Share

56. Bukan untuk Bertengkar

Hujan turun sangat deras ketika mobil Gilang memasuki jalan perkampungan. Suasana sangat sunyi padahal baru jam delapan malam. Gilang melambatkan lari mobil karena jarak pandang terbatas. Dia menjalankan mobil agak ke tengah, menjaga agar ban tidak terpeleset ke tanah dan pasti merepotkan. Jalan ini belum memiliki trotoar.

"Ketakutanmu terbukti tidak beralasan," kata Gilang. "Siapa yang tertarik melihat perut buncit di hujan lebat begini? Kodok saja enggan keluar lubang."

"Aku tidak takut ketahuan perut buncit," sahut Rara. "Aku takut akibatnya yang menimpa kamu."

"Aku sendiri tidak takut akibatnya. Kenapa kamu mesti takut?"

Gilang sudah nekat. Dia tidak peduli dengan pandangan warga. Kenal saja tidak. Dia besar di kota. Sejak masuk SMP dia sudah meninggalkan kampung halaman. Dia pulang enam bulan sekali dan itu tidak cukup untuk mengenal perkembangan penduduk kampung.

Kepala Gilang mumet karena memikirkan orang tua. Ayahnya tokoh terpandang d

Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status