan tidak berarti jika kamu meredup seperti dulu. So, teruslah memancarkan sinar terangmu.”Diakhiri senyum manis nan menguatkan, lelaki itu berkata panjang. Membuat Mentari memejamkan mata dan mengembus napas lega. Sungguh, ia sudah berpikir jika lelaki itu akan meminta hal yang sulit untuknya mengabulkan.Mentari lega lelaki itu mengatakan hal lain, meski sangat yakin bukan itu yang ingin diucapkannya. Setidakanya ia tidak harus mencari alasan untuk menolak. Bima pasti tahu kondisi dirinya. Ia wanita tanpa status yang tidak mungkin menjalin h
166“Bu-bukan, Tuan. Pelayan apa? Saya tidak mengenal Tuan.” Wanita berpenampilan lusuh itu menyangkal. Terlihat ketakutan di wajahnya. Kakinya perlahan mundur.“Tidak. Aku tidak mungkin salah orang. Kamu pelayan khusus Mentari di rumah keluarga Hanggara. Aku ingin menanyakan sesuatu.” Samudra keukeuh.Wanita itu menggeleng. Kakinya terus mundur. “Ke-keluarga Hanggara siapa? Saya tidak tahu.”“Jangan pura-pura, aku yakin kamu yang bekerja di ruma orang tuaku. Kenapa kamu keluar?”Raut ketakutan semakin memenuhi wajah wanita itu. “Keluar apa, Tuan? Saya pemulung. Sudah mulung sejak muda. Saya tidak pernah bekerja di mana pun selain mencari sampah.” Kepalanya terus menggeleng. Ia sepertinya ingin pergi dari hadapan Samudra, tetapi sang pria menghalangi.Samudra sangat yakin jika wanita itu yang bekerja di rumah orang tuanya. Ia memiliki daya ingat tinggi. Terlebih dalam mengingat seseorang. Meski penampilan wanita itu sangat jauh berbeda antara saat jadi pelayan dan sekarang, ia masih b